-Vero POV-
Aku mendesah lega karena suara yang sudah kutunggu sejak tadi berbunyi juga. Dari awal aku datang, aku tidak bisa pergi kemana-mana, bahkan ke toilet sekalipun. Para kaum hawa dari kelas ini maupun kelas lain berbondong-bondong untuk berkenalan denganku. Seakan aku ini makhluk langka yang belum pernah mereka lihat sama sekali.
Aku pun langsung mengemasi barang-barang ku yang ada di atas meja lalu memasukkannya kedalam tas. Setelahnya aku mengeluarkan earphone dan kunci mobilku. Aku langsung bergegas keluar dari tempat yang menjadi saksi bagaimana menderitanya aku meladeni cewek-cewek tadi.
Sepanjang jalan menuju parkiran aku melirik kanan kiri, ternyata masih lumayan banyak siswa-siswi yang belum pulang. Ada yang kumpul-kumpul gaje, bergosip ria dan latihan ekskul. Saat tiba di depan mobilku, aku berpapasan dengan cewek yang tadi pagi datang telat, yang memberikan alasan aneh kepada guru saat ditanya kenapa baru masuk, yang duduk didepanku, dan yang menjadi cewek paling imut di kelas.
"Hai kok belum pulang?" tanyaku kepadanya yang tengah asyik bermain HP sambil menyandar di mobil biru sebelah mobilku.
"Oh hai juga, malas mau pulang" jawabnya sambil melihatku sekilas lalu kembali menatap layar HP. Apa aku sangat tidak menarik sehingga dia tidak berniat untuk menatapku lebih lama.
"Kalo gitu kamu mau gak nemenin aku, aku juga lagi malas mau pulang kerumah" ucapku.
"Kemana?" tanyanya yang masih tetap menatap layar HP. Yang ngajak ngomong kan aku, tapi yang ditatap malah benda persegi tersebut.
"Gimana kalo kita makan, aku lapar banget nih. Sekalian ngobrol-ngobrol juga" ucapku dengan nada antusias.
"Baiklah, tapi pake mobil sendiri-sendiri ya. Jadi nanti bisa langsung pulang" ucapnya sambil memasukkan benda yang dari tadi dia tatap kedalam tas.
"Oke"
Kami pun langsung masuk kedalam mobil masing-masing dan pergi meninggalkan parkiran sekolah. Aku menjalankan mobilku terlebih dahulu karena aku adalah sang penunjuk jalan.
Saat tiba di tempat tujuan, aku langsung mengajak dia masuk dan memilih meja di dekat pintu masuk. Aku memesan nasi goreng spesial dan lemon tea, sedangkan dia hanya memesan cappucino dingin. Setelah aku selesai makan, aku mencoba mengajaknya mengobrol santai.
"Kita belum kenalan secara resmi kan? Nama aku Vero" ucapku sambil mengulurkan tangan.
"Panggil aja Dhilsya" dia menerima uluran tanganku sambil tersenyum.
"Nama yang cantik, secantik orang nya" godaku sambil mengerlingkan mata.
"Apaan sih, gombal banget tau gak" ucapnya sambil terkekeh.
"Aku serius" ucapku meyakinkan.
"Terserah kamu aja deh" ucapnya sambil tersenyum.
"Oh iya boleh minta nomor kamu gak? Siapa tau nanti aku ada perlu sama kamu kan" ucapku.
"Boleh, sini HP kamu" ucapnya menengadahkan tangan. Aku pun memberikan hp-ku. Dia langsung menarikan jari-jari lentiknya di layar benda persegi itu.
"Nih, jangan disebar luaskan ya nomor aku" candanya sambil mengembalikan hp-ku.
"Siap, makasih ya" ucapku sambil tersenyum.
"Kayaknya udah lumayan sore, aku pulang dulu ya. Takut dicariin Bunda" pamitnya.
"Yaudah, hati-hati ya. Sampai ketemu besok" ucapku sambil melambaikan tangan.
"Oke bye" dia pun langsung keluar dan memasuki mobilnya.
"Tidak buruk untuk hari pertama" ucapku pada diri sendiri sambil tersenyum.
***
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, but You Love Her
Teen FictionApakah salah jika kita mencintai seseorang? Apakah salah jika rasa cinta itu kita pendam? Apakah salah jika rasa cinta itu hanya kita sendiri yang merasakan bahkan mengetahuinya? Dhilsya Esmeraldha bukan lah seorang playgirl yang tiba-tiba berhenti...