Ketika mengirimkan permohonan atau biasa disebut aplikasi mendaftar-nafasku tercekat lalu menyertakan transkrip nilai, resume perkenalan diri dan berhari-hari kemudian email balasan dari Berklee yang memberikan jadwal audisiku membuat dunia rasanya benar-benar berputar-putar- semua usaha yang sudah kulakukan dengan baik terasa kurang. Aku ketakutan.
Ini sangat berbeda dengan tahun lalu yang penuh ketenangan dan percaya diri. Rasanya seperti kalimat gagal akan kembali mengikutiku. Tidak seharusnya begini! Kemana rasa yakin dan nyaman yang kumiliki beberapa bulan saat menikmati genre pop? Layar wallpaper pc kuubah menjadi screenshot email dari Berklee lalu tanggal audisi di highlight warna hijau neon sakit mata, semakin membuatku ingin muntah setiap melihatnya. Dua minggu lagi, aku siap atau tidak sih?
Saat mendaftar Juilliard aku mengambil audisi live di New York, untuk sekarang karena bisa aku memilih audisi online. Jadi aku tidak akan terlalu berharap lagi dan keburu jatuh cinta dengan kota tujuanku. Pun rasanya akan lebih nyaman ketika aku berada di tempat yang familiar.
Ketika hari audisi tiba, aku tak dapat menggambarkan bagaimana otak dan tubuhku bergerak. Audisi berisi empat sesi yang sudah kudapat kisi-kisinya dari website kampus tetapi keempatnya terus berputar di kepalaku :
Prepared Piece
Improvisation
Ear Training / Sight Reading
InterviewSetelah ini apa... setelah ini apa... Itulah yang selalu kurapalkan. Bahasa Inggrisku rasanya berantakan tetapi selama juri atau dosen atau siapapun yang menilaiku di depan layar ini tidak meminta mengulang kalimat—aku tak memperdulikannya. Ketika kalimat penutup diucapkan oleh mereka, aku tanpa sadar mengucapkan terima kasih pada layar kosong dan langsung ambruk ke lantai.
Rasa kosong serta khawatir mengerumuniku.
Setengah jam kemudian Mama mengetuk pintu bertanya keadaanku tanpa terbalas. Aku hanya bilang lapar dan ingin makan all you can eat di hotel yang sering kami kunjungi untuk staycation. Untung tanpa banyak tanya Mama menyetujui, meskipun jaraknya satu jam tetapi dia dengan sabar mengatakan tidak apa-- walaupun bukan aku yang menyetir karena masih merasa kelelahan.
"Ma? batalin aja ke sana, kita makan sushi di mall. Kasian Mama, jauh kesana sendirian nyetir."
"Gapapa, this is a reward."
Ponsel Mama yang disambungkan ke audio mobil berdering, Papa menelepon,"Halo, Ma. Gimana Heeseung? Dia udah selesai interviewnya?"
Ketahuan. Keluargaku yang awalnya sudah diwanti-wanti untuk tenang dan tidak menganggap audisiku penting ternyata sebaliknya. Mereka sama khawatirnya tetapi berusaha menutupi, tadi pagi Kakak yang biasanya pergi ke kantor terburu-buru karena hampir terlambat malah menyempatkan diri membangunkanku, Mama izin untuk wfh dan Papa yang sekarang menanyakan keadaanku.
Mata Mama melirikku lewat rear view dengan maksud, kamu-yang-jawab-. Kuhela nafas panjang sambil tersenyum kecil,"Udah Pa, sekarang aku laper jadi mau rapel makan siang ditambah malam."
"Papa kesana sama Hyunjae. Barusan dia ajak makan siang bareng karena ada client di dekat sini."
"Mama mau makan all you can eat ke hotelnya Pak Moon, Papa yakin ikut bukannya jauh? Memangnya gaada kerjaan lain di kantor."
"Hyunjae udah gaada kerjaan lagi, Papa izin aja. Lagian udah jarang kita makan bareng, ini bakal agak telat. Kalian langsung aja, kita ketemu di sana."
Aroma yang menyambut ketika membuka pintu masuk adalah croissant hangat, ditimpa suara steak yang menyentuh pan panas sudah mampu membuat perut menjerit-jerit. Mama memilih meja, sedangkan aku sudah melaju ke bagian ramen.
KAMU SEDANG MEMBACA
her waves | heeseung ; ningning
Fanfictionour way to reach the love and dreams.