Bab 3

961 142 10
                                    

Aku perlahan membuka mata ketika kurasakan wajahku menghangat, ternyata sinar matahari sudah masuk melalui celah-celah jendela. Seketika wajahku makin terasa panas sewaktu bayangan-bayangan kejadian semalam merangsek masuk dalam kepalaku.

Kututup wajahku dengan selimut demi manahan malu. Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan bersama dengan bosku sendiri semalam? Aku tidur dengannya! Kalau seisi kantor tau soal ini, si anak magang yang tidur dengan CEO-nya sendiri, sudah pasti aku jadi buan-bulanan.

Sebentar, ternyata aku sudah berpakaian lengkap. Apa P'Mew yang memakaikan baju ini kembali padaku? Aku hanya bisa mengulum senyum.

Nyatanya aku bahagia.

Aku menyukai P'Mew.

Entah sejak kapan. Mungkin sejak pertama kali ia menolongku dari Bern waktu itu, atau saat dia menemaniku selama proses hukum Bern, atau mungkin saja ketika aku bertemu dengannya untuk pertama kali di halte waktu itu. Perasaan itu datang tanpa pernah kusadari.

Tapi bicara soal P'Mew aku tidak menemukannya di mana pun. Apa dia sedang ada di kamar mandi? Sudah jam berapa ini? Oh sial, sudah pukul 9! Aku sudah sangat terlambat untuk pergi bekerja. Saat aku hendak turun dari tempat tidur, aku langsung terjatuh ketika kurasakan seluruh tubuhku terutama bagian bawah terasa sakit dan perih.

Saat itu aku menemukan secarik sticky note tertempel di atas meja nakas.

Gulf, aku duluan pergi ke kantor. Kalau kau merasa sakit, sebaiknya tidak perlu masuk kantor. Gunakan saja pakaianku. Sudah ada sarapan jadi makan sebelum kau pergi.

Ternyata dia sudah pergi kerja lebih dahulu. Katanya kami akan pergi bersama, tapi tentunya dengan kondisi seperti ini mana bisa aku berangkat kerja.

Aku sungguh tidak menyangka akan menghabiskan malam dengan tidur bersama bosku sendiri. P'Mew memberiku kenyamanan, setiap sentuhannya terasa lembut seperti bulu angsa, setiap perlakuannya membuatku seperti permata kristal yang patut dijaga dengan penuh kehati-hatian.

Sungguh bertolak belakang dengan Bern.

Dengan Bern aku merasa tidak berharga dan penuh ketakutan, tentu saja itu terjadi tanpa konsen.

Aku tidak terdengar murahan 'kan?

Semoga tidak.

Aku pun memutuskan pulang setelah membersihkan diri dan meminjam pakaian P'Mew. Begitu akan membuka pintu, tanganku terhenti sewaktu tatapanku menangkap sebuah bingkai foto berukuran besar di dinding kamar. Aku baru menyadarinya sekarang.

Itu adalah potret P'Mew berbaju pengantin dengan seorang wanita cantik yang menggamit lengan P'Mew penuh mesra. Mereka nampak bahagia dengan senyum lebar terlukis di wajah. Pantas saja P'Mew merasa sangat kehilangan saat ditinggal istrinya, ia memang secatik ini dan P'Mew nampak bahagia dengannya.

Aku iri.

Dan cemburu.

Tapi aku teringat.

Siapa aku?

Kenyataan itu lantas menghantamku dengan keras.

~...~

"Tunggu sebentar!" Aku berkata saat mendengar suara bel menggaung di seluruh condoku. Apa itu Bright? Tapi ini masih jam kerjanya dia, tidak mungkin jam segini dia sudah pulang lagipula dia juga tidak memberitahuku akan ke sini dan aku juga tidak memberitahunya kalau aku ada di condo sekarang.

Saat kubuka pintu masuk condoku, aku agak terbeliak mendapati sosok pria tampan dengan jas rapi berdiri di ambang pintu.

"P'Mew?!"

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang