✨✨✨✨
•
•
•
•
•"Mari kita lihat bagaimana keadaan perempuan itu saat ini, pasti akan sangat menyenangkan melihatnya. Dengan begitu dia nggak akan berani lagi buat deketin Bagas." Quinsha mengambil kunci disaku dan segera membuka pintu gudang. Begitu masuk dia terdiam karena tidak melihat Bella berasa di sana.
"Sial. Siapa yang berani nyelamatin perempuan itu? Kunci gudang ada sama gue, dan gak ada orang lain yang megang kecuali petugas sekolah." Gumamnya melihat sekitar gudang memastikan bahwa Bella benar-benar tidak ada di sana.
"Nggak mungkin, ya nggak mungkin dia. Ok Quinsha lo harus tenang, Bagas nggak boleh sampai curiga sama lo. Toh nggak ada bukti kalau lo yang ngelakuin semua ini, cctv juga sudah diberesin sama anak-anak." Ucap Quinsha mencoba tenang.
•••••
"Ayo makan buburnya, Bella."
"Nggak mau, Ma. Kan Mama tau sendiri aku paling anti sama yang namanya bubur putih."
"Ya tapi kamu mau makan apa sayang? Kamu lagi sakit dan sedang di rumah sakit, jadi ya mau nggak mau harus makan bubur dulu."
"Ya kan Mama bisa pulang dulu buatin makanan terus bawa ke sini." Arum menghela nafas dan menyentil kening Bella.
"Banyak maunya kamu ya, capek Mama ngurusin kamu kalau lagi sakit. Ada saja yang diminta." Bella cemberut mendengar ucapan Arum.
"Tunggu di sini Mama beliin makanan di kantin, awas saja kalau masih nggak mau makan. Mama telpon Bagas ya nanti." Arum mengambil dompet dan berlalu keluar untuk membeli makanan.
"Ya orang nggak suka masa harus dipaksa buat makan sih, Mama mah aneh." Gumam Bella menatap punggung Arum yang menghilang dibalik pintu.
Bella terdiam memikirkan kejadian yang menimpanya kemaren. Dia sungguh tidak habis pikir jika Quinsha bisa senekat itu hanya karena obsesinya terhadap Bagas. Sungguh, jika dia menjadi Quinsha lebih baik dia memilih laki-laki lain dari pada harus cari perhatian dan menghalalkan segala cara untuk menarik perhatian orang yang dia suka.
"Hah... Gue nggak bisa bayangin gimana kalau Bagas sampai tau siapa yang ngelakuin semua ini. Bahkan gue sanksi Bagas belum tau siapa pelakunya, dia itu punya seribu cara dan pola pikir yang sangat sulit untuk ditebak." Gumamnya tersenyum kecut.
"Bosen... Pengen pulang saja nonton Drakor, atau nggak ngefangril seorang Oh Sehun." Serunya, disaat sibuk meratapi kebosanan yang ada, Bella tidak sadar jika ada seseorang yang masuk.
Orang itu terdiam di depan pintu menatap datar ke arah di mana Bella berada. Senyum kecil muncul di bibirnya melihat wajah melas Bella.
Mata Bella terbelalak begitu melihat siapa yang ada di ruangannya, tetapi dengan cepat dia merubah raut wajahnya dan tersenyum pada orang itu. Bella memejamkan matanya ketika merasakan ciuman hangat dikeningnya.
"Bagas aku bosen, kita keluar yuk jalan-jalan." Ucapnya begitu Bagas duduk.
"Sudah mendingan?" Bella mendengus mendengar Bagas yang coba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu bawa apa itu?" Bella melongokkan kepalanya melihat barang yang Bagas bawa.
"Ck, kalau soal makanan kamu cepet sama kayak Aqeela." Bella tersenyum dan meraih kantung yang diberikan Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About B
Teen Fiction"Paling males kalau disuruh minta tanda tangan kakak kelas aku." "Seru tau, Bell. Bisa lihat kakel ganteng." "Tuh, Bell lo kesana gih. Gue lihat dari tadi salah satu dari mereka ngelihatin lo terus." "Siapa sih?" "Kak Bag...