Chapter 4: Anda Mengenalnya, Tuan Muda?

464 56 7
                                    


Pria bercadar hitam itu bergerak maju, menggunakan pedang di tangannya untuk mendorong Jisoo ke belakang. Wajah tampan yang selalu setenang air danau sama sekali tak menunjuk ekspresi takut atau ragu, sudut bibirnya terangkat, tersenyum mengejek pada sepasang mata bengis yang menatapnya penuh ancaman. Tatapan intimidasi itu tak sedikitpun membuat nyali Jisoo menciut, ia menahan pedang perampok dengan pedangnya. Ia bahkan mengangkat sebelah alisnya seolah-olah mengatakan kata-kata menantang, "Hah, hanya ini kemampuanmu?"

Jisoo bertemu tuan muda Yoon saat usianya tujuh tahun, sejak saat itu ia bertekad untuk menjadi pengawal pribadi yang hebat seperti ayahnya. Ia belajar ilmu pedang dan ilmu bela diri dengan sungguh-sungguh, bahkan Jisoo kecil yang suka bermain kesana-kemari meninggalkan dunia masa kecil yang penuh dengan bermain, dia menghabiskan harinya dengan belajar pedang di halaman belakang, Jisoo kecil yang tidak suka membaca banyak menghabiskan waktu membaca buku ilmu bela diri. Dia berubah total sejak bertemu tuan muda cantik yang galak. Bocah yang dulunya suka bermain begitu teguh dan tekun belajar, bahkan merelakan waktu bermainnya. Ayahnya berpikir seiring berjalan waktu putra kecilnya akan bosan dan melupakan keinginannya menjadi pengawal pribadi tuan muda Yoon, tapi, tidak disangka anak itu akan tetap teguh pada keinginannya sampai akhirnya dia bisa benar-benar memasuki kediaman Yoon dan berdiri di sisi tuan mudanya.

Dari seleksi yang ketat, Jisoo terpilih sebagai pengawal pribadi tuan muda Yoon. Dari beberapa kandidat, Jisoo unggul di kemampuan bertarung. Tuan Yoon ingin menempatkan orang terbaik dengan kemampuan terbaik di sisi putranya, namun sayang, kasih sayang dan keistimewaan yang ayahnya berikan semuanya hilang ketika tuan Yoon yang terhormat mengetahui kondisi tubuh putranya. Seorang ger yang hanya membawa aib bagi keluarga bangsawan terhormat. Jika keluarga biasa, dia mungkin sudah mengirim putranya ke rumah bordil atau rumah bangsawan untuk dijadikan budak. Setidaknya ger dari keluarga jelata lebih berguna, bisa dijual untuk memberi makan keluarga.

Tangan yang kapalan karena berlatih pedang selama bertahun-tahun mencengkeram kuat gagang pedang, ukiran naga membuat pegangan pedang itu tidak licin. Jisoo yang awalnya hanya bertahan dengan wajah santai bergerak maju, kali ini ia berbalik mendorong perampok itu ke belakang. Perampok itu bertahan, sepatu bot jeleknya menggores tanah kering di bawahnya membawa debu cokelat naik. Ketika lawan lengah, Jisoo menendang keras perut perampok itu sampai jatuh ke tanah.

Melihat teman mereka jatuh, yang lainya maju bersamaan seraya mengangkat pedang di tangan mereka.

Jeonghan melihat semua itu dari jendela, tangannya gemetar ketika melihat kelompok perampok bercadar itu maju bersamaan menyerang Jisoo. Satu lawan banyak, walau ia tak meragukan kemampuan pria yang telah berada di sisinya sejak mereka masih sangat muda itu, namun Jeonghan tetap khawatir dan ketakutan. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Bagaimana jika dia terluka? Atau... terjadi hal yang lebih buruk? Dengan tangan berkeringat Jeonghan menutup jendela kereta dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan menarik perhatian perampok. Ia tak bisa melihat lagi; Ia tak bisa melihat Jisoo bertarung sendirian melawan banyak orang. Jeonghan sangat ketakutan sampai kedua kakinya terasa lemas, tapi, ia tetap mempertahankan sikap tenang. Di sampingnya ada bocah 15 belas tahun, Jeonghan tak mau membuat pelayan kecilnya ketakutan dan panik.

Jalan hutan itu sepi, denting suara pedang bertabrakan begitu nyaring terdengar. Soonyoung yang sedari tadi sedang makan roti kukus dengan tenang akhirnya mengangkat kepalanya penasaran, mendengarkan suara di luar dengan hati-hati. Bocah itu berhenti mengunyah.

"Tuan muda, kau mendengar itu?" Soonyoung menoleh ke samping, di sana ia melihat wajah tuan mudanya pucat. Tapi, Soonyoung yang polos tidak tidak berpikir ada yang salah, perjalanan panjang ini memang membuat kondisi kesehatan tuan muda menurun.

Dia melanjutkan bertanya, "Apa Jisoo Hyung sedang bertarung dengan seseorang di luar?" Jeonghan hanya diam. Dibalik lengan bajunya yang panjang ia meremas jari-jarinya, telapak tangannya berkeringat dingin. Di luar sana Jisoo sedang bertarung melawan lebih dari lima perampok. Jeonghan sangat cemas, tapi, ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya.

Exile [JIHAN FANFICTION] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang