PROLOG
Ganxu, Dingxi - 2005
Sebuah kedai ramen berdiri kokoh di pinggir jalan, tampak ramai oleh pembeli. Kedai itu sederhana, hanya bangunan tiga lantai di mana rumah pemilik berada di lantai atas dan sebuah kedai kecil di lantai paling bawah.
Ramen yang disajikan di sana memiliki cita rasa yang tidak bisa dibandingkan dengan ramen mana pun. Terasa ringan dan lezat, membuat orang-orang tak pernah bosan untuk memakannya.
Hal itu juga yang membuat salah satu keluarga mendatangi kedai ramen tersebut secara rutin. Putra mereka yang masih berusia delapan tahun adalah penggemar mie ramen. Mereka, ibu, ayah dan anak memiliki selera yang sama.
Sang ibu duduk di tempat biasa bersama keluarga. Di sebuah meja di dekat konter, mengusap sudut bibir putra semata wayangnya dengan tisu, kemudian bertanya, "Zhan, apa ramennya enak?"
Si bocah kecil yang dipanggil Zhan sontak mengangguk antusias. Bocah itu makan dengan lahap, sesekali mengalihkan tatapannya kepada seorang lelaki paruh baya yang tengah memasak di belakang konter.
Tangan kekar dengan lihai mengaduk mie, memotong sayur, meracik segala macam bumbu. Untuk sesaat, pandangan bocah kecil itu terpaku pada si pria penjual ramen. Sangat kagum dan ingin belajar membuat mie yang sama agar dapat memakannya kapan pun dia mau.
"Zhan, cepat habiskan makananmu. Nanti mie-nya keburu dingin," ujar sang ibu.
Tersadar, bocah itu kembali terfokus pada mangkuk mie di atas meja, kemudian makan dengan lahap.
*****
"Hiks ... hiks ... Ibu ...."Tangis pilu seorang bocah laki-laki berusia sembilan tahunan mengiringi kepergian sang ibu. Sekeras apa pun si bocah kecil menangis, tetap tak mampu menghentikan orang-orang untuk membawa peti mati ibunya ke tempat kremasi. Ibu dan anak itu telah terpisah oleh jarak yang sangat jauh. Sebuah jarak bernama kematian.
Xiao Zhan namanya, bocah kecil berusia sembilan tahun yang berasal dari keluarga cukup terpandang. Ayahnya, William Xiao adalah pebisnis yang sukses. Keluarga itu hidup dengan bahagia. Setiap akhir pekan, sang ayah akan mengajak istri dan anaknya untuk pergi berjalan-jalan. Setelah itu, mereka akan mampir ke sebuah kedai kecil di pinggiran kota yang cukup terkenal. Sebuah kedai yang menyediakan menu mie ramen lezat. Xiao Zhan sangat menyukainya.
Namun, sebuah kehilangan besar membuat keluarga bahagia itu goyah. Sepeninggal sang ibu, keluarga mereka seolah kehilangan kehangatan dan cinta. Tuan Xiao lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Tetap sibuk adalah cara terbaik untuk melupakan kesedihan. Terlalu lupa hingga putranya yang masih kecil kini kehilangan perhatian.
Xiao Zhan, bocah polos yang memang sejak awal bersekolah di tempat anak-anak berkebutuhan khusus. Sikapnya masih seperti anak lima tahunan. Pendiam dan pasif. Terlampau pemalu kepada semua orang yang ditemuinya. Namun, dia memiliki IQ di atas rata-rata. Dia memiliki kelebihan yang tidak diketahui oleh orang lain, yaitu memiliki kemampuan mengingat di atas rata-rata orang normal.
Dua bulan setelah kematian sang ibu, Xiao Zhan kabur dari rumah. Bocah kecil itu membawa sejumlah uang milik sang ayah dan pergi menuju kedai ramen favoritnya. Tidak banyak yang dia bawa. Hanya cukup untuk ongkos naik bus dan membeli semangkuk mie saja.
Kediaman Xiao dibuat kalang kabut atas hilangnya putra pemilik rumah. Tuan Xiao yang mendengar kabar bahwa putranya menghilang sangat panik dan langsung pergi dari kantor. Tidak ada satu orang pun yang melihat Xiao Zhan keluar dari rumah. Mereka mengecek CCTV, dan ternyata Xiao Zhan memang pergi ke luar, mengambil arah kanan setelah keluar dari gerbang rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBO RAMEN SHOP (YIZHAN)
FanfictionWang Yibo, pemilik kedai ramen yang hampir bangkrut jatuh cinta kepada seorang gelandangan?! Seorang tuna wisma berwajah lusuh ternyata adalah sosok lelaki yang sangat manis setelah tubuhnya dibersihkan. "Xiao Zhan, hiduplah bersamaku!" pinta Yibo...