25| The Feeling

77 17 2
                                    


Saat ini Osamu merasa bodoh. Tidak. Nyatanya kembaranya lebih bodoh lagi. Pasrah pada keadaan dan menyerah memperjuangkan perasaan, merupakan keputusan Atsumu yang paling bodoh.

"Chi-chiyo-chan? " 

Retina itu melebar melihat gadis yang terengah-engah di depan pintu apartemenya. Waktu hampir menunjukan pukul dua belas malam, udara semakin dingin. Apa yang dilakukan Chiyo di Hyogo?.

Dia datang jauh-jauh kemari untuk Atsumu?

"Atsumu! Dimana dia? " Chiyo menegakan badan, napasnya belum beraturan.

Osamu berdecak. Sekali lagi dia mengamini kalau kembaranya benar-benar bodoh. Kenapa dia menyia-nyiakan gadis seperti Chiyo?. Dan sekarang pria itu dirundung rasa bersalah, pasalnya baru saja ia mengusir Atsumu keluar. Mana Osamu tahu kalau Chiyo akan nekat mencari Atsumu sampai kemari.

Dan kakak kembarnya itu entah hilang kemana dia sekarang.

"Gomen. (Maaf) "  pria bersurai hitam itu menunduk. "Aku baru saja mengusirnya. Sekarang aku tidak tau dia ada di mana. " lanjutnya, menyesal.

Chiyo terdiam. Sejak tadi kakinya bergetar, kelelahan, seakan siap patah kapan pun saja. Badanya terasa dingin namun, 

"Aku akan mencarinya! " 

Putusnya kemudian, segera berlari kembali.

"Eh?! " kepala Osamu sontak menegak. Gadis itu sudah tidak ada lagi di hadapanya, telah pergi, kembali berlari.

Chiyo tak peduli pada keadaan tubuhnya sekarang. Chiyo tidak ingin istirahat, Chiyo tidak mau mengulur waktu. Chiyo ingin berlari menuju apa yang dia inginkan, seseorang yang memiliki hatinya.

Osamu menatap punggung yang semakin mengecil itu penuh arti. 

Banyak wanita yang menginginkan Atsumu. Mereka cenderung melakukan banyak hal untuk mendapatkan pria itu. Osamu sangat mengerti. Tapi belum pernah ada yang memperjuangkan Atsumu sampai seperti ini kecuali Chiyo.

"Ck. Sialan! " Pria itu mengerang. 

Dia masuk kedalam untuk mengambil mantel hangat. Lalu berjalan keluar dari apartemen untuk mencari kakak kembar sialanya. 

Andai saja Osamu tadi melemparkan juga ponsel Atsumu kepada pria itu. Mungkin keberadaanya sedikit lebih mudah untuk ditemukan.

🌷🌷🌷


Di malam yang dingin ini, aliran darah Chiyo terasa seperti akan membeku. Sendi-sendinya sakit. Telinga dan pipinya memerah kedinginan. Kabut tipis tak henti-henti keluar dari mulutnya. Dia mulai kehabisan napas.

Retinanya menyapu sekitar, berharap menemukan sosok Atsumu. 

Surai kemerahan itu berkibar karena angin. Chiyo bisa merasakan kedua tanganya yang mulai mendingin. Salahnya karena tidak memakai sarung tangan. Kedua kakinya kini mulai terpincang-pincang, nyeri yang dia rasakan mulai menjadi, rasa perih di kedua tungkai kaki bisa Chiyo rasakan.

Walaupun begitu Chiyo tetap berlari. 

"Yang Chiyo-chan butuhkan adalah sensasi. "

Ucapan Atsumu terngiang. Chiyo bahkan bisa melihat senyuman itu. Senyuman yang ia rindukan. 

Berlari dan Atsumu adalah satu. Berawal dari lomba lari, sensasi lari, hingga semuanya terpatri di hati. Dulu saat Chiyo berlari dan tak sengaja melihat Atsumu, dia menampik kalau itu hanyalah sebuah kebetulan. 

Tapi siapa sangka, tulisan dari buku yang pernah dia baca itu benar. 

Bisa dibilang kebetulan itu tidak ada. Hanya para manusia saja yang menganggap sebuah takdir tak sespesial yang dikira. 

The Feeling ||Miya Atsumu X OC||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang