Hari Senin adalah hari yang paling sangat di musuhi para anak sekolahan. Bagiamana tidak? hari ini akan terlaksananya upacara yang jelas-jelas akan membuat mereka berdiri tegak, dibawah sinar matahari yang amat panas hari ini. Semuanya sudah siap dengan barisan masing-masing. Namun ada satu kelas yang tengah mengalami cekcok dengan Pak Bondan.Kelas XII IPS1, sangatlah tidak bisa diatur. Buktinya Pak Bondan sudah berkacak dan menatap nyalang kearah Kenzo. Ya, Kenzo slalu saja membuat orang yang tak punya masalah, jadi mempunyai masalah. Hari ini ia tak memasukan seragamnya kedalam, dan memakai sepatu putih.
"KENZO MASUKAN BAJU KAMU!" bentak Pak Bondan. Matanya memperhatikan gaya bersekolah Kenzo, yang sama sekali tidak ada masuk kedalam aturan.
Kenzo terkekeh. "Nggak bisalah, Pak! kalo ini seragam saya masukin. Gimana, Pak? saya mau pake apa lagi?" Kenzo bersekedap dada dengan alasan-alasan yang membuat Pak Bondan setres.
Pak Bondan melotot. "KAMU INI! BUKAN ITU YANG SAYA MAKSUD! CEPAT MASUKAN ITU SERAGAM! KALO TIDAK, KAMU BAKAL SAYA HUKUM NYANYI DIDEPAN LAPANGAN INI SEKARANG JUGA!" teriak Pak Bondan kali ini suaranya semakin meninggi.
"Makin tinggi aja tuh suara. Ngga sekalian ikut paduan suara, Pak?" Kenzo tersenyum jahil kearah Pak Bondan yang sudah mengelus dadanya sabar.
"KENZO! KAMU INI, YA! ADA-ADA AJA ULAH KAMU SETIAP HARI! INI APALAGI INI PAKE SEPATU PUTIH! INI HARI SENIN DAN TIDAK SEHARUSNYA KAMU PAKAI SEPATU PUTIH! KAMU BUTA WARNA ATAU APA, KENZO?!" Pak Bondan sudah kembali mengeluarkan teriakan mautnya.
Semuanya murid yang lainnya hanya bisa menatap sebal Kenzo dengan Pak Bonda. Mereka sudah menunggu lama dan berharap upacara akan cepat mulai dan selesai. Dan itu tak terjadi, karena perdebatan kenzo dengan Pak Bondan, membuat mereka harus menunggu lama.
"Udahlah, Pak biarin aja! Panas banget ini!" celetuk salah-satu anak dari barisan sebrang.
"Iya, nih! udah nunggu lama cuma bisa liat kalian debat aja!"
"Panas banget, Pak!"
"Mulai aja, Pak!"
"Pak!"
Pak Bondan menatap Kenzo dengan tatapan ingin memangsa. Ia menunjuk Kenzo yang kini tengah menampilkan senyuman jahil ala-ala dirinya.
"Hari ini kamu selamat!" Pak Bondan lansung bergegas pergi meninggalkan Kenzo yang hanya terkekeh geli.
Abim dan Arven yang berada disamping kiri dan kanan cowok itu hanya terkekeh. Ia mengacungkan jempolnya pertanda bahwa Kenzo sangatlah hebat. Yang lainnya juga berada di satu barisan yang sama, namun ketiga cowok yang sama-sama masih waras tak mau ikut campur geng gila itu.
"Keren buanget gila!" Abim berdecak kagum.
Kenzo terkekeh. "Siapa dulu gitu!" ucapnya songong. Baru aja dikit, ken udah songong Bae lo, mah.
"Nyesel gue nggak ikutan. Malah hari ini gue taat lagi sama peraturan," sesal Arven yang menampilkan wajah sad-nya.
Abim menoleh. "Iya, anjir! Tapi kalo diliat dari jarak sedekat ini. Penampilan lo kek gini tuh mirip cupu!" kelakar Album membuat Arven menatapnya datar.
"Daripada lo! kesekolah udah kek gembel!" Balasnya ketus.
"Yee! Gue mah nggak kal-----"
"Diem!" peringat Devano. Membuat mereka semua terdiam dan memilih menikmati panas dari sinar matahari pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO
Подростковая литература"Aku sama dia cuma sahabat, nggak lebih, Aluna." "Persahabatan tanpa melibatkan perasaan itu, nggak mungkin." _Aluna Glensia_