Chapter 3

203 9 2
                                    

-Dhilsya POV-

Pagi ini bukan cahaya matahari yang terlihat dari balik jendela tetapi hujan deras. Aku sudah bangun dari tadi tapi karena cuaca yang seperti ini membuat siapa pun malas untuk meninggalkan kasur, termasuk aku.

"Ica ini udah hampir jam 7, kamu kok belum berangkat?" teriakan Bunda membuatku terbangun dan langsung melihat ke arah jam yang ada di kamar.

"Ya ampun jam 6.20 di bilang jam 7. Emang dasar ya emak-emak, kalo ngebangunin anaknya pasti kayak gitu" gerutuku pelan.

"Iya Bun, ini lagi siap-siap" aku pun berteriak untuk memberitahu Bunda kalo aku udah bangun.

Aku langsung bangkit menuju kamar mandi. Setelah siap dengan seragamku, aku pun menghampiri Bunda yang ada di meja makan.

"Pagi Bun, Ayah kemana? Kok gak ada" tanyaku.

"Ayah udah pergi dari tadi, kamu tuh lama banget" omel Bunda sambil mengoleskan selai ke roti, lalu memberikannya kepadaku.

"Yaudah deh Bun, aku langsung berangkat aja ya. Takut telat" sambil menahan roti di mulutku, aku pun berpamitan dan mencium tangan Bunda.

"Hati-hati ya, jangan nakal" nasihat Bunda.

Hari ini aku diantar oleh supir, aku malas menggunakan mobil saat cuaca hujan seperti ini. Bisa-bisa mobilku kotor, dan aku sedang malas mencuci mobil.

"Yah lupa bawa jaket lagi, mana dingin banget" ucapku pada diri sendiri.

"Apa kita perlu putar balik lagi mba?" tanya Pak Rudi, supirku.

"Gak usah deh Pak" jawabku sambil tersenyum hingga memperlihatkan gigi rapiku.

"Baiklah"

Aku pun tiba di sekolah dan langsung keluar dari mobil. Aku berjalan menuju kelas dengan kedua tangan memeluk diri sendiri, karena udara yang dingin. Tiba-tiba tubuhku menjadi sedikit lebih hangat.

"Kenapa gak pake jaket? Udah tau cuaca dingin kayak gini" aku menoleh kesamping ku dan langsung disuguhi senyum manis Vero.

"Kelupaan, tadi pas ditengah jalan baru ingat. Mau putar balik lagi takut telat" dia pun hanya menanggapi ucapan ku dengan mengangguk.

"Terima kasih" lanjutku sambil tersenyum.

"Iya, pake aja dulu. Kalo masih kedinginan bilang ya, biar nanti aku peluk" ucapnya sambil tersenyum menggoda.

"Apaan sih, enak aja main peluk-peluk" balasku sambil terkekeh.
Kami pun sampai di depan kelas dan tak berapa lama bel masuk berbunyi. Aku langsung duduk dimeja ku dan dia juga berjalan menuju mejanya yang ada di belakangku. Aku langsung membuka tas lalu mengeluarkan buku pelajaran dan keperluan lainnya.

***

to be continued

I Love You, but You Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang