Renjun tengah menyiapkan beberapa makanan untuk mengisi perutnya. Hanya susu dan sehelai roti tawar beserta selai kacang yang menemani sarapannya itu. Cuaca yang sedang mendung diluar jujur saja membuat ia tak bersemangat untuk berangkat ke kampus, seperti sekarang ini. Bahkan rintik hujan sudah mulai membasahi jalanan yang semakin membuatnya ingin kembali tidur saja.
Dengan kaos hitam andalannya, lelaki itu perlahan menyantap sarapan sederhana yang telah dibuatnya tadi. Mata jernihnya memandang langit gelap disertai angin kencang yang terlihat dari kaca apartemen.Dua helai roti telah habis dan kini waktunya untuk berangkat. Renjunpun mulai menaruh semua piring, sendok serta gelas yang sudah digunakan ke wastafel dapur. Kemudian barulah ia menyandang tas ranselnya, mematikan beberapa lampu dan berjalan keluar.
Sesampainya ia di lantai dasar apartemen, tiba-tiba hujan yang tadinya hanya rintik-rintik bertambah lebat hingga suara desiran air itu terdengar keras dipendengarannya.
"Kenapa disaat seperti malah hujan?"
Kesal Renjun dalam hati. Bila seperti ini ia terpaksa hujan reda. Ia bisa basah kuyup bila memaksa untuk menunggu di halte.
Dengan penuh keterpaksaan, Renjun berdiri di sana seorang diri. Ia beberapa kali melirik ke jam tangan yang sudah menunjukkan pujul 8 pagi. Tanda-tanda ia akan terlmbat semakin besar. Kelasnya akan dimulai kelas 30 menit lagi. Jelas kelasnya sudah mulai ketika ia sampai disana nanti.
"Renjun!"
Namun tiba-tiba suara dingin mengusik Renjun yang sedang resah itu. Renjunpun lantas membalikkan tubuhnya. Dan mendapati seseorang yang baru ia jumpai kemarin.
"Jeno?" Renjun terlihat kebingungan.
Lelaki bernama Jeno itu mendekat dan berdiri di sampingnya sekarang.
"Kau belum berangkat ke kampusmu?"
Pertanyaan itu Jeno layangkan ke sosok kecil yang tak jauh darinya itu. Renjun kemudian menggeleng, "Hujannya tidak reda-reda. Aku terpaksa menunggu." Jawabnya.
"K-kau sendiri? Kenapa bisa ada disini?" Kini giliran Renjun yang bertanya.
"Haechan mengajakku untuk menginap setelah dia mengantarmu semalam."
Renjun mengangguk dan kembali membawa pandangannya ke arah depan. Kedua tangannya juga kini ia gosokkan untuk mencari kehangatan di tengah terpaan angin yang berhembus kencang itu.
Tanpa Renjun sadar, Jeno telah semakin mendekat, melepaskan jaket jeans yang ia kenakan lalu memberinya ke sosok yang tampak sedang kedinginan tersebut.
Bohong bila Renjun tidak terkejut. Bahkan debaran jantungnya lebih kencang dari yang semalam. Jeno begitu dekat dengannya, hingga bau mint yang begitu semerbak tercium di indra penciumannnya. Namun Renjun mencoba untuk tenang dan tidak salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
Teen Fiction[NOREN STORY] "Kau lari ke ujung duniapun darahmu masih bisa ku cium, Huang Renjun! Jadi jangan coba-coba kabur dariku." Jeno & Renjun ❗BxB❗ Noren/Jenren ⚠ BANYAK ADEGAN KEKERASAN DISINI! HARAP BIJAK YAA!