Zombie?

107 38 19
                                    


Hai readers, apakah kabar, semoga baik selalu yah🤗

Tokoh utama kita balik lagi nih, komen ❤️ sebagai ritual.

Tokoh utama kita balik lagi nih, komen ❤️ sebagai ritual

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                            。◕‿◕。

"Zombie?"

Tiba-tiba saja atmosfer berubah drastis, Aca terkejut sepersekian detik, laki-laki didepannya adalah mayat yang sudah mati tiga tahun lalu. Benar, Aca membunuhnya dalam otak sendiri lantaran kelewat benci.

Dilain sisi, kening Alam mengerut samar, jelas ia mendapati pergerakan dibibir Aca tadi, namun setelah mencoba menterjemah, ia tak menemukan satupun kalimat yang penyebutannya pas.

"Hi, Cuaca Anindira Areksa. Kenapa, hm? ngga nyangka disapa sama orang baik kayak gue?" desisnya mengambil langkah selangkah, membuat sang empu refleks memundurkan kaki dua langkah. Semua terlalu tiba-tiba untuk Aca yang menyakini, bahwa dia dan laki-laki pengingkar janji sialan ini tak akan pernah bertemu lagi. Ditekankan bagi Aca, Alambara sudah lama mati!

Di depan, sirkel Clara yang memang tak pernah lelah kembali bergunjing sadis.

"Bagaimana Aca bisa kenal cowok ganteng kayak dia?"

"Palingan Aca yang caper duluan, secara Alam kan ganteng banget!"

CUKUP!!!

Darahnya sudah cukup mendidih untuk tak terpancing!
"Ini tempat gue!" geram Aca, menepis tangan Zahra yang berniat menenangkannya. Aca dan emosinya.

"Siapa bilang?" Alam meringis linu, ia reflek mengusap kepala bagian belakangnya saat tak sengaja bertatap langsung dengan sepatu milik Aca. Sakitnya yang sudah hilang kembali terasa. "Damn psychopath."

"Gue bilang, jangan mulai, mood gue lagi jelek!" geramnya kembali memperingati. Telunjuknya ikut naik tepat didepan batang hidung mancung Alam.

Bukannya takut, sebaliknya bibir terbelah itu tersenyum, maniknya tak pernah lepas dari netra legam milik Aca, lantas menghempas telunjuk di depan batang hidungnya dalam satu gerakan. Ribuan tanya, amarah tanpa sadar tercampur menjadi satu. Sebaliknya yang ditatap melarikan pandangan kearah lain. "Uh ... mood Aca lagi jelek, gue atut," cemooh Alam, tak mengindahkan ancaman, membuat para siswi yang memang punya dendam kesumat kembali mengolok Aca. Hanya siswi. Sisanya membela.

Jengah, Aca memilih mengalah, meladeni manusia penghianat seperti Alambara Rajendra Pratama hanya membuang-buang waktu. Tentu, cowok yang sekarang ini berdiri di depannya tak datang dengan acara kebetulan, apalagi keadaan kepala kosong. Entah muslihat apalagi yang mau ia tunjukkan.

"Minggir, gue mau duduk!" titah Aca mendorong tubuh Alam yang menghalangi, namun belum sempat bokongnya menyentuh kursi, Alam sudah lebih dulu menghadang dengan tangan yang bertumpu pada sandaran benda coklat tersebut.

Manik yang memang tak pernah melepas pandangan kembali beradu tatap dengan netra Aca. Refleks lagi-lagi gadis itu membuang muka.
"Liat, lo bahkan nggak bisa natap mata gue," bisiknya tersenyum miris.

Old story(Cuaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang