26. Pangeran ber-Vespa

7 2 0
                                    

Sabrina menatap kesal habibi yang tengah duduk di meja belajarnya,gadis itu berdiri di ambang pintu kamar habibi.

Gadis itu berjalan mengendap mendekati kakak laki-lakinya itu.

"f (x) = Sin x + cos x .."gumam habibi sembari menulis sesuatu di buku tugasnya.

Sabrina memilih naik di kasur,bahkan saking fokusnya kakaknya itu tidak sadar sama sekali."Bang"panggil sabrina,gadis itu bertelungkup sambil menopang dagunya,sebagian orang melarang hal itu.

"Banggg"panggil sabrina lebih keras.

Habibi menaruh kaca matanya,mengerjitkan alisnya bingung,rasanya pendengarannya sudah tak baik.

Pluk.
Satu buah bantal mendarat di depan habibi,tepatnya di atas buku-bukunya.Habibi mendengus kesal saat menemukan gadis kecil itulah pelakunya.

Melempar kembali bantal itu."kenapa lo"ucap habibi tak suka,gadis kecil itu sering sekali mengagetkannya.

"Bang,sabi kapan di bawa ketemu kakak cantik"rengek sabrina.

"Namanya lea,bukan kakak cantik lagian dia itu gak cantik"protes habibi.

"tapi cantik banget"gumamnya sambil terkekeh.

"kalau abang gak bawa sabi ketemu kakak cantik,sabi bakal bongkar rahasia abang ke abi,biar di gampar kayak malam itu"ucap sabrina mengancam.

"Iya nanti hari minggu"ucap habibi,lalu melanjutkan kegiatannya.

"Janji ya bang"ucap sabrina.

"Iya,keluar lo dari habitat gue"ucap habibi kembali memakai kaca mata antiradiasinya,walau masih muda habibi lebih suka belajar atau membaca dengan kaca mata bukan karena matanya yang mines,tapi remaja itu mencegah,apalagi jika menatap layar laptop berlama-lama,kadang mata menjadi pedis dan kadang berair sendiri.

Sabrina mendengus kesal,lalu keluar dari kamar kakaknya itu.

Karena tak kunjung mengerti dan membuat otak habibi mumet,remaja itu menelvon lea.Beberapa kali tidak di angkat nanti yang kelima kali baru gadis itu mengangkat panggilan dari habibi.

"Sayang, ngapain"ucap habibi terdengar alay dan manja,remaja iu membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur.

"Jijik tau gak"protes lea,gadis itu menyelipkan hanphonenya di antara bahu dan leher lalu mengapitnya agar tidak terjatuh.

Habibi tertawa sendiri,benar saja akhir-akhir ini dia sering sekali memanggil gadis itu dengan sebutan Sayang.Benar-benar alay."Belahan jiwa"ucap habibi menjadi-jadi.

"gue sibuk,udah dulu ya"ucap gadis itu di seberang sana.

Habibi kendengaran membuang nafasnya kecewa.

"gue ngepel,beres-beres toko"ucap gadis itu memberikan penjelasan.

Habibi tidur terlentang menaruh hanphone itu di dekat telinganya.

"Hollow,masi idup kan,gue udahin ya nelvonnya"Omel gadis itu karena sedari tadi habibi tak bersuara.

Mengambil hanphone itu,"matiin aja kalau gitu,besok gue antar ke sekolah gak pake tapi"ucap habibi setelah terdiam memikirkan sesuatu.

"Yaa.tapi jangan sampai telat,awas aja lo. gue gak mau dihukum lagi"Omel lea,mengingat jarak rumahnya dan rumah habibi itu lumayan jauh,jadi jika habibi datangnya kesiangan,maka ribetlah semuanya,jika pintu gerbang sma pelita itu di tutup akan susah masuknya,jikapun di izinkan masuk pasti akan di kenakan hukuman.

"Iya bawel,kan gue lagi libur,jadi gak bakal lambat"kekeh habibi.

"Yaudah matiin gih"suruh lea.

Cerita kita (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang