Hari ini tepat dua tahun aku meninggalkan negara kelahiranku. Aku meninggalkan negaraku bukan tanpa alasan, melainkan untuk mengenyam pendidikan mode di negara pizza ini sekaligus meniti karierku sebagai designer. Dan juga memulai kehidupan baru dengan membawa segala yang aku punya ke negara baru ini. Namun tidak dengan hatimu, batinku mengingatkan. Ah, aku sangat membenci perdebatan batin mengenai hal itu. Lebih baik aku memperkenalkan diriku pada kalian.Namaku Michelia Timothy, atau kerap dipanggil Chelia oleh mereka yang kenal betul dengan diriku. Aku berperawakan kecil dengan mata bulat dan kulit sawo matang.
Tentunya kalian akan berfikir bahwa namaku tidak mencerminkan diriku yang sangat Indonesia sekali kan? Aku pun kerap berfikir seperti itu. Hingga suatu hari aku menanyakan perihal asal usul namaku pada Mama, Mama bilang ia sangat menyukai bunga cempaka putih, dan jadilah Michelia yang merupakan nama latin bunga itu disematkan sang Mama sebagai namaku.
Mungkin pada awalnya Mama berharap akan memiliki putri yang sama putih dan anggunnya dengan bunga itu, bukan putri yang manja dan urakan sepertiku. Tapi itu dulu, ya dulu, sebelum ia mengubahmu, sial! Mengapa suara batinku masih suka menimpali apa yang aku katakan sehingga mengingatkanku pada dirinya.
Karena dia mulai berputar pada ingatanku, dengan segera aku memusatkan fikiranku kembali pada lembar-lembar sketsa yang ada dihadapanku. Kesibukan, salah satu cara yang ampuh untuk mengenyahkan dirinya dalam ingatanku.
Hingga tidak terasa, langit senja kota Milan sudah menyelinap datang membelai cakrawala. Segera kurapikan scetch sheets dan menyusunnya pada map biru yang selalu aku bawa kemanapun. Aku merekatkan jaket parka yang aku kenakan untuk menghalau angin musim gugur yang menerpa tubuhku.
Aku pun berjalan sedikit cepat untuk segera menaiki Metro yang akan mengantarku ke apartemen karena jujur saja, aku merasa sangat lelah dan ingin segera bergelung hangat diatas tempat tidurku dan bertukar kabar dengan Mama.
Sesampainya di apartemen, aku segera membersihkan diri dan menyiapkan makan malam. Setelah semuanya beres, aku beranjak menaiki kasur yang terlihat menggoda dan menyalakan laptop dipangkuanku. Segera aku membuka aplikasi skype karena aku tahu, Mama di belahan dunia sana sudah menanti panggilanku.
Aku memang berjanji untuk bertukar kabar dengan Mama setelah hampir satu minggu aku berkutat dengan kesibukanku menggelar mini showcase perdana yang diperuntukkan mahasiswa tingkat akhir. Ya, statusku masih sebagai mahasiswa, setidaknya hingga bulan depan.
Selang 30 detik, aku sudah tersambung dengan Mama di ujung sana, ia terlihat sangat antusias. Pasalnya selain menghilang sekitar seminggu, aku pun belum pernah lagi kembali ke negara kelahiranku. Aku segera menyambut Mama dengan senyuman terbaikku.
"Halo sayang, Mama kangennnnn..." ujar Mama dengan manja, aku hanya dapat tertawa melihat kelakuan Mama yang hanya diperlihatkan padaku dan Papa.
"Aku juga kangen Mama, maaf kemarin aku lagi sibuk-sibuknya Mam.."
"Mama ngerti kok Chelia. Gimana hasilnya? Sukses?"
"Sukses dong! Mini dress yang aku buat langsung ditawar dengan harga fantastis Mam."
"Syukurlah, Mama senang dengarnya sayang."
"Ah iya Mam aku belum cerita. Waktu selesai showcase minggu lalu, seorang designer merekrutku menjadi asistennya. Dan sekarang aku sudah mulai bekerja di rumah mode itu Mam."
"Benarkah? Sungguh Mama bangga denganmu Chelia.."
Aku tersenyum miris. "Aku kira Chelia hanya bisa menyusahkan Mama dan Papa dengan sifat manja Chelia.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Percikan
Teen FictionPercikan, seperti namanya yang sedeharna. Kisah didalam ini pun hanya penggalan kesederhanaan Copyright © 2015 by. crazeeyore