1

21 9 12
                                    

Indah ketawa-ketiwi dengan teman satu gengnya menuju warung ibu Ina yang merupakan salah-satu penjual yang menyediakan bangku panjang didepan warungnya.

"Guys sumpah lucu banget tau gak! Apalagi waktu hahaha... Sumpah gue nggak ngerti lagi! Ide Lo kocak banget tau Ndah." Marina, salah satu teman gengnya tidak berhenti tertawa mengingat satu keusilan yang dibuatnya beserta teman-temannya itu dan jangan pikir lagi siapa dalangnya kalau bukan Indah.

Indah yang masih tertawa pun menimpali. "Ya suruh siapa jadi laki kok cupu banget haha."

Ani menyerit menghentikan tawanya. "Eh, tapi tadi keterlaluan banget gak sih, secara kan dia guru kita loh. Tapi seru juga sih mana ngejerit kayak tikus kejepit gitu," Ani menirukan suaranya dengan ekspresi menjijikkan, "akkkk, ihhhhh... " Dengan suara melengking dan semua terbahak-bahak melihatnya.

Semua serentak berkata. "Iyuh!"

"Bukan kayak tikus kejepit ego, kayak banci lah iya." Indah menambahkan.

Suara tawa pun makin membahana.

*Ego : bego

[ Rentang Usia ]

"Aduh... Itu anak-anak ya, kok gak ada kapok-kapoknya sih ngerjain saya, saya kan guru mereka. Kok gak ada hormat-hormatnya sih sama guru! Mana saya baru masuk lagi, kalau saya dipecat bagaimana..." Sutio mengerutu sepanjang jalan sambil menepuk-nepuk kepalanya dan sesekali bergidik mengingat berapa banyak kecoa yang dilemparkan anak muridnya, dan tangan kanannya senantiasa memegang belakang celananya yang robek karena terlalu sering dijahit ditempat yang sama (atau mungkin keseringan meloncat karena kaget) sewaktu ia mengajar tadi dikelas.

Dengan badan tinggi sedikit berisi, dan otot menonjol namun tidak mencetak baju. Ia berjalan sedikit membungkuk, rambut dipotong rapi dengan belahan ditengah, kaca mata bulat bertengger melorot di matanya, tas besar berisi buku paket yang di soren selalu menemani ia mengajar dari kelas - ke kelas, dan jangan lupa celana bahan kebesaran serta kemeja hijau yang dikancing sampai atas. Itulah penampakan Sutio pagi ini yang hendak mengajar.

Terdengar bunyi pantofel disebrangnya, membuat Sutio mendongkak dibuatnya.

Amina didepannya menyapa "pagi pak!" Seraya membungkuk pelan.

Sutio yang disapanya pun turut mengangguk, "Pagi Bu." dengan senyum kakunya.

Tangan Sutio makin kencang memegang celana dan tangan lain membenarkan kaca mata.

Amina menyerit melihatnya, dengan ragu ia bertanya,
"Emm... ada yang bisa saya bantu pak?" melangkah maju menghampiri Sutio.

Sutio yang sudah tidak bisa berkata pula hanya menggeleng cepat.

"Oh," Amina ikut menggeleng, "nyari sesuatu Pak?" Tanyanya lagi.

"Tidak Bu, saya... Saya cuma kebelet, iya kebelet, hehe."

"Oh... " Amina sedikit mundur hendak melanjutkan perjalanan.

Sutio menghela napas lega, ia berjalan miring memunggungi dinding koridor dengan cengiran kakunya.

Selangkah.

Dua langkah.

Ti--

Breeek.

Sutio mematung menahan napas, matanya melotot, apalagi melihat Amina yang ikut mematung juga didepannya.

Dilihat dari ancang-ancangnya Amina seperti ingin berbalik, namun sebelum itu terjadi Sutio langsung berlari duluan menuju ruangannya, tanpa mempedulikan celananya.

Breeek.

Breeek.

Breeeeeeeeeekkkkkk..........

Sobek sudahhhh.

"Malu saya ya Tuhaaannn... Akhhhhh....."

Tanpa disadari Sutio, Indah dan kawan-kawan mengintip diujung koridor dengan tawa yang menyembur.

Amina menyerit melihat Susilo yang lenyap di belokan. "Yang tadi itu... Sobek?"

.
.
.

Note!

Indah Puji Balelang = 16 tahun (2 SMA)
Sutio Bambang Herlambang = 25 tahun (Guru baru)

Jangan lupa VOTE sama SPAM KOMEN-NYA YA...!

YUK, SEMANGAT 💪

YUK, SEMANGAT 💪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


INDAH

SUTIO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUTIO

Rentang Usia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang