prolog

1.7K 60 24
                                    

Terasa sekali perbedaan atmosfir perkuliahan dengan masa-masa sekolah dulu. Aku mengirannya masa kuliah ada masa lebih baik dari masa SMA, beehh boro-boro enak semua di luar ekspektasi. Dosen tidak segan-segannya memberikan tugas bejibun. Yang lebih menyakitkan adalah dateline yang hanya beberapa hari terkadang tidak cukup. Terus ada juga yang dosen teganya tingkat dewa, sudah kehadiran tidak di perhitung memperiksa jawaban ujian menggunakan kipas angin. Semua kertas ujian di tumpuk menjadi satu, terus di hidupkan kipas angin, mana kertas yang terbangnya paling jauh itu yang bakal dapetin nilai A. Tapi tidak semua dosen juga yang menerapkannya, cuman dosen-dosen tertentu.

Rin lu udah dimana? dosen nya udah masuk buruan gih ke kelas sebelum dosennya ngunci pintu lagi.
-affa-

Beneren dah masuk Fa ? Gue baru pesan makan nih terlalu sayang untuk di buang.
send

Beberapa menit kemudian Affa mengirim pesan singkat lagi

Cepatan Rin dosennya udah datang. Sekarang sudah mulai mengabsen, ntar lu dibikin alfa lagi. Tau kan kalau dosen satu ini memperhitung absen kehadiran sebagai syarat buat ujian.

Dengan semangat 45, aku buru-buru menghabiskan makan yang sudah terlanjur dipesan. Kalau orang yang tidak tau, mungkin saja dia akan melihat aneh dan menyangka aku belum makan seminggu atau makanannya terlalu nikmat hingga ingin segera menelan semuanya.

Aku menyelonong masuk kedalam ruangan kelas. Sebelum masuk aku sudah memberi isyarat kepada Affa untuk menyediakan bangku kosong, termasuk menitipkan tas yang ku bawa tadi kepada ibu kantin. Kalau buat catatan tinggal mintak kertas doang, ntar kalau udah pulang tinggal di satukan dengan catatan sebelumnya.

"RINDA SATIVA AULIA"

"Ya pak". Aku membalikan badan dan menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu telat"? Tungkas dosen galak bin menyeramkan itu serta matanya yang menatap tajam ke arah ku.

"Nggak kok pak. Saya udah datang dari tadi. Tapi, pas sebelum bapak masuk saya ada urusan penting gitu dulu ke toilet pak." Semoga saja dosennya percaya. Aku langsung ngancir ketempat duduk.

"Kali ini saya maafkan, kamu. Buat semuanya, di pertemuan berikutnya siapa pun yang datang setelah saya walaupun alasanya ke toilet atau kemana pun sebelum saya datang maka akan saya anggap saudara ALFA." dosen itu menaikan kacamatanya kembali.

" RINGGA SAPUTRA, SEPTIAN JUNIOR....

Semuanya hanya bisa diam dengan peraturan yang di buat dosen. Nanti kalau menentang dikhawatirkan berakhir dengan nilai yang menyebalkan D atau E. Itu sih kata-kata senior yang sudah pernah belajar sama dosen tersebut. Lagian memang banyak dosen yang memiliki karakter yang seperti itu, tidak suka ditentang maunya semua peraturan mesti di taati semuanya tanpa terkecuali.

"Rin gue nggak nyangka lu bakal senekat itu. Gue aja mungkin nggak bakal berani berbohong dan mungkin gue lebih memilih nongkrong di luar. Takut banget. Nah lo dengan santainya nya ngebohin dosennya." Dia memberikan kedua jempolnya atas keberanian ku.

"Berani nggak berani gue mesti memberanikan diri, Dre. Ini semua demi masa depan nilai gue. Kalau gue jujur pasti udah kena usir dan gue bakal di tandain sama dosennya. Kan mending gue bohong demi kesehatan nilai gue juga. Bener nggak Fa?" Sambil menyikut tangan Afa yang mulai konsen dengan materi yang di jelaskan dosen kiler itu.

Sebenarnya aku takut banget kalau tadi mimik wajah dan ucapan nggak se irama. Mungkin aku sudah menyiapkan batin untuk  di depak keluar kelas dan mesti mengulang mata kuliah yang sama di semester depan. Itu sih pengalaman kata senior- senior berapa tahun yang lalu. Aku benar-benar bersyukur dosennya percaya begitu aja dengan alasan-alasan yang kulontarkan. Alasan itu keluar begitu saja. Ternyata ada gunanya juga pernah jadi anak teater.

Aku mulai berkonsentrasi dengan yang di jelaskan dosen, tapi semakin lama mendengar penjelasnya membuatku semakin pusing. Entah pusing karena bahasa dosennya terlalu tinggi, atau kepalaku yang memang mendadak sakit. Semakin lama pandang ku perlahan kabur dan kepala terasa berat. Semua suara yang kudengar mulai sedikit demi sedikit menghilang dan lenyap, semua cahaya terang itu telah berubah menjadi redup dan ngelap.

********

Jangan lupa ninggalin jejak VOTE & COMENT, biar author bisa lebih baik lagi

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang