Renjun baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya hari ini. Jam masih menunjukkan pukul 11 siang. Terlalu cepat rasanya bila ia langsung pulang begitu saja. Sembari melihat keadaan jalan yang ramai, Renjun berpikir untuk me-refreshkan otaknya saja dengan berjalan-jalan mencari suatu hal.
Kakinya berhenti di depan toko buku bernuansa retro tersebut. Renjunpun masuk ke toko buku yang kebetulan bersebelahan dengan kampusnya itu seraya berkeliling mencari buku yang dapat menarik perhatiannya.
Suasana disini sangat tenang. Jauh dari kata ribut yang sangat dibencinya. Beberapa mahasiswa serta dosen pengajarnya juga tampak sedang membaca buku di sudut baca toko tersebut. Kaki Renjun tak berhenti, matanya juga berkeliaran memperhatikan buku yang tersusun dari atas sampai bawah. Hingga pengelihatannya terkunci pada sebuah buku bertuliskan RAGU.
Renjun lantas menarik buku yang ada di hadapannya itu dan membawanya ke sebuah meja yang tersedia disana. Tangan Renjun mulai membalik halaman buku itu satu persatu. Kertasnya tampak lusuh, serta berkerut. Menandakan buku ini sudah lama ada disini.
Satu persatu halaman dibuka, "Terkadang kau diharuskan percaya dengan keraguan, pertanda tuhan sedang menguji kekuatan hatimu." Bagitulah kalimat yang tertulis disana. Renjun terdiam sejenak lalu kembali membali meneliti setiap inci tulisan dibuku itu.
"Renjun!"
Tepat dihadapannya, berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi yang membuat pandangan Renjun terpecah. Lelaki itu mengangkat kepalanya seraya melihat siapa yang memanggil.
"J-jeno? Kau ada disini?"
Renjun terkejut bukan main saat melihat lelaki itu berdiri di hadapannya sambil memegang buku di tangan kanannya. Jeno lantas tersenyum lalu mendorong kursi didepan Renjun dan mendudukinya.
"Aku merasa bosan, makanya aku kemari. Lalu tiba-tiba aku melihatmu dari kejauhan. Tidak disangka-sangka kita akan bertemu disini."
Renjun mengangguk, "Oh, begitu. Apa kau tidak bersama Haechan? Biasanya kalian bersama." Renjun kembali bertanya.
"Tidak, dia sepertinya sedang ada urusan di luar. Aku tak enak mengajaknya."
Renjun kembali mengangguk. Keduanyapun kini tak lagi bersautan. Renjun fokus dengan buku yang sedang dipegangnya tersebut. Jenopun begitu, mereka larut dalam sunyinya toko buku itu. Tak berlangsung lama memang sampai akhirnya Jeno kembali membuka suara.
"Kau sudah makan?"
Renjun menatap lawan bicaranya sambil menggeleng, "Belum, sepulang dari kampus tadi aku langsung kesini. Jadi belum sempat makan." Jawaban Renjun barusan membuahkan ide dipikiran Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
Teen Fiction[NOREN STORY] "Kau lari ke ujung duniapun darahmu masih bisa ku cium, Huang Renjun! Jadi jangan coba-coba kabur dariku." Jeno & Renjun ❗BxB❗ Noren/Jenren ⚠ BANYAK ADEGAN KEKERASAN DISINI! HARAP BIJAK YAA!