warna oranye favorit

88 35 27
                                    

Setelah tumbang beberapa hari, akhirnya author ini balik lagi. Padahal cuman revisi gitu, yah. Tapi moodnya susah banget diajak kerjasama.

Ritual dulu Sod sebelum membaca ❤️❤️❤️

Ngga tau hari ini kepikiran aja buat bikin nama panggilan. Call me, 'Sod' and I call you guys 'Sod' juga. Bahasa Sulawesi (Sodara)

                     "Happy reading"

                             

Belasan boneka berwarna biru berjejer rapi di setiap sudut ruangan yang berwarna senada, dengan lilin aroma terapi yang ikut menghiasi meja serta nakas kecil disebelah tempat tidur.
Beberapa bungkusan obat juga ikut tergeletak di atasnya, lengkap dengan segelas air putih sebagai pelarut. Gadis itu mengambil sebutir di setiap bungkus lalu menelannya. Ia telah rutin mengonsumsi obat-obatan ini selama tiga tahun terakhir.

Ia mempertahankan posisi duduknya sejenak, membiarkan benda putih tadi larut kedalam organ dalam. Beberapa pil ditambah kegiatan membereskan rumah tadi, harusnya cukup untuk Aca mendapatkan jam tidur normalnya malam ini.

Mimpi buruk memang sudah lama tak meneror kepalanya, meski begitu, masih ada rasa takut tersendiri yang sang empu rasakan saat akan memejamkan mata. Tak ada salahnya mengonsumsi untuk jaga-jaga.

Merasa cukup, Aca merebahkan diri ke atas ranjang. "Alam," gumamnya menatap kosong langit-langit kamar. Selanjutnya tangannya naik memegang dada, entah kenapa setiap kali menyebut nama tersebut, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang membuat hati Aca risau.

Tanpa bangkit, tangannya terulur kesamping membuka laci nakas,  meraih sebuah buku bertuliskan 'My diary' dicovernya. Jangan salah, benda ini Aca simpan bukan untuk mengenang, tapi agar semakin membenci tokoh utama laki-laki di dalamnya.

2018
Hari pertama di semester 2

Seorang gadis duduk sendiri dibangku kelas yang letaknya kedua dari belakang samping jendela. Ini hari kedua setelah kelasnya dilebur karena alasan 'sarang berandalan' sekolah. Sedari tadi ia hanya melihat keluar— menatap beberapa siswa— yang sedang bermain basket di lapangan outdoor.

"Ca, ke kantin yuk," ajak Zahra, orang pertama  yang mengajaknya berbicara. Menurut Aca, gadis gendut dengan rambut kepang dua itu sangatlah imut, bahkan berkepribadian baik. Meski beberapa orang tak menyukai karena penampilannya yang terkesan culun.

"Lo duluan aja yah, soalnya gue lagi males," cicit Aca tak enak.

"Ngga apa-apa." balas Zahra tersenyum tak mempersalahkan.

Fokus Aca kembali ke buku setelah tubuh Zahra benar-benar sudah lenyap dari jangkauan matanya. Hari ini Ayah Aca dinas lagi keluar negeri. Padahal kedatangannya belum sampai sebulan. Ia terpaksa harus mengubur semua list rencana yang bahkan belum sempat ia sebutkan pada ayahnya.

Detik berikutnya Aca merasa risih kala menyadari sepasang mata mengawasi pergerakannya. Sesaat setelah Aca menangkap basah, laki-laki dengan lengan baju yang digulung dua kali tersebut merajut langkah dengan kedua tangan meremas masing-masing sisi celana. Diikuti dengan kedatangan dua orang lainnya. "Kenalin, Gue Alambara Razendra Pratama," ucapnya setelah beberapa kali mencoba mengulurkan tangan.

"Gue ... Cuaca anandira areksa." balas Aca.

"Gue tau. Ca ...." Suara Alam menghilang, tak ada lanjutan dari omongannya barusan. Hanya bibirnya yang terbuka lalu mengatup, seolah sekarang ia tengah bimbang dengan kalimat yang akan ia utarakan.

Old story(Cuaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang