chapter 3

1.4K 38 1
                                    

Zyn masih bisa melihat jelas daun maple yang berjatuhan daun yang hampir mengering karna akhir musim semi membentang menutupi jalanan bagaikan karpet berwarna jingga yang sengaja di bentangkan untuk kedatangan mereka berdua, dan Jane tentu saja bisa merasakannya meskipun ia tidak sedang melihatnya, di sampingnya sudah terdapat pantai yang di batasi dengan pagar kayu dan pohon maple di samping jalan tersebut. Zyn masih membimbing langkah kaki Jane menyusuri daun maple yang masih berguguran dengan bebasnya.

"kau mengajakku bolos hanya untuk melihat pantai? itu konyol" Zyn menghentikan langkahnya.

"darimana kau tahu?"

"aku tidak tuli Zyn"

"seharusnya kau tidak menunjukkan betapa tidak bergunanya penutup mata itu" Jane sungguh berbeda dari gadis lainnya, yang lebih memilih terlihat bodoh di depan pasangannya hanya untuk mendapatkan perhatian lebih.

"hanya gadis-gadis bodoh yang melakukannya" Zyn mulai membuka penutup mata yang sedari tadi menutupi mata Jane.

"ini sudah tidak berguna" Zyn melemparkan kain hitam tersebut begitu saja, Jane mengerjapkan matanya, tentu saja ia bisa melihat lebih detail dari pada Zyn. "kau bisa memanjat ?" lanjut Zyn mulai menunjukkan sebuah pohon maple yang sudah terdapat beberapa balok kayu kecil yang ia paku untuk pijakan.

"aku bukan gadis manjamu" Tanpa bantuan Zyn, Jane mulai memanjat pohon tersebut dengan lihai, dan duduk di sebuah dahan pohon yang sudah terdapat kayu untuk membantu Jane duduk di dahan kayu tersebut, Jane menggeser duduknya untuk dudukan Zyn, Zyn segera megisinya saat ia sudah sampai atas pohon.

"indah bukan ?" Zyn mulai angkat bicara saat Jane masih tidak bergeming menatap pemandangan di depannya, hampir sepanjang hidupnya ia tidak menyadari bahwa pantai di hadapannya jauh lebih mengagumkan jika di lihat dari atas pohon maple tersebut, ia tidak merasa panas karna terik matahari yang tentu saja secara perlahan akan menambah suhu panas di tubuhnya dan akan kembali begitu dingin beberapa jam kemudian.

"yah" Jane masih menikmati keindahan di hadapannya tersebut.

"katakan Jane apa sebenarnya yang membuatmu bersikeras memintaku untuk menjauhi Vanessa" Zyn menatap tajam pada Jane yang masih tidak memandangnya. "kau tidak sedang terlihat cemburu Jane, kau juga terlihat tidak sedang jatuh cinta" Zyn ia mulai membuang pandangannya menjelajahi hamparan luas lautan yang berombak di hadapannya.

"kau tidak akan paham Zyn" Jane menundukkan kepalanya.

"katakan saja" Zyn masih bersikeras, Jane memikirkan sebuah cara untuk membuat Zyn berhenti untuk mencecarnya dengan pertanyaan yang tentu saja akan berdampak buruk bagi mereka jika Zyn mengetahuinya. Kini Jane menatap lembut pada Zyn, menghilangkan daun maple yang hinggap di kepala Zyn dengan lembut.

"apa yang harus kulakukan agar kau percaya bahwa aku mencintaimu" Jane menyandarkan kepalanya di bahu Zyn, bagi Jane hanya ini satu-satunya cara untuk menghindarkan Zyn dari Vanessa, dengan memiliki Zyn meskipun ia tidak mencintai Zyn. Mereka menanti tenggelamnya matahari di balik hamparan pantai yang luas, dan perlahan sinar kuning keemasan mulai menyelimuti mereka berdua.

•••


Jane menelusuri lorong-lorong corridor dengan cukup terburu-buru, mempercepat langkah kakinya melewati beberapa siswa yang masih berlalu lalang di hadapannya, rambutnya yang ia biarkan terurai menutupi salah satu bagian rahasianya yang tidak bisa ia tunjukkan pada siapa saja. Ia sudah semalaman memikirkan cara, dan salah satu cara konyol mungkin akan ia gunakan untuk menjauhkan Zyn dari Vanessa tanpa harus mengatakan pada Zyn bahwa ia menyukai Zyn meskipun ia sama sekali tidak memiliki perasaan pada Zyn, sudah seharian ini ia menghindari Zyn, tidak bermaksud apa hanya saja untuk sementara ini ia tidak ingin menemui Zyn. Jane menatap tajam pada gadis yang sudah ia cari-cari sedari tadi, mulai menarik lengan gadis tersebut dengan keras, dan melepaskannya dengan kasar saat ia sudah menajuh dari beberapa siswa yang masih berlalu lalang.

"jauhi Zyn !" Jane seakan ingin mencekik Vanessa saat itu juga, Vanessa masih tampak tenang tanpa ada raut takut di wajahnya, rambutnya yang pirang sejenak ia sibakkan kebalik bahunya.

"jadi kau tersinggung karna kencanku dengan Zyn kemarin ?"

"banyak pria di luar sana Ness, jangan Zyn"

"kau cemburu ?"

"bukan urusanmu"

"kau takut ini sama seperti apa yang terjadi pada Chris ?"

"tutup mulutmu Ness sebelum aku berubah pikiran untuk merobeknya" Jane benar-benar sedang bersungguh-sungguh, ia akan melenyapkan siapa saja yang tidak menuruti perintahnya, apalagi Vanessa, namun untuk Vanessa ia tidak akan hanya melemparkannya ke hutan.

"tenang Jane, tapi sepertinya kali ini aku benar-benar tertarik padanya" Kini pandangan Vanessa mengarah pada seorang pria yang sedang berjalan ke arah mereka, dengan sebuah tas hitam di punggungnya. Jane merasakan betul siapa yang sedang menghampiri mereka, hampir setiap pagi di cafeteria ia merasakannya.

"kau tahu betul siapa aku Ness, jika kau masih mendekatinya, jangan salahkan aku jika kau akan berada di dalam bahaya" Jane yang seakan-akan mengancam Vanessa tidak benar-benar membuat Vanessa gentar, dari raut wajahnya sama sekali tidak ada rasa takut sedikitpun pada Jane, namun berbeda dengan kenyataannya.

Jane sudah berlalu dari hadapanya, menarik lengan kekar Zyn untuk menjauh dari Vanessa, Zyn melihat jane sempat menunjukkan jarinya pada Vanessa, Jane tidak perlu susah-susah untuk mencengkram lengan kekar Zyn hingga terasa cukup nyeri untuk Zyn dan tentu saja tidak untuk Jane.

"Jane, stop !" Zyn geram, dan handrikkannya berhasil membuat Jane berhenti dan melepaskan cengkraman di lengan Zyn. "ini keterlaluan Jane" Kini tatapan Jane benar-benar membuat siapa saja yang melihatnya ketakutan namun sama sekali tidak untuk Zyn.

"keterlaluan kau pikir? apa kau juga menyukainya? Kau pikir kau siapa?" Jane ikut menghandrik Zyn.

"astaga Jane, apa yang ada di kepalamu?" Kini jane menundukkan kepalanya ia tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi jika Zyn mempunyai perasaan yang sama dengan Vanessa, Ia hanya bisa merelakan Zyn dan tentu saja ia akan kembali merasa kesepian meskipun banyak pria lain yang sedang berusaha mendekatinya, terutama Tedd. terdengar Zyn menghembuskan nafas panjangnya.

"dengar, Jane maafkan aku" kini tangan hangat Zyn mengangkat wajah dingin Jane agar menatap raut tampan wajah Zyn."tidak ada satu alasanpun yang membuatku jatuh cinta pada Vanessa jika ada wanita sesempurna kau di hadapankuaku, Jane" Jika saja bisa, wajah Jane benar-benar akan merona mendengar perkataan Zyn yang begitu lembut.

"jauhi dia" Jane masih bersikeras, jika Zyn tidak bisa jatuh cinta pada Vanessa bukan berati Zyn bisa menjauhi Vanessa.

"aku janji" Tangan Zyn masih berada di pipi Jane, mengusapnya lembut, Dingin tidak seperti temperatur tubuhnya, hanya sinar matahari yang membuat temperatur tubuh Jane hangat untuk beberapa saat.

"bagus, kuharap kau bisa membuktikan perkataanmu" Jane segera menepis tangan Zyn, ia tidak ingin berlama-lama terlarut dalam pesona Zyn yang sangat kuat, yang tentu saja memaksa Jane untuk tidak bisa membiarkan Zyn menghindarinya hanya karna Vanessa, seperti ia harus kehilangan Chris.

Take my bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang