Chapter 5

126 23 2
                                    

Hari demi hari berlalu dengan sangat cepat. Tidak terasa sudah 8 bulan Kei tinggal bersama Kuroo, yang berarti sudah 1 tahun lamanya tubuh Kuroo terbaring di rumah sakit. Selama beberapa bulan ini Kei mencari berita tentang kecelakaan yg dialami Kuroo. Namun hasil yg didapatkan tidak sesuai dengan apa yang Kei harapkan. Selama beberapa bulan ini pun, Kuroo tidak menceritakan tragedi yang dialaminya itu. Kei pun tidak ingin menanyakannya, karena Kei pikir kalau Kuroo tidak ingin membicarakannya, maka ia tidak berhak untuk menanyakannya. Di lain sisi, Kei masih bingung bagaimana caranya supaya ia bisa lebih terbuka kepada Kuroo. Kei ingin sekali menceritakan kisah kelamnya kepada Kuroo, namun sampai sekarang ia masih tidak bisa- belum bisa menceritakannya.

Kuroo sekarang sudah lebih sering pergi keluar apartemen Kei sendiri hanya sekedar untuk berjalan menghirup udara segar. Saat Kei pergi bekerja, Kuroo akan pergi ke taman di dekat apartemen kompleks Kei. Ia hanya duduk saja, melihat orang-orang yang bermain disana atau yang hanya sekedar melewati taman. Kuroo duduk di bangku taman, ia rebahkan kepalanya di sandaran dan memejamkan matanya. Tidak ada yang ia pikirkan, hanya membuat dirinya merasa nyaman. Sampai ia merasakan nyeri di kepalanya, Kuroo kemudian membuka kedua matanya dengan cepat. Meraih kepalanya dan karena rasa sakit yang ia rasa, Kuroo kembali menutup kedua matanya dan mengernyitkannya.

Sore itu Kei pulang lebih awal, dan setibanya di apartemennya, Kei tidak mendapati sosok Kuroo. Kei pikir mungkin Kuroo masih ada di taman, karena memang itu kebiasaan Kuroo sekarang. Setelah meletakkan tasnya di kamar, Kei kemudian berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan Kuroo masih belum kembali. Kei meletakkan celemek yang ia pakai ke tempat awalnya dan berjalan ke arah pintu untuk keluar menjemput Kuroo. Setibanya di taman, Kei tidak melihat keberadaan Kuroo. Bahkan di bangku yang biasa Kuroo tempati pun ia tidak ada disitu. Kei mencari di sekitar taman dan apartemen kompleknya, namun ia tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Kuroo. Kei mencoba untuk tidak panik supaya ia tetap bisa berpikir jernih. Setelah hampir 1 jam Kei mencari Kuroo, Kei memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Ia berpikir mungkin Kuroo sudah pulang dan sekarang sedang sibuk dengan acara tv kesukaannya.

~***~

Sudah 3 hari Kuroo tidak pulang, dan selama 3 hari ini Kei mencari Kuroo. Pikiran Kei mulai kacau, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Kuroo? Kei sudah menahan air matanya supaya tidak jatuh, namun gagal. Kei sudah tidak bisa menahannya lagi. Kei merasa sangat bodoh, Kuroo bukan siapa-siapanya. Kuroo hanya orang asing yang 'menumpang' untuk tinggal di rumahnya selama 1 tahun. Kesalahan bodoh yang Kei lakukan, membiarkan orang asing masuk kedalam hidupnya, dan sekarang orang itu pergi begitu saja. Pertama kalinya bagi Kei sejak terakhir kali ia menangis karena orang lain. Setelah dirasa ia sudah cukup tenang, Kei mengambil ponselnya dan menghubungi Akaashi.

Suara bel berbunyi, Kei segera menuju pintu untuk membukanya. Di dapan pintu apartemennya berdiri seorang pria bersurai gelap dengan sepasang kacamata membingkai matanya. Kei segera mengizinkan Akaashi untuk masuk. Akaashi langsung menuju ke sofa dan meletakkan tubuhnya diatasnya. Belum lama Akaashi menyamankan posisi duduknya, Kei datang menghampiri dan memeluk Akaashi. Tangisnya pecah saat Kei memeluk erat tubuh Akaashi. Akaashi sadar dengan apa yang sedang terjadi. Satu tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung Kei, dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk mengelus surai pirang Kei.

Cukup lama mereka berada diposisi itu, sampai akhirnya Kei menjauhkan tubuhnya dari Akaashi dan mengusap matanya. Akaashi masih diam, tidak membuka suara. Sampai akhirnya Kei menatap manik Akaashi.

"Dia pergi gitu aja" dengan suara yang serak Kei memulai pembicaraan. "Gue udah nyari dia 3 hari ini, tapi gue nggak nemuin keberadaannya dia". "Gue nggak tau apa ada yang salah sama gue, gue ngerasa kalo kita baik-baik aja. Kita lagi nggak berantem. Malah nggak pernah sama sekali, lo tau itu kan?"

"Iya Kei, gue tau kok kalo lo nggak pernah berantem sama Kuroo. Gue juga nggak nyalahin lo buat kepergian Kuroo"

"Kak, gue ngerasa kayaknya gue bodoh banget. Bisa-bisanya gue biarin dia masuk ke kehidupan gue. Disaat gue menjauh dari orang-orang yang pernah ada buat gue, gue biarin dia masuk gitu aja. Dan sekarang, gue nangisin dia pas dia pergi gitu aja"

Akaashi yang mendengar ucapan Kei tersebut, mengembangkan sedikit bibirnya. Tangannya ia letakkan dipucuk kepala Kei dan mengelusnya lembut.

"Lo gemes kalo lagi kayak gini Kei" sahut Akaashi meledek.

"Gue serius kak!!" Kei yang kesal akhirnya memalingkan wajahnya dari pandangannya ke Akaashi.

"Sorry sorry, gue gak tahan mau godain lo hehe" Akaashi kembali memposisikan duduknya supaya lebih nyaman. "Lo tenang dulu aja Kei, gue bakal bantu lo buat cari Kuroo. Gue gamau liat lo kayak gini terus. Tapi kayaknya gue harus berterima kasih ke Kuroo deh ya"

Dengan cepat Kei menatap ke arah Akaashi, bingung. "Kok lo mau bilang makasih ke Kuroo? Kan dia yang udah bikin gue jadi kacau kayak gini??"

Akaashi kembali tersenyum melihat raut wajah Kei yang saat ini menurutnya sangat menggemaskan.

"Udah berapa kali sih harus gue bilang, lo tuh udah kayak adik gue sendiri Kei. Udah 5 tahun ini gue perhatiin lo terus, gue tau banget lo orangnya kayak gimana Kei. Lo nggak bakal buka privasi lo kalo lo emang lo nggak ada rasa sama orang itu. Bahkan ke gue pun lo masih belom bener-bener terbuka"

Jantung Kei hampir lepas saat mendengar ucapan Akaashi. "Rasa"? Apa iya Kei memiliki "rasa" yang berbeda kepada Kuroo? Semua ucapan Akaashi tidak ada yang salah, Kei bukan orang yang dengan mudahnya membuka privasinya dan membiarkan orang lain masuk ke dalam hidupnya. Bahkan untuk Akaashi sekalipun, butuh waktu yang lama untuk bisa masuk ke dalam hidupnya.

"Keiii?" Akaashi menepuk bahu Kei pelan. "Jangan bengong hei"

"Eh sorry"

"Udah buat sekarang nggak usah terlalu lo pikirin omongan gue tadi. Gue bakal bantuin lo buat nyari Kuroo, yaa walaupun kayaknya agak mustahil karna gue nggak bisa liat dia"

Mendengar ucapan Akaashi tersebut Kei akhirnya menyadari sesuatu. Ya, Kei benar-benar bodoh sampai ia lupa kalau Kuroo yang selama ini ada dengannya, hanya jiwanya saja. Dengan cepat Kei bangkit dari duduknya dan pergi ke kamarnya untuk mencari sesuatu. Akaashi yang masih bingun melihat gelagat Kei, hanya memperhatikan dari tempat duduknya. Tidak lama Kei keluar dari kamarnya membawa beberapa artikel ditangannya. Kei meletakkan artikel-artikel itu di atas meja, dan membuka halaman demi halaman. Akaashi hanya memperhatikan gerak tangan dan mata Kei. Sampai akhirnya tangan Kei berhenti di salah satu halaman, dan jari-jarinya sibuk menyusuri tiap kalimatnya.

Mata Kei terbelalak saat menemukan satu nama tempat yang ia yakini Kuroo pasti ada disana. Ya, tempat itu adalah rumah sakit dimana tubuh Kuroo terbaring dan dirawat. Dengan cepat Kei menunjukkannya ke Akaashi. Akaashi yang memahami apa yang ada dipikiran Kei, kemudian mengambil kunci mobil yang ia letakkan di saku celananya. Kei bergegas mengambil dompet dan handphone di kamarnya, dan mereka berdua bergegas menuju mobil Akaashi.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang