•CHAPTER 18 - DIA LICIK?!

944 33 0
                                    


Hari Minggu, adalah hari yang amat digemari berbagai remaja. Terutama anak sekolahan, hari Minggu adalah hari emas untuk mereka. Dengan begitu tak perlu untuk bangun pagi lagi. Begitu juga dengan Aluna yang masih ngorok di kamarnya. Selimut tebal masih melekat ditubuh rampingnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.20, dan Aluna belum juga bangun. Melati sudah habis suara hanya untuk meneriaki Aluna, agar anak bungsunya itu segera bangun. Dan bukannya bangun, Aluna semakin nyenyak.
Alarm squid game yang lagi Viral itu, sampai kehabisan peluru dan berdiam diri dengan kalimat-kalimat mautnya.

📞Devano is calling ....

Suara dering handphonenya yang kesepuluh kali membuat Aluna terpaksa bangun. Gadis itu mengucek matanya, dengan mulut yang menguap lebar. Seketika matanya melotot ketika melihat Devano yang meneleponnya dan pesan yang banyak dia read. Aluna kini menepuk keningnya.

Kesayangan Aluna🐣
|Aku jemput hari ini

Kesayangan Aluna🐣
|Aku otw jam 8.40

Kesayangan Aluna🐣
|Harus udah siap. Kalo ngga aku balik

Aluna melotot. Dengan sigap ia bergegas ke kamar mandi, handuk yang sudah tertata rapi di pundaknya. Sudah di pastikan bahwa Aluna mandi hanya memakai air saja, tidak memakai sabun, karena kalo kata Aluna, ngga pake sabun tetep cantik. Sungguh PD syekali leee.

Tak membutuhkan waktu lama. Hanya 10 menit saja ia sudah siap dengan penampilan ala-ala gembelnya. Aluna menggunakan celana jens, tak lupa baju kaos Oversize bewarna criem. Rambut yang ia kuncir asal dan sepatu sneakers biasa-biasa saja.

"Aluna turun. Udah ada Devano!" teriak Melati yang berada dibawah.

"Mampus!" gumam Aluna yang lansung saja bergegas turun. Tak lupa tas yang sudah ia tenteng.

Gadis itu menuruni unduhan anak tangga dengan senyuman manisnya. Devano hanya menatap datar, Aluna. Menunggu dari satu puluhan menit yang lalu, bukanlah hal yang mudah bagi, Devano. Melati yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, lalu permisi untuk pergi ke halaman belakang.

"Bunda kebelakang dulu. Kamu lansung mau pergi sama Devano kan?" Melati menatap keduanya dengan bergantian.

Aluna dan Devano mengangguk. Aluna maju dan membisikkan sesuatu, membuat Melati hanya tersenyum. Ia lansung saja pergi, dan Devano menatap heran Aluna. Apakah Aluna membicarakannya? Devano menjadi kepo sekarang.

Aluna menoleh. "Yuk, berangkat!" ajaknya yang mendapat anggukan kecil dari Devano.

Mereka berdua melangkah kearah pintu luar. Keduanya hanya berdiam diri, sehingga tak terasa sudah tiba dimotor milik Devano. Devano naik, diikuti Aluna yang berada di belakangnya. Tanpa memakai helm, ingat Aluna sangat tidak suka memakai helm.

"Kita mau kemana?" tanya Aluna. Ketika dia dan Devano sudah berada di jalan raya.

Devano hanya bergeming. "Terserah kamu, aku ikut-ikut aja," ucapnya. Aluna hanya kesal sendiri, ia yang bertanya dan malah diberi ucapan yang bikin sakmat.

"Kepantai!" seru Aluna dengan teriakan. Jika tidak begitu, maka Devano tidak bisa dengar apa yang diucapkan, Aluna.

Devano hanya mengangguk samar. Ia dan Aluna akan meluncur ke pantai sekarang juga. Sepanjang perjalanan hanya senyum yang tak pernah pudar dari bibir mungilnya. Ia amat senang, akhirnya bisa jalan bahkan berduaan bersama Devano lagi.

 Ia amat senang, akhirnya bisa jalan bahkan berduaan bersama Devano lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang