Dua

444 82 29
                                    

Beberapa hari setelah Lisa sadar dan kondisi tubuhnya sudah membaik, Lisa diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.

Meskipun gadis itu harus pulang dengan memakai kursi roda karena merasa bahwa kaki dan tangannya terasa masih lemas. Koma dalam waktu 7 bulan membuat anggota tubuhnya kaku dan belum bisa berfungsi semestinya.

Lisa menatap beberapa orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit dengan tatapan sendunya. Di belakangnya, ada Hanbin yang tengah mendorong kursi rodanya dengan Rose yang berjalan di sampingnya sembari menggendong bayi mungilnya.

Lisa sudah memiliki keponakan sekarang. Bayi perempuan cantik dan menggemaskan bernama Kim Bomi. Ia senang, sungguh.

Tapi, mengingat siapa Ayah dari keponakannya itu tak ayal justru membuat hatinya kembali sakit.

Apalagi saat mengingat bagaimana Hanbin menghindarinya setelah ia sadar dari komanya. Dimana kakak iparnya itu bahkan tak bisa untuk lama-lama berada di ruang rawatnya.

Hati Lisa sekaan diremas dengan begitu kuat, tak menyisakan sedikit ruang untuk sekedar membuatnya bernafas.

Sebegitu inginkah Hanbin menjauhinya?

"Sayang, bisa bantu gendong Lisa ke dalam mobil? Maafkan karena merepotkanmu." Rose tersenyum ketika mendapati Hanbin mengangguk mengiyakan.

Hari kepulangan Lisa dari rumah sakit memang hanya mereka yang menjemput. Bukan Ayah dan Ibunya tak ingin ikut, hanya saja mereka kini sedang mempersiapkan kejutan atas kepulangan Puteri bungsunya di rumah.

Lisa menahan nafas kala mendapati Hanbin menggendong tubuhnya dengan cara memangkunya di kedua lengannya. Membantunya untuk duduk di dalam mobil dengan hati-hati.

Dapat Lisa rasakan bagaimana jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. "Terimakasih." Cicit Lisa. Gadis itu menundukkan kepalanya, tak sanggup menatap ke arah obsidian kelam Hanbin yang ternyata tengah menatapnya.

Hanbin mengelus surai Lisa lembut sebelum lelaki bangir itu pindah ke bangku kemudi. Meninggalkan Lisa yang merasakan debaran halus di dadanya berubah menjadi menyesakkan.

Lisa dapat melihat bagaimana Hanbin menoel ujung hidung Bomi gemas lalu mengecup pipi gembulnya sebelum menghidupkan mesin mobil itu membuat air mata Lisa jatuh.

Bagaimana kemudian, Hanbin terkekeh ketika Rose tiba-tiba mengecup pipinya seraya berkata 'balasan karena telah membantu adikku' dengan nada yang begitu manis.

Lisa memalingkan wajahnya ke samping. Ia ingin cepat sampai rumah dan segera masuk ke dalam kamarnya. Mungkin, menangisi dirinya yang begitu bodoh karena masih saja tak bisa untuk tak mencintai sosok Hanbin.

Lisa tak menyadari bahwa sedari tadi, Hanbin menatapnya dari kaca spion depan. Lelaki bangir itu menghela nafas berat.

***

Lisa terkejut ketika mendapati seluruh teman sekelasnya ada di rumahnya. Menyambutnya dengan sebuah senyuman. Jisoo bahkan memeluknya dengan air mata berderai setelah sebelumnya membiarkan Ayah dan Ibunya memeluknya lebih dulu.

"Lisa-huhuhu"

Lisa terkekeh. Sahabatnya itu memanglah orang yang cengeng. Lisa tebak, pasti ketika Jisoo menjenguknya, gadis itu pasti selalu menangis.

Mata Lisa kemudian jatuh ke arah lelaki Tan yang kini tengah menatapnya dengan sebuah senyum kotak yang ia miliki. Eiiiiii... Lisa tak mengira jika seorang Kim Taehyung akan ikut menjenguknya, mengingat mereka bahkan tak terlalu akrab untuk disebut teman sekelas. Tapi, senyumnya lucu juga. Fikir Lisa.

Itu---

Lisa bisa melihat bagaimana Jaehyun yang berdiri di bagian paling ujung dengan matanya yang memerah. Lelaki berkulit putih itu kemudian menunduk dengan tangan yang ia usapkan ke arah matanya. Lisa rasanya ingin tertawa ketika mengingat bahkan saat mereka masih menjadi sepasang kekasih, Jaehyun tak pernah menangis separah itu. Sepertinya, mantan kekasihnya itu masih mengharapkannya kembali.

BROTHER IN LAW Ver.2 - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang