Aku menghembuskan asap rokok yang kuhirup keluar melewati jendela mobil,sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju rumah Willona.Brian menyetir di sampingku matanya fokus menatap jalanan,suasana jalanan sedikit lengang,langit berwarna jingga itu artinya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.
Aku sudah menceritakan semuanya kepada Brian kemarin mengenai misi baru yang akan kujalani.Ia menanggapinya dengan baik,katanya itu bagus untukku dan bayarannya pun besar.Aku bisa menggunakan bayarannya untuk membiayai kebutuhan Athalan serta Willona.
"Jadi jam berapa kau pergi esok?"Tanya Bruan memulai percakapan.
"Pukul 8 pagi,Jeremy akan menyuruh seseorang untuk menjemputku"Jawabku.
"Itu bagus,berhati-hatilah kau akan berada di daerah kekuasaan musuh"Nasihatnya.
"Ya,aku sedikit gugup "Ucapku jujur.
Aku memang gugup,aku tak berbohong.Aku akan berada di daerah kekuasaan musuh,itu seperti seekor rusa yang menyamar menjadi singa di antara kawanan singa,jika ada seekor singa yang menyadari siapa dirimu sebenarnya maka kau akan mati.
"Apa yang membuatmu gugup?"Tanyanya sambil terkekeh.
"Entahlah"Jawabku singkat.
"Kau gugup karena ini pertama kalinya kau mendapatkan misi seperti ini atau kau gugup karena akan berada di wilayah musuh?"Tanyanya lagi."Aku tidak pernah takut atau gugup berada di wilayah musuh Brian"Jawabku.
"Kau takut misi ini gagal"Ucapnya membuatku terkejut.
Aku menatapnya tak percaya,bagaimana ia tahu hal itu.Itu benar aku takut misi ini gagal,tapi bukan berarti aku takut akan konsekuensi yang kudapatkan jika misi ini gagal.Machiville jelas akan membunuhku jika aku gagal tapi itu tidak membuatku takut.Kematian bukanlah hal yang menyeramkan untukku.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang takut dengan kematian.Kematian adalah gerbang untuk memasuki dunia baru setelah hidup di bumi ini.Bukankah itu bagus?kau akan meninggalkan bumi yang penuh dengan kemunafikan,kekejaman serta kejahatan.Bisa saja dunia setelah kematian lebih baik dari bumi,tidak ada yang tahu kan.
"Aku takut meninggalkan Athalan jika aku gagal."Ucapku jujur.
Aku menatap kaca spion mobil,menatap pantulan diriku sendiri.Meninggalkan Jayden adalah hal yang paling kutakuti,aku benar-benar takut.Hanya aku lah yang Jayden punya dan sudah tugasku untuk menjaganya.Willona memang ada untuk menjaga serta mengurusinya tapi itu tidak untuk selamanya mengingat Willona yang beranjak tua.Dan bagaimana nasib Jayden jika aku meninggalkannya?.
"Maka dari itu janganlah gagal"katanya.
"Ya,aku tahu"Jawabku.
"Aku akan membantu Willona menjanganya hingga kau menyelesaikan misi ini"Tawar Brian.
Aku mengangguk,tersenyum ke arahnya.Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Brian telah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana yang tak lain adalah rumah Willona,aku membuka pintu mobil,menjatuhkan rokok ku lalu menginjaknya dan berjalan menuju pintu disusul Brian di belakangku.
Willona membukakan pintu untukku dan Brian,tanpa disuruh aku dan brian bergegas masuk.Aku mendapati Jayden yang sedang membaca buku cerita anak-anak di ruang keluarga aku berjalan mendekatinya,menyadari kedatanganku Jayden berdiri dari duduknya dan memelukku,aku memberikan kantung paperbag berisi apple pie yang sudah kujanjikan padanya.
Mata birunya bersinar ketika melihat paperbag,ia kembali memelukku sebagi ucapan terima kasih.Kemudia ia berjalan mendekati Brian yang berdiri di belakangku dan memeluknya,Brian membalas pelukan Jayden dengan hangat.Aku tersenyum melihatnya.Hanya Brian satu-satunya temanku yang tahu tentang Jayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMOR 7
RomanceParasnya memang lah cantik .Namun siapa sangka di balik hal itu semua tersembunyi jiwa yang tersakiti di dalam tubuhnya,tersakiti oleh masa lalu kejam yang ia miliki. Jiwa tersakiti itu bersembunyi dengan baik di balik paras menawannya,Jiwa itu tumb...