Sarayu: (n) Embusan angin. Bagaimana angin berembus di musim dingin? Akankah menemu mekar bunga yang kuncup ataukah menemu kuncup yang menggigil kedinginan?
AU Wenzhou
Mari kita masuk pada bagian selanjutnya. Selamat membaca ☺️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menerjemahkan tigal hal yang Kexing katakan seperti menyelam dalam lautan dalam. Ye Baiyi, kakek tua yang dia cari-cari rupanya tidak pernah lagi mengunjungi Desa Empat Musim setelah Wen Kexing diobati olehnya. Lord Seven maupun Penyihir juga merasa ditipu oleh Zishu. Sebab kenyataannya Zishu sengaja membuat Kexing tertidur panjang agar saat Zishu kalah dari Raja Jin ataupun tak mampu bertahan akibat umurnya yang terlalu singkat, Kexing tidak akan bangun dan menemu kesedihan. Sungguh dewa Ye Baiyi tak mengizinkan Zishu mati dengan mudah.
"Baiklah. Aku mengerti, kakek tua," Zishu bermonolog di bawah pohon peony. Angannya menerawang jauh ke masa silam. Chengling senang bukan kepalang melihat dirinya masih hidup, tetapi di saat yang bersamaan ia turut bersedih hati sebab Paman Wen yang dia harapkan hidup dengan baik tidak datang bersamanya. Zishu tak bercerita jika jasad Kexing ada di gudang ilmu bela diri.
Zishu seolah mengingat kembali keinginan terakhir Kexing. Dalam keadaan mabuk saat itu, Kexing ingin mengunjungi rumahnya terdahulu. Kedua orang tuanya ia tinggalkan begitu saja tanpa dikubur dengan layak. Kexing merasa tidak berbakti. Situasi saat itu membuat dia memutuskan bergabung dalam kelompok Lembah Hantu karena hatinya saat kecil mulai bertekad untuk naik ke atas tanpa menunggu bantuan orang lain. Semua usaha diawali dari dirinya sendiri. Masa kecil yang tidak mudah bagi Kexing. Orang-orang yang pernah bersama orang tua Kexing--yang mengaku sebagai sahabat--ke mana mereka semua? Mereka hanya menginginkan nama baik menempel dalam diri mereka tapi melupakan bagaimana bertindak sebagai manusia yang laik. Mereka hanya ingin melindungi diri sendiri, bukan?
Tanpa bisa mengelak, Wen Kexing menjadi gila seperti yang Zishu katakan waktu itu. Lautan darah di mana-mana, saling bunuh berebut kunci giok, meladeni nafsu manusiawi mereka. Itu sesungguhnya bukan segalanya salah Kexing. Zishu tahu betul, dirinya saat masih menjadi penjaga manor Tianchuang lebih dari kejam saat tega menghabisi anak kecil dalam pertumpahan darah bekerja di bawah Raja Jin.
"Masih mendamba hidup maupun mati dalam damai, kau tidak tahu diri, Zhou Zishu!" ujarnya tersenyum getir. Meneguk arak sembari berjemur, membiarkan mentari menerpa wajahnya. Posisi duduknya saat ini mengingatkan Zishu pada Kexing di hari kali pertama mereka bertemu. Kipas cendana, hanfu perak pula bunga-bunga Peony berguguran seiring senyum misterius Kexing mengusilinya sebab penasaran rupa Zishu yang sesungguhnya.
"Lao Wen ..." Zishu sama sekali tidak bisa mengetahui kalau Kexing merupakan adik seperguruannya, bahkan saat Kexing mendapatkan halusinasi masa lalu dan memanggil nama lengkap Zishu.
"Kau berhutang penjelasan padaku." Itu yang terlintas dalam benak Zishu. Mendapatkan penjelasan tentang jalan yang diambil Kexing sama halnya menyelam ke laut terdalam.
----------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.