Bobo Ramen Shop
🍜🍜🍜🍜🍜Lima belas tahun kemudian ....
Wang Yibo terbangun dengan titik-titik keringat yang membasahi keningnya. Mimpi itu datang lagi. Sepasang mata polos yang berkaca-kaca seolah tengah dilanda kecewa, menimbulkan kesan mendalam, simbol dari sebuah ketidakberdayaan di masa lalu.
Yibo selalu menyesali hari itu. Hari di mana dia terakhir kali melihat Xiao Zhan. Yibo bertanya-tanya mengapa dirinya tidak menghentikan ayah Xiao Zhan waktu itu. Setidaknya mengucapkan sepatah kata untuk membela, atau mungkin ucapan singkat sampai jumpa. Melihat ke belakang, dirinya di masa kecil benar-benar seorang pengecut. Pecundang.
Menyisir rambut dengan jemari, kemudian turun dari ranjang. Wang Yibo pergi ke kamar mandi untuk selanjutnya bersiap membuka kedai.
Pukul delapan pagi, jam biasa bagi Wang Yibo untuk mengoperasikan kedai ramen. Kedai ini adalah harta satu-satunya yang dimiliki Yibo, warisan berharga yang ditinggalkan oleh mendiang Nicholas Wang kepadanya. Lima tahun telah berlalu sejak kematian sang ayah dan kini Wang Yibo yang mengelola kedai ramen. Dibantu oleh satu orang karyawan, secara teknis kedai ramen milik mendiang sang ayah hampir bangkrut.
Alasannya sederhana, karena Wang Yibo tidak terlalu pandai memasak. Sekeras apa pun pria itu belajar, tetap saja tidak bisa membuat ramen dengan rasa yang sama seperti mendiang sang ayah. Perlahan, jumlah pelanggan mulai berkurang. Orang-orang tidak lagi mau mampir karena rasa ramen kini telah berbeda. Sama saja seperti ramen-ramen lain di pinggir jalan. Tidak ada yang istimewa. Ditambah dengan banyaknya saingan usaha yang kini mulai menjamur di sekitar kedai ramen itu, membuat bisnis yang diwariskan kepada Wang Yibo kian terpuruk.
Wang Yibo tidak menyerah begitu saja. Meskipun hampir bangkrut, dia tidak pernah berniat untuk menutup kedai karena tempat itu adalah warisan satu-satunya dari mendiang Nicholas Wang.
"Bos, maaf aku terlambat!" derap langkah disertai seruan nyaring menginterupsi Yibo yang saat itu tengah mengelap meja. Cao Jun Xiang, satu-satunya karyawan Yibo yang bekerja di kedai datang terlambat hari ini.
"Kau terlambat sepuluh menit. Sekali lagi kau terlambat, akan aku potong gajimu," ucap Yibo sinis.
"Ya, maaf, Bos. Tadi aku lupa memberi makan kucingku. Jadi aku kembali lagi ke rumah."
"Omong kosong. Rumahmu sangat dekat dari tempat ini," timpal Yibo.
Cao Jun Xiang hanya tersenyum kaku. "Hehe maaf, Bos. Aku bangun kesiangan."
Yibo hanya menggeleng, kemudian melanjutkan kegiatannya. Cao Jun Xiang dengan sigap membantu mempersiapkan kedai.
Kedai sudah siap melayani pelanggan sejak pukul sembilan pagi. Namun, hingga waktu makan siang, belum juga ada pelanggan yang mau mampir ke kedai ramen milik Yibo.
Bobo Ramen Shop, begitulah nama kedai itu. Tegak berdiri di persimpangan jalan meskipun dekade telah berganti. Minat masyarakat pun berubah. Segalanya tak lagi sama. Kini, orang-orang lebih memilih makan siang di sebuah restoran spaghetti di seberang jalan sana. Restoran yang terlihat high class meskipun rasanya biasa-biasa saja. Terlebih dengan porsi yang sedikit dan harga yang mahal.
*****
"Heh! Apa yang kau lakukan di sini?! Pergi! Pergi!" Suara Cao Jun Xiang membuat Yibo yang saat itu tengah sibuk di belakang konter mengalihkan atensinya. Yibo tengah membuatkan pesanan untuk dua orang pelanggan. Pesanan pertama yang mereka terima siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBO RAMEN SHOP (YIZHAN)
Fiksi PenggemarWang Yibo, pemilik kedai ramen yang hampir bangkrut jatuh cinta kepada seorang gelandangan?! Seorang tuna wisma berwajah lusuh ternyata adalah sosok lelaki yang sangat manis setelah tubuhnya dibersihkan. "Xiao Zhan, hiduplah bersamaku!" pinta Yibo...