part 1

923 37 21
                                    

Buat readers,
Vote dan comment yang readers berikan memiliki pengaruh yang besar bagi author. Sehingga author bisa belajar lebih baik lagi dalam memperbaikin tulisan-tulisan author yang bisa di katakan masih kurang banget dan serta itu semua juga akan membangun semagat dan juga akan memotivasi author dalam menulis.

Thank you.
                   "Happy reading"
                     **************

Secerca cahaya yang menyala itu membuatku agak kesulitan untuk membuka mata, hingga beberapa kali aku harus mengedip-ngedipkan mata agar dapat beradaptasi dengan cahaya itu. Ku amati sekeliling ruangan, tapi ada yang berbeda. Ruangan ini cukup asing bagi.  Yang dapat ku temukan hanya tas selempang yang ku pakai untuk pergi kuliah di atas nangkas, dan dinding-dinding yang mengitari ruangan itu.

"Handphone, mana ya". Aku mulai mengobrak-abrik isi tas dan mengeluarkan semua barang. Tapi kok handphone nya ngak ada. Manaan lagi aku tarok handphonenya. Kenapa sih setiap keadaan genting atau mendesak kayak gini penyakit pikun aku ngak pernah sembuh-sembuh. Mana kepala masih pusing banget.

Oia aku ingat, dalam kantong celana. Jemariku mulai asik mengetik sebuah sebuah pesan.

Fa lo dimanaan ya? Kok gue bisa berada di ruangan kayak gini?
Oia lo cepatan kesini ya, gue sendirian.

Send.

Mata ku tidak henti-hentinya menatap layar, berharap Afa bakal segera membalasnya. Hingga selang beberapa menit ternyata Afa masih belum juga membalas pesan dari ku.

Ingin sekali aku meninggalkan ruangan ini, tapi apa lah daya buat berdiri saja aku masih sempoyongan bagaimana untuk di ajak jalan jauh. Oh tuhan kenapa afa begitu lama untuk membalas sebuah pesab singkat dari ku?

Sudah setengah jam sudah aku bersabar menunggu nona Affa Kasyafa Putri, namun batang hidungnya belum juga nampak di permukaan. Kalau seandainya ada alat untuk mencek berapa tingkat kejenuhan ku saat ini mungkin sudah sampai titik puncaknya. Gimana ngak jenuh aku cuman sendirian di ruangan antah berantah ini, namun aku yakin ruang ini masih dalam lingkungan kampus.

"Afa lo dimana gue sendirian"!

Tanpa ku sadari sudut mataku sudah mengeluarkan setetes air mata. Aku tidak tau apakah ini tangis karena kesal atau bagaimana. Yang aku ingin kan saat ini hanya ada seseorang yang datang keruangan ini, walaupun orang itu bisu aku sudah bersyukur. Setidaknya aku tidak sendirian di ruangan ini.

Aku mulai bosan dengan keadaan menyengkelkan ini. Sendirian, yang di hapapin ngak nogol-nogol juga. Sepertinya untuk saat ini aku hanya membutuhkan modal tekat yang kuat untuk meninggalkan ruangan ini. Rasanya sudah cukup lama aku berada sendirian di ruangan ini. Apa boleh buat kalau kalau aku ngedrop lagi di luar, yang penting aku tidak berada di ruangan menyebal kan itu. Dan semoga semuanya akan baik-baik saja.

Perlahan-lahan aku mulai beranjak pergi dari ruangan itu. Walaupun cukup sulit bagi untuk berjalan tapi aku mampu untuk meninggalkan ruangan itu. Sekurang-kurangnya di luar sana aku bisa menghirup udara segar, tidak seperti ruangan itu sudah pengap mana ngak ada orang atau petugas piket.

Sepertinya berada di taman ini tidak lah buruk, walaupun aku mesti sendirian lagi berada di tempat ini. Tapi ini semua lumayan menghibur. Setidaknya aku bisa melihat hamparan bunga-bunga yang bermekaran, dan udara yang segar yang bisa ku hirup.

"Hay nona boleh kah aku mengisi bangku kosong itu?" Ucapnya

"Ya, tentu saja. Toh bangkunya juga masih kosong kok".

Aku tidak begitu menghiraukannya lagi, aku terlalu terhanyut dengan cerita novel yang ku baca dari aplikasi mobile. Di waktu kosong aku memang sering menyempatkan diri untuk membaca novel dari aplikasi wattpad. Banyak cerita bagus-bagus yang ada bisa di temukan di sana dan beragam genre, serta beragam usia bisa meikmati, termasuk cerita yang bertemaan 18++ juga bertebaran. Semuanya tergantung kita menyeleksi novel-novel yang bakal kita konsumsi.

Aku merasa, tatapan itu semakin intens memerhatikan ku yang sedari tadi sibuk dengan wattpad. Ternyata dugaan ku tepat. Laki-laki itu ternyata memerhatikan kan ku. Emang ada yang aneh ya, tapi aku tidak suka dengan tatapan itu.

"Maaf ya mas, aku ngak suka di lihatin kayak gitu. Kalau ada yang aneh mending di omongin aja deh"! Pintaku. Raut wajah ku juga mulai berubah, seolah menunjukkan sikap ketidak nyaman.

"Saya ngak ada maksud apa kok, bener".

"Lah kalau tidak ada apa-apanya kenapa tatapan mas seperti itu?"

"Sebenarnya, sebenernya..."

Belum selesai laki-laki itu menyelesaikan pembicaraannya, tau-tau aku sudah menampar laki-laki itu. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Apapun alasanya aku tidak peduli. Yang penting aku tidak suka dengan tatapan itu.

"Gue ngak suka ya lo ngenatapin gue apapun alasanya, ngerti !"

Aku pergi begitu saja meninggalkannya. Aku sempat memperhatikan ekspresinya saat aku menamparnya. Wajah nya jelas-jelas menunjukkan ekspresi terkejut, tapi peduli amat.

Beberapa langkah aku setelah aku meninggalkan tempat itu, kepalaku mulai berasa sangat pusing. Dan semuanya merasa berputur, serta langit mulai begitu gelap perlahan.

Oh tuhan kenapa lagi dengan diri ku ini?

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang