•CHAPTER - RETAK!

985 28 3
                                    

WELCOME TOOO, KEMBALI LAGI DENGAN AUTHOR GAJE YANG LUCU INIIII!

MAU YANG LEBIH SAD, JANGAN LUPA PUTAR SOUND DI ATAS, SIAPA TAU MAKIN NGEBAWANG YEKANNNN!!!

SELAMAT MEMBACA🌼

•••

Mata yang sembab, membuat semuanya tak terlihat baik-baik saja. Kejadian semalam, membuatnya tak tidur dengan nyenyak, yang ia buat semalaman melainkan menangis sampai pagi. Aluna duduk di meja makan dengan tatapan sayu, tak seperti biasanya ia seperti ini.

Arka yang melihat itu, memicingkan matanya dengan sangat. Tak seperti biasanya, pagi begini Aluna biasanya akan berteriak heboh, bahkan menggemparkan satu rumah, tapi kini ia hanya diam.

"Lo kenapa?" tanya Arka, seraya mengunyah makanannya.

Aluna melirik Arka sekilas, kemudian kepala gadis itu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, kok."

Arka menatapnya intens. "Gue udah tau, jadi nggak usah di tutup-tutupin lagi!" tukas Arka dengan satu tarikan nafas.

Huft!

Terdengar helaan nafas dari bibir, Aluna. Ia tak menyangka jika Arka juga mengetahui semuanya, padahal niatnya ingin menutup rapat-rapat semuanya, sehingga sang ibu juga tak perlu tahu. Semua rencana Aluna sudah hancur, semua kacau dan berantakan.

Melati menatap Aluna dengan sendu. Pasti masalah yang Aluna alamai saat ini, sangat berat. "Kamu yang sabar ya, sayang. Mama yakin, pasti kamu bisa lewatin ini semua. Kan anak Mama nggak salah, mereka terlalu cepet ngambil kesimpulan, tanpa mau liat dan denger penjelasan kamu, Lun," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Aluna tersenyum miris. "Aluna pasti yakin. Suatu saat nanti, pasti semuanya akan tau kebenaranya, Ma. Luna juga mikir, siapa aja yang udah nuduh dan fitnah, Aluna. Padahal aku nggak tau apa-apa."

Arka memeluk Aluna yang berada disebelah dirinya. Cowok itu sangat jarang berdamai dengan Aluna, tapi melihat kondisi adiknya saat ini, membuatnya ingin sekali menangis bahkan berteriak, bahwa Aluna tidak salah.

"A-aku harus apa, bang? hiks!" isak Aluna di dalam pelukan, Arka.

Arka tersenyum miris. "Kamu harus sabar. Abang bakal bantu kamu, Lun. Abang bakal bantu kamu buat bikin nama kamu harum lagi!" final Arka dengan tatapan sendu.

Aluna menatap Arka. "Makasih, bang. Luna beruntung punya kalian yang masih Percaya sama, Luna."

Melati tersenyum. "Kita itu keluarga, sayang. Kamu, Abang, Mama dan Papa adalah satu keluarga. Kita punya ikatan darah dan satu ikatan batin yang kuat, kamu sakit, kami juga ngerasain sakit!" tutur Melati. Semenjak ia dan suami ldr, karena urusan bisnis, wanita itu semakin menjadi bijak dan dewasa.

Aluna tersenyum manis. "Luna sayang sama kalian!" serunya.

Arka terkekeh. "Gue sih, enggak!" ucap Arka membuat Aluna menonjok bahunya dengan kesal.

"Baru aja baikan! udah mulai lagi Lo! emang ya, kalo dari awal ngeselin, pasti tetep bakal ngeselin!" ujar Aluna dengan tatapan kesal kearah Arka.

"Bodoamat! gue ganteng!" teriak Arka khas jamet-jamet di tol jalanan.

Melati menggelengkan kepalanya. "Udah, ih. Berantem mulu, mendingan kalian berangkat sekarang. Takutnya nanti telat, sayang!" ujar Melati, yang diangguki oleh keduanya.

Mereka mengambil keperluan secukupnya, lalu menghampiri Melati kembali. Mencium penuh kasih tangan ibu yang sudah berjasa bagi mereka. Arka dan Aluna berangkat, tapi dengan hati yang tak tenang, terutama Aluna yang takut jika terjadi apa-apa, dan Arka yang juga takut, jika Aluna di apa-apakan oleh anak di Gray school.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang