Sarayu: (n) Embusan angin. Bagaimana angin berembus di musim dingin? Akankah menemu mekar bunga yang kuncup ataukah menemu kuncup yang menggigil kedinginan?
AU Wenzhou
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zhou Zishu bersyukur, Zhang Chengling hidup dengan baik, bahkan memiliki anak. Itu berarti, dia menuruti apa yang menjadi perintahnya waktu itu. Chengling didampingi penyihir dan Lord Seven kala itu berhasil mewujudkan mimpi Zhou Zishu untuk menghidupkan kembali desa Empat Musim. Desa yang kini terbilang makmur dengan para generasi muda yang berbakat nan lihai ilmu bela diri.
"G-guru, bagaimana kabar Paman Wen?" ucap Chengling di tengah perjamuan, usai dia menjemput anaknya yang rewel tidak mau tidur.
Rasa getir menyambangi jantungnya seketika. Sudah lama ia tidak mendengar orang lain memanggil Wen Kexing.
Saraf dan meredian miliknya adalah Wen Kexing. Bukankah itu artinya Wen Kexing baik-baik saja? Menyadari diri setengah melamun, Zishu menjawab, "Paman Wen baik-baik saja," katanya lembut. Ada rasa kaku di ujung bibir ketika melontarkan kalimat itu.
Wen Kexing yang merupakan separuh hidupnya, telah ia kebumikan dengan layak di bawah kaki gunung, tepat di belakang gudang ilmu bela diri.
Pada hari merediannya kembali pulih, Zhou Zishu tidak berbuat banyak. Dia masih bersikap impulsif terhadap sosok di hadapannya. Dia masih meyakini bahwa Wen Kexing tengah tertidur karena terlalu lelah usai membantunya melatih energi enam hati. Dia bahkan mencoba menghangatkan Wen Kexing dengan meletakkan kedua telapak tangannya di punggung Wen Kexing, mentransfer tenaga dalam. Tetapi waktu tidak bisa berbohong.
Salju semakin lebat dan perlahan seiring berganti hari meleleh digantikan sinar matahari yang memancar hangat. Namun, suhu tubuh Wen Kexing yang ia baringkan tetap dingin. Dalam satu musim Zhou Zishu menampik kenyataan. Tiada tanda-tanda Wen Kexing membuka matanya. Bagai bilah mata pedang, Zhou Zishu menyesal mempertimbangkan diri untuk hidup sebagai manusia pemakan salju. Egois, pikirnya. Dia sangatlah tidak pantas dihargai seperti ini oleh adik seperguruannya.
Pada hari musim dingin berganti, Zhou Zishu keluar dari dalam gudang, mendorong gerobak berisi peti kayu ke belakang area gudang.
Hal yang ia ingat ialah senyum Wen Kexing sebelum memejamkan mata hari itu. Pada kenyataannya, usai keluar gudang ilmu bela diri, senyum bahkan tidak terlukis di bibir Zhou Zishu. Tatapannya kosong, meski dia tengah mengeruk tanah untuk adik seperguruannya. Dadanya terasa sesak pula seperti terbakar, tapi bibir terkatup.
Usai mendapatkan ruang yang cukup, Zhou Zishu menurunkan peti kayu tersebut ke dalam liang. "Tidurlah dengan damai," tuturnya pelan. Matanya menganah sungai, meski dia mencoba menahannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.