3 : t o l o n g :

9.6K 255 16
                                    

3

: t o l o n g :


Tubuh Deri yang terasa remuk dan hancur, berpasrah dan berharap pagi akan segera datang menjelang agar warga sekitar bisa segera menemukannya, rupanya tak terwujud. Karena seorang lelaki berseragam satpam, baru saja pulang dari tempat kerjanya –akibat ditambah tiga jam menunggu rekan sesama satpam untuk menggantikan jadwal jaganya. Rekan satpamnya meminta Ilham untuk menambahkan tiga jam jadwal jaga karena dia harus mengantarkan anaknya dulu kembali ke pesantren. Ilham mengiyakan permintaan itu dengan balasan akan diganti keesokan harinya dengan tiga jam jadwal jaga lebih awal. Untuk alasan itulah, dia baru bisa pulang jam segini.

Ilham langsung panik melihat ada tubuh manusia tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Mengira kalau tubuh tergeletak itu sudah meninggal dan langsung bergegas mendekat, memastikan. Ilham langsung menghentikan motornya persis di dekat Deri. Posisi Deri menghadap ke arah berlawanan dengan posisi tubuh Ilham sekarang, membuat Ilham harus memposisikan Deri agar terlentang. Biar wajahnya terlihat.

"To-long ..." ujar Deri lirih saat merasakan ada tangan yang menyentuhnya.

"Innalillahi. A Deri ini teh?"

Deri menyipitkan matanya, berusaha memperhatikan suara orang yang sedang menyebut namanya. Apakah dia mengenalnya?

"Kang Ilham?"

"Iya Der. Ini saya. Kamu teh kenapa? Kok bisa jadi kayak gini? Dirampok kamu?"

Deri tadinya ingin mengoreksi dugaan dari tanya yang dilontarkan Kang Ilham. Namun setelah dipikir sesaat, Deri malah jadi yakin kalau dirampok adalah alasan paling rasional untuk menjelaskan kejadian yang sedang menimpanya. Akan sangat aneh kalau dia malah harus menjelaskan kalau dirinya baru saja diajak ketemuan dua cowok berparas ganteng dan malah kena bullying seperti sekarang.

"I-iya Kang."

"Apa yang hilang?"

"Cuma uang saya kok Kang. HP saya aman. Saya masih bisa pertahanin tadi."

"Oh iya ... iya. Ada barang penting lain yang hilang gak? Eh ... Uh ... Bau apa ini teh? Kayak bau ludah? Kamu diludahin?"

"I-iya Kang." Karena bau ludah hampir menodai seluruh tubuhnya, Deri harus mengakui. "Gak ada yang hilang. Mereka mukulin saya terus ludahin saya. Baru ditinggalin kayak gini. Tubuh saya sakit banget, Kang. Gak bisa kemana mana."

"Alhamdulillah atuh, ai barang kamu yang lain aman mah. Hayu atuh, kamu saya anterin pulang."

"Bisa ke rumah Akang dulu aja gak Kang? Maksudnya biar orang tua saya gak panik. Lagian mereka pasti juga udah pada tidur."

"Iya gapapa. Ke rumah Akang aja dulu, hayu. Kamu bisa duduk di motor kan? Nanti pegangan aja ke saya ya."

"Iya, Kang. Makasih sebelumnya."

"Aduh ... Kang! Pelan pelan, Kang. Sakit banget!"

"Oh i-iya maaf."

Perlahan, dengan dibantu Ilham, Deri bangkit dari posisinya. Dengan tubuh Ilham yang proporsional dan bahkan cenderung berotot, membuat dia mudah sekali mengangkat tubuh Deri yang kurus. Hanya saja, harus dilakukan lebih pelan dan hati hati. Kalau engga, tubuh Deri akan makin kesakitan.

Penuh kelembutan, Ilham membantu terlebih dahulu agar Deri bisa duduk di motor. Habis itu, dia langsung ikut naik di belakang kemudi dan mulai menyalakan mesinnya.

"Peluk yang erat Der, jangan dilepas! Kamu jangan ketiduran dulu."

"Iya Kang."

Deri menurut. Dia langsung memeluk Ilham dengan erat dan membenamkan kepalanya dengan posisi menyamping di tubuh Ilham yang padat. Perasaan nyaman mulai mengaliri tubuh Deri. Dia bisa menghidu aroma tubuh Ilham, seperti perpaduan antara aroma ketan bakar dan serabi hangat. Tubuh Ilham begitu menggugah selera.

Tersesat di Tubuh SatpamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang