t e n

387 93 38
                                    

Junkyu berjalan dengan tergesa-gesa membelah keramaian yang ada dengan sebuah handphone yang ia tempelkan di samping telinganya.

"Lo dimana sih anjir?!" Gerutunya pada handphone yang tersambung dengan panggilan pada seseorang.

"Di aula."

"Tadi katanya di taman belakang sekarang di aula, lo sengaja bikin gue muterin sekolah hah?"

Orang di seberang terkekeh, "Hehe. Ya maaf. Kali ini gue beneran!"

Kaki Junkyu menuntunnya untuk sampai pada gedung luas bercat putih yang biasa di gunakan saat ada acara-acara penting di sekolahnya itu. "Dimana?" Tanyanya sekali lagi.

"Kan udah gue bilang di aula."

"Yang ada di aula bukan cuma lo ya jingan. Lo dimananya?"

"Oh, bilang dong daritadi.. gue lagi di deket panggung."

"Tunggu. Gue kesana. Telponnya jangan di matiin dul--"

Tut tut!

Belum selesai ia berbicara, tapi telpon sudah di matikan sepihak oleh lawan bicaranya. "Bangsat emang."

Junkyu berjalan ke panggung, namun maniknya sama sekali tidak mendapati kawannya itu disana.

"KYU!" Teriakan itu membuat Junkyu refleks menoleh ke belakang. Disana Yoshi sedang membawa 2 buah roti di tangannya, sedikit berlari ke arah Junkyu.

"Gue bilang tunggu disini malah kelayapan njing." Umpatnya pada Yoshi yang sudah berada di depannya.

"Nih." Yoshi menyodorkan sebuah roti pada Junkyu.

"Loh? Dapet darimana? Bukannya kantin pada tutup ya?"

"Dari panitia, tadi gue minta."

"Oh." Junkyu membuka bungkus roti cokelat itu dan memakannya.

Melupakan kekesalannya pada Yoshi yang sempat membuatnya hampir mengelilingi sekolah.

Bagaimana tidak? Tadi Yoshi bilang, ia ada di kelas. Tapi saat ia menuju kesana, Yoshi meralat ucapannya. "Gue di toilet." ia kemudian berbalik badan untuk menuju Toilet tapi Yoshi kembali berkata, "eh salah, sekarang gue di ruang guru." Yang mana jarak tempatnya berpijak sekarang sudah sangat dekat dengan toilet. Habis sudah kesabaran Junkyu, ia memilih diam di tempat dengan raut wajah yang datar. "Lo sebenernya dimana sih sat?!" Di jawab kekehan oleh Yoshi. "Gue di taman belakang, Kyu. Eh! Gak gak! Gue di aula!" Junkyu menghela napas, "kalau lo boong lagi gue timpuk pake sapu kelas."

Ya begitu lah.. Drama memang.

"Semua murid di harap untuk berkumpul di aula karena acara akan segera di mulai."

Suara pengumuman dari speaker sekolah terdengar. Memberi aba-aba agar murid masuk ke dalam aula yang sudah di sediakan dan duduk di dalam sana.

"Kita duduk disana yuk!" Ajak Yoshi seraya menunjuk bangku paling depan. Junkyu hanya berdeham menanggapi ucapannya.

Acara sudah di mulai. Dari pertunjukan tarian daerah sampai dance yang saat ini sedang populer pun sudah di tampilkan.

Kini saatnya untuk pembagian piagam untuk murid-murid yang berprestasi.

" Ini dia siswa kebanggaan kita semua, siswa yang sudah mengikuti olimpiade matematika mewakili sekolah dan meraih juara pertama. Mari kita sambut, Kanemoto Yoshinori!"

Yoshi maju ke depan dengan senyum manis yang senantiasa mengembang.

"YEY! YOSHII!" Junkyu berteriak heboh.

Yoshi menerima piagam dan piala itu, tangannya di ulurkan untuk menjabat gurunya sebagai bentuk formal. Juru kamera yang bertugas segera mengambil foto-fotonya.

Junkyu menyipitkan matanya. Merasa ada yang aneh pada Yoshi. Matanya berkedip beberapa kali seolah menahan sakit, napasnya memburu, peluhnya sebesar biji jagung padahal ruangan ini berAC.

Seperkian detik kemudian kejadian yang tidak pernah Junkyu bayangkan terjadi.

BRUKK!

Tubuh Yoshi ambruk. Ia jatuh pingsan. Membuat semua murid yang berada di aula berteriak histeris.

Panitia yang melihat segera membopong tubuh Yoshi ke uks. Begitu pula Junkyu yang senantiasa mengikuti di belakang panitia.

Tapi saat ia berada di ambang pintu uks, hendak melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sana, seseorang mencegat tangannya.

"Boleh ngomong berdua sama lo gak?" Itu Park Jihoon, tatapannya menyendu saat berbicara padanya.

Junkyu yang masih kaget hanya bisa mengedipkan matanya bingung. "Hah?"

"Gue mau ngomong tapi cuma berdua sama lo."

"A-ah.. oke.." Jihoon menarik tangan Junkyu sampai jarak mereka agak menjauh dari uks kemudian melepaskannya. Tapi setelah 5 menit berlalu Jihoon tak kunjung membuka suaranya.

"Lo mau ngomong apa, Ji?"

Jihoon berdeham. "Junkyu, gue mau minta maaf.."

"Hah? Minta maaf soal apa?"

"Sebenernya.. gue yang udah bunuh adek lo."

END

Ciee di gantung:)

Karena ini 00L series, coba tebak deh siapa yang bakal nyapa kalian di book 2 nanti..

Makasih banget buat yang udah mau baca cerita ini huhu.. apalagi yang votment <3
Aku tau cerita ini ga sebagus yang lain, tapi kalian udah mau nyempetin waktu buat baca

Aku sukaaa banget bacain komenan kalian^^
Komenan kalian itu bikin moodku jadi nambah tau ga? Jadi semangat up nya wkwk

Udahlah, ku kebanyakan ngomong..

SEE U IN THE NEXT BOOK-!🖤

[i] maldición: date of birth (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang