Chapter 20

4.9K 156 1
                                    

IRENA


Aku membuka mataku dan meregangkan badan di kursi pesawat yang sudah diubah menjadi kasur. Perjalanan dari Jakarta ke Doha memakan waktu 8 setengah jam. Lalu aku transit di Doha sekitar 2 jam sebelum lanjut terbang dari Doha ke London selama 7 setengah jam. Masih ada sekitar satu jam lagi sebelum mendarat.


Pramugari mengetuk pembatas kursiku yang tertutup dan menawarkan sarapan. Aku memilih omelette, roti, dan segelas susu untuk sarapanku. Setelah pramugari menyiapkan sarapanku, aku melihat omelette dan teringat Bang Ivan. Aku tersenyum mengingat saat Bang Ivan menghampiriku ke Jakarta di hari pertama kami bersama kembali.


Aku mulai memakan sarapanku. Setelah pramugari mengambil piring kosongku, aku menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Ku lihat pintu kamar mandi masih tertutup semuanya, jadi aku memutuskan untuk menunggu di depan pintu kamar mandi sambil minum air putih yang disediakan dalam kemasan botol.


Ketika aku sedang minum, aku melihat seorang laki-laki berjalan dan ikut mengantri toilet dan berdiri di dihadapanku. Perawakannya tinggi, badannya bagus tipe laki-laki yang suka berolahraga, dan wajahnya tampan tapi manis seperti ada campuran asia, barat, dan timur tengah. Mungkin usianya sama denganku.


Aku minum lagi air putih dari botol. Tapi tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka agak kencang dan menyenggol tanganku sehingga aku menumpahkan sisa air minum ku ke laki-laki di depanku.


"Oh My God! I'm so sorry!", kata orang yang membuka pintu kamar mandi. Seorang nenek yang berumur sekitar 70 tahun meminta maaf ketika melihat aku menumpahkan air ke baju laki-laki di hadapanku.

"It's okay. It's okay", kata laki-laki itu sambil tersenyum pada si nenek


Wow. Laki-laki ini memiliki suara yang enak di dengar, walaupun masih terdengar sedikit serak karena mungkin dia baru bangun tidur. Dan aksen Britishnya sangat kental.


Ya ampun! Sadar Irena!


Aku segera menuju pantry dan meminta lap kepada pramugari. Aku kembali dengan lap, tetapi tinggal laki-laki itu yang terlihat sedangkan si nenek ku lihat sudah kembali ke kursinya.


Aku menyerahkan lap kepada laki-laki tadi, "I'm sorry. You can use this to wipe your clothes".


"No, it's okay. It's not anyone's fault", katanya sambil tersenyum dan menerima lap dariku

"Do you want me to ask the stewardess to give you a shirt?"


Setiap penumpang kelas bisnis memang difasilitasi dengan baju tidur yang bisa dibawa pulang.


"No, no, no.. Don't worry, I packed some clothes in my bag", katanya


Laki-laki itu menuju ke kursinya yang ternyata tepat berada di depan kursiku. Aku masih belum masuk ke kamar mandi karena aku berencana untuk mempersilahkan laki-laki tadi untuk menggunakan kamar mandi duluan. Aku merasa nggak enak karena insiden tadi.


Laki-laki tadi kembali dengan membawa kaos dan celana jeans.


Love, It's Not Over (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang