#4_Wish Mission : Sajian Kilau

12 0 0
                                    

"KEPADA para penduduk Forwis, dimohon untuk berkumpul! Lonceng utama di Forwis telah berbunyi, menandakan adanya bahaya yang datang menyambut kita!

Saya, sebagai Kepala Mayor Forwis, akan mengumumkan kabar buruk kepada kalian!

Pohon Forwis telah kehilangan kekuatannya! Saya ulangi, pohon Forwis telah kehilangan kekuatannya! Bagi semua penduduk, datanglah dan terima panggilan pohon Forwis!

Mereka yang berdoa di hadapan pohon Forwis kini tidak ada yang terkabulkan, akan tetapi mereka mendapat kemalangan!"

Nona Hana menyerukan informasi sembari menjejaki air mancur beku pusat kota. Keriuhan akan rasa gelisah penduduk terdengar hingga ujung gang buntu, tempat diriku bersembunyi mencuri dengar. Diam-diam aku kagum dengan Nona Hana karena suara berkarismanya bisa terdengar 1 negeri tanpa menggunakan toa. Suasana lembap nan pengap menyelimuti napas sensitif ku. Gawat, aku akan bersin kalau begini.

"Kau dengar pengumuman barusan? Kumpulkan seluruh persediaan toko kita. Jaga anak-anak tetap di rumah, dan jangan biarkan mereka sendirian," pesan pria gemuk pemilik toserba pada istrinya.

"Apa maksudmu? Kepala Mayor menyuruh kita gotong royong menyiapkan champ di sekeliling Pohon Forwis. Kita harus bergegas," sanggah wanita itu hendak memandikan anak-anak mereka.

"Kau jangan fokus pada perkataan Kepala Mayor. Jika Pohon Forwis kehilangan kekuatannya dan memberikan malang bukannya pengabulan, maka tidak ada arti lain selain 'itu'. " Pria gemuk membalik tanda buka ada tokonya menjadi tutup. Sang istri mengerutkan dahi menunggu suaminya melanjutkan perkataan.

"Apa? Kau masih tidak paham atau tidak tahu?" tanya pria gemuk heran.

"Aku ditransfer ke Negeri Forwis setahun lalu. Kau lupa?" Sang istri mengulas senyum geram.

"Ahh, aku lupa kita sudah resmi dalam perlindungan Heksa Min." Pria gemuk terkekeh geleng-geleng sendiri.

Wajahnya merona malu menyadari rasa khawatir sia-sia nya. Sang istri yang terlihat kebingungan ditariknya dan kening mereka melekat mesra.

"Jangan lakukan itu sekarang. Anak-anak bisa cemas menunggu kita bermesraan, sementara mereka mulai keinginan di pemandian umum," pinta si wanita menghalangi mulut suaminya dengan jari.

"Khekhe, mereka di pemandian air panas, sayang. Untuk apa ada bathtub di sana sampai membiarkan tamunya kedinginan bugil?" goda pria gemuk menatap lurus mata belahan jiwanya.

Giliran sang istri merah padam saking malunya ingin menghilang. Aish, aku berada dalam gardu portal tepat di depan tempat mereka bermesraan tadi. Bayangkan betapa susahnya aku mengatur gerak di dekat mesin yang kalau salah pegang bisa langsung meledak!

"Kita ikuti arahan Nona Hana?" Sang istri mendongak memastikan apa suaminya masih bersikukuh. Pria gemuk mengangguk hangat memegang bahu istrinya, "Aku akan bawa hal yang diperlukan, kau dan anak-anak duluan saja. Bawa koper ini, nanti lambaikan tangan bila melihatku mencari sesuatu."

"Barang-barang bawaan kita mungkin akan banyak. Dengan siala kau mengemasnya ke mobil?" Wanita itu masih tidak tenang meninggalkan suaminya sendiri.

"Kau takut aku lari darimu, ya? Apa kau tidak lihat Tuan Muda sudah mengawasi kita semenit lalu?" Mata pria gemuk mengarah ke balkon lantai 5 mereka. Tuan Marquess tersenyum memberi tanda "Serahkan padaku." Si wanita membungkuk berterima kasih begitu melihat salah satu Heksa Min.

"Ah, kukira kenapa kau berubah pikiran semudah ini. Ternyata..." Sang istri mendecih sinis menyikut pria gemuk.

"Hei, seolah kau baru mengenalku kemarin. Sudah sana, pergi! Berhati-hati lah!"

Tugas ForwistreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang