Anak laki-laki itu bangun pagi-pagi sekali karena ayahnya bilang dia akan mengajaknya ke rumah menteri Yoon. Keluarga bangsawan tempat ayahnya bekerja. Dari semalam anak itu tidak bisa tidur, dia terlalu bahagia sampai merasa gelisah. Ayahnya bilang tuan menteri memiliki putra seusia dengannya, ayahnya juga bilang mereka berdua bisa menjadi teman.Jisoo tidak bisa tidur, ia ingin pagi segera datang, ia berbaring dengan gelisah berbalik ke kiri dan ke kanan hingga akhirnya lelah dan akhirnya jatuh tertidur.
"Ayah, tuan muda orang seperti apa?" Dengan mata berbinar Jisoo kecil bertanya.
"Tuan muda anak yang sangat cantik, dia cerdas dan bijaksana." kata ayahnya sembari memakaikan pakaian pada putra kecilnya.
"Apa yang disukai tuan muda?" anak kecil itu kembali bertanya dengan antusias.
"Tuan muda menyukai buku, dia rajin belajar dan rajin membaca. Dia calon pejabat yang pintar seperti ayahnya... " Jisoo kecil mengerjapkan mata indahnya. Tuan muda sangat berbeda dengan dirinya, Jisoo tidak suka belajar, ia benci membaca buku, ia lebih suka pergi bersama ayahnya memburu rusa, atau pergi mencari ikan di sungai bersama anak-anak desa. Dirinya sangat berbeda dengan tuan muda Yoon, jika tuan muda anak yang terpelajar, anak yang patuh belajar, lain dengan Jisoo, ia hanya seorang anak yang benci belajar lebih suka bermain hingga tubuhnya dipenuhi lumpur.
Hari itu Jisoo memakai pakaian paling bagus yang ia miliki. Ayahnya membantunya berpakaian. Setelah sarapan, mereka pergi ke rumah keluarga Yoon.
"Ayah, apakah jika tuan muda melihatku dia akan menyukaiku? Apakah dia mau bermain denganku?" Jisoo mengangkat kepalanya, menatap sang ayah yang berjalan di sebelahnya. Ayahnya menggenggam tangan mungil putranya, berjalan di jalan yang ramai.
Pria itu terkekeh mendengar pertanyaan putranya, dia menoleh ke samping, menemukan wajah penasaran putranya.
"Jisoo-ya, dari semalam hingga pagi ini kau terus bertanya soal tuan muda, kau terus membicarakannya, menyebutkannya dari waktu ke waktu... Apakah kau begitu menyukai tuan muda?" Ayahnya tertawa, menggoda putra kecil tampannya.
"Aku.... aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang tuan muda... " jawabannya polos.
Jisoo memiliki banyak teman, ayah dan ibunya tidak pernah membatasi ia berteman dengan siapa, Jisoo memiliki banyak teman anak-anak desa, ia juga berteman dengan anak-anak kolega ayahnya yang berasal dari keluarga menengah ke atas. Tapi, tak pernah ada teman yang begitu Jisoo sukai seperti tuan muda ini. Tak pernah ada sebelumnya teman yang membuat Jisoo begitu bersemangat, membicarakannya tanpa henti dari sebelum tidur sampai bangun tidur. Tampaknya Jisoo sangat menyukai tuan muda Yoon walaupun keduanya belum pernah bertemu.
Pria itu terkekeh sembari menepuk kepala putranya. "Tuan muda akan menyukaimu, kalian akan menjadi teman bermain yang akrab... Tuan muda anak yang baik hati, walaupun terlihat pendiam dan dingin, namun sebenarnya dia anak yang baik."
"Sungguh?!" Jisoo berseru girang dengan mata membulat, dia tersenyum lebar sampai semua gigi putih terlihat. Anak tampan yang polos ini tak bisa menutupi kebahagiaannya.
"Hm. Tuan muda akan menyukaimu." Ayahnya kembali menegaskan. Jisoo kecil berjalan sembari melompat-lompat kegirangan, sembari berjalan menggandeng tangan sang ayah dia bersenandung dengan riang.
"Jisoo-ya, sepertinya tuan muda tidak suka anak yang terlalu berisik." Ayahnya sengaja menggodanya dengan berbohong, benar saja, Jisoo kecil langsung berubah sikapnya, ia berjalan dengan tenang, mulut kecilnya tertutup rapat berhenti bersenandung lagu riang kesukaannya. Melihat hal ini, sang ayah tertawa terbahak-bahak, dia menepuk kepala putranya yang takut tuan muda tidak akan menyukainya karena ia berisik. Padahal sang ayah hanya berbohong untuk bermain-main, topi Jisoo kecil percaya dan langsung merubah sikapnya menjadi anak yang pendiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exile [JIHAN FANFICTION]
FanfictionSejak kecil Jeonghan sudah sakit-sakitan, saat usianya 13 tahun dia mengalami sakit parah. Tabib yang memeriksanya menemukan keanehan di tubuh anak laki-laki itu, setelah memeriksa berulang-ulang memastikan bahwa dirinya tidak salah, sang tabib akhi...