part 2

516 30 6
                                    

Maaf kalau typo masih bersebaran. Jangan lupa meninggalkan vote dan komentar ^_^

*******

reett..dreet..ternyata sms laporan terkirim untuk Affa tadi.

Arrgghh ternyata itu hanya hayalan belaka. Aku mulai mengusap-usap kepala yang mulai terasa pusing kembali. Laki-laki itu masih fokus dengan laptop yang di letakkan di atas paha. Sepertinya dia terlalu sibuk dengan laptonya. Aku pun juga tidak tau proyek apa yang di kerjakannya.

Ku lirik arloji yang melingkar indah di pergelangan tangan, waktu sudah menunjukkan jam 13.13. Tanpa ku sadari,  aku sudah terlalu lama berada di sini. Serta perut yang sudah mulai mengeluar kan sebuah peringatan keras.

________________

Tetesan hujan yang dari tadi membasahi bumi, sedikit demi sedikit sudah mengurangi debitnya. Entah berapa lama aku berhenti di koridor pertokoan hanya untuk menunggu hujan reda. Sebagian orang banyak ada yang memberanikan diri menentang hujan, karna tidak sabar menunggu hujan reda, atau kah mereka sendiri rindu saat kecil mandi hujan. Apapun alasannya aku tidak peduli, itu bukanlah urusanku.

Wajah kecewa mulai bermunculan dari anak-anak kecil yang dari tadi sibuk menawarkan jasanya sebagai ojek payung. Mereka sudah kurang antusias untuk menawarkan jasanya lagi, bagaimana tidak pelangi sudah muncul dan menampakkan warnanya.

Aku mulai menapakan kaki di jalan yang biasa di lalui pejalan kaki pada umumnya. Walaupun hawa hujan tadi masih membekas, tapi untung saja aku mengenakan sweter  yang lumayan tebal, mesang hoodienya dan memasukkan kedua tangan kedalam kantongnya. Aku masih melangkahkan kaki menuju tempat tujuan tadi. Sesekali melihat kearah handphone yang sudah dari tadi berbunyi beberapa notice dari grup line. Aku memang terbilang lumayan aktif dalam media sosial yang satu ini semenjak bbm yang ku upgrade menjadi lola dan lemot, apalagi semenjak aku tergabung di sebuah grup yang berisi teman SD yang tidak tau dimana keberadaannya. Yang anggotanya sih bisa dibilang rada-rada sedikit absurd, tapi sih mereka pada asik-asik semua.

Kok ngerasa kepalaku merasa terbentur pada sesuatu benda yang sedikit keras, membatin. Saat mengalihkan pandangan mataku dari handphone. Ternyata aku sudah menabrak punggung seorang pria, yang tentu saja aku tidak tau siapakah sosoknya itu. Tapi saat dia membalikan badan, terlihat sekali tatapan matanya mulai berapi-api dan hendak meledak.

"Maaf ya mas aku benar-benar nggak sengaja, lagian aku tidak memerhatikan mas yang berhenti begitu saja".

"Apa cuman begitu saja. Asal kamu tau ya, kamu tuh udah melenyapkan masa depan saya tau"! Ucapnya tegas

Udah melenyapkan masa depan? Sepertinya kalimat itu terlalu berlebihan untuk cuman insiden penabrakan punggung begini ya. Kayak aku udah ngehamilin anak gadis orang saja. Kalau itu sih memang perbuatan yang melenyapkan masa depan. Lah ini, jauh banget dari kata-kata yang di tuduhkannya itu.

"Maaf ya, saya kurang mengerti apa maksud arah pembicaraan mas yang tentang melenyapkan masa depan? Kan saya ngak ngapa-ngapain mas". Ucapku lugu, tanpa mempedulikan perbuhan sikapnya yang lebih emosional.

"Apa kamu ngak punya mata ya?" Ucapnya mulai kasar

"Santai dong mas, nggak usah ngomong kasar gitu. Apa mas ngak lihat di muka saya ada sepasang bola mata?" Ucapku yang tak ingin kalah, sambil menunjuk jemari ke arah kedua mata.

"Kalau seandainya kamu memang punya mata, pasti sudah kamu pergunain sebaiknya. Dan yang pasti kamu tidak akan berani bertanya seperti itu".

"To the point aja deh mas, aku ngak suka hal yang berbelit-belit seperti ini".

"Itu lihat perbuatan kamu"! Katanya saat menunjukkan sebuah lukisan yang sudah nyungsep kedalam lobang yang berisikan lumpur dan sisa-sisa air bujan yang masih tergelenang.

Ku lihat arah telunjuk itu, dan ternyata sebuah lukisan yang telah nyunsep, serta sudah tidak jelas lagi bentuk gambar dari lukisan tersebut. Saat ini aku hanya bisa diam seribu bahasa, rasanya terdohok sekali akan tingkah yang telahku perbuat tadi.

"Kenapa diam mematung begitu, kenapa tidak membantah lagi? Dan taukah kamu berapa nilai dari lukisan itu?"

Aku hanya menggeleng-melengkan kepala sebagai isyarat aku tidak tau.

" Rp 25.000.000"

"APA? Itu tidak mungkin, apa kamu ingin memperalatku atau membodohi ku?".

Oh Tuhan, dari mana coba aku bisa dapatin duit sebanyak itu? Jajan tiap bulan saja aku masih mintak orang tua. Kalau pum uang jajan di tabung 3 tahun aja belum tentu lunas. Bagaimana ini? Atau kah aku mesti pura-pura pingsan lalu bangun tidur pura-pura amnesia. Itu konyol.

"Aku tidak mau tau, kamu harus ganti !"

"Aku ngak punya uang sebanyak itu, jadi gimana mau gantiin uang kamu yang sebanyak itu".

"Kamu bisa ganti biayanya dengan tubuh kamu sendiri". Bibirnya nya adi datar saja, sekarang sudah tertarik ujungnya ke sebelah kiri hingga beberapa mm.

"WHAT ? Aku tidak senista itu yang mau mengorbankan segalanya hanya untuk lukisan jelek mu itu".

"Dasar, siapa yang minta itu. Lagian aku selesai ngomong juga, kelees. Tunggu saja waktunya".

Aku mencoba berfikir untuk mencerna kata-katanya mas-mas sageng. Terus hal gila apa yang bakal di perbuatnya.

"WOI HANDPHONE AKU MAU DI KEMANAIN". Aku sangat kaget saat dia mengambil hp yangku pegang begitu saja. Dasar maling.

"Tunggu saja saatnya". Dia pergi begitu saja setelah taksi yang di stopnya berhenti. Dia hanya melambaikan tangan kepada ku.

Untuk saat ini aku hanya mematung untuk melihat kejadiaan barusan. Kenapa aku bisa bertemu dengan makhluk astral seperti itu Tuhan...

Aku memutuskan untuk pulang tanpa menghiraukan tujuan tadi. Ku jejalkan langkah kaki dengan sisa semangat yang mulai mengendur karena kelakuan mas sageng. Melewati jalan yang sama saat berangkat pergi bukan lah hal yang buruk. Entah kejadian apalagi yabg akan terjadi, ku usap-usap lagi kepala yang sudah mulai pusing lagi. Semoga saja aku bisa sampai ke kos-kosan dengan selamat.

                   *****************

Maaf kalau ceritanya masih flat dan masih jelek. Maklum saja author masih belajar dan sangat baru.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang