Akhirnya kemalasan gua untuk ketik nih cerita berakhir.
Enjoy buat kalian yang baca.
Maap nih yang udah nungguin nih cerita tapi gak up-up, soalnya susah banget tau Ngumpulin niatnya dan ngalahin kemalasan untuk ketik cerita ini, huhu.
Untuk kalian : 💚💚💚🥰🥰🥰😘😘😍😍💘💜🤍🤎💘💖💘
Saizza menatap kearah Ravin yang terlihat cuek dengan makanannya sambil memainkan ponsel.
Sebenarnya Saizza heran kenapa orang-orang bisa makan sambil main hape?
Apa lagi ada orang yang bisa buang air besar sambil main hape? Itu hape gak takut nyemplung apa? Dan gimana mereka bersihnya, hapenya taruh dimana?
Balik ke cerita, saat kejadian semalam Saizza menangis dengan air mata yang tumpah ke pipi seperti air terjun yang deras mengalir apalagi keluarnya isakan Saizza yang saat itu memilukan kuping Ravin. Sambil memohon agar tidak melakukan tindakan pelecehan ataupun pemerekosan terhadap dirinya yang belum siap atau lebih tepatnya sangat belum siap dan tidak akan siap.
Ravin yang saat itu berubah seratus delapan puluh derajat dari pria yang cuek dan dingin, menahan sudut bibirnya agar tidak tertarik, berusaha menahan wajah dinginnya yang mengintimidasi. karena tidak sanggup dan tak enak hati melihat Saizza menangis sampai sesegukan. Ravin memilih menyudahi.
Tapi, karena tidak mau begitu saja menyudahi kejahilannya terhadap Saizza, akan tidak seru buat Ravin jika harus menyudahi begitu saja tanpa syarat-syarat yang membuat lawannya kesusahan.
Dan saat Syarat itu keluar dari mulutnya Saizza otomatis menolak tapi sekali lagi Saizza tidak bisa menolak karena ancaman dari Ravin-yang mulai saat ini sangat memuakkan bagi telinga Saizza Untuk mendengarnya.
"Oke, Lo gak bakal gua apa-apain tapi gak jan-" Saizza sudah ingin memotong tapi Ravin tidak membiarkan. "Tapi gak janji. Dan untuk itu Lo harus turutin apa mau gua, kalo gak Lo tau apa akibatnya yang akan gua lakuin. Hm, yang ringan dulu aja lah, Lo harus masakin gua makanan yang enak, kalo gak enak makanan itu bakal gua buang ke sampah."
Psttt, mendengar ucapan terakhir dari mulut Ravin membuat hati perempuannya terhina. Walau Saizza tidak terlalu suka memasak dia bisa saja menangis atau menusuk bagian tubuh Ravin dengan pisau yang sangat tajam. Jahat sekali jika Ravin benar-benar akan melakukan hal itu.
"Tapi ingat bukan cuma untuk sehari doang, seterusnya sampai pernikahan ini berakhir." Sambung Ravin. "Kalo Lo gak lakuin itu ya gua bakal terjang Lo."
Oke, itu cukup memuakkan
"Oke, hanya itu. Gak ada yang lain!" Final Saizza. Dengan tubuhnya yang berbalik menuju kamar mandi. Saizza malas dan muak mendengar dan melihat kemesuman yang keluar dari mulut seseorang yang ia benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAIZZA
Teen FictionPernikahan tersembunyi. Saizza kira pernikahan seperti itu hanya ada di dunia pernovelan, tapi ternyata tidak. Karena saat ini saizza yang baru saja menduduki bangku kelas Xll harus menerima kenyataan, bahwa dia sudah berstatus sebagai istri orang.