untittle 3

66 2 2
                                    

Meja dimana singgasana Lia bertahta sebagai personal assistant Rudi. Lia mengetik surat pengunduran diri yang berakhir dengan " Hormat saya... Lia". Alasan file dokumen itu tercipta tentunya adalah Lia harus ikut menutupi kehidupan pribadi Rudi yang sedang di Ulik oleh anaknya sendiri, meski Bianca tidak langsung menginterogasinya. Meski begitu, Lia bisa menebak arah Bianca yang bisa saja menggulingkan tahta Rudi,  terjadi perebutan kekuasaan sebab Bianca yang di ketahui Lia tidak menyetujui hubungan Rudi dengan wanita di bawah umur  ataupun seumuran dengan bianca. Bak drama perselingkuhan atau keluarga yang tiba-tiba memunculkan anak istri sirinya.
    
"Tuhan ... Gue pengen cari kerja lain yang lebih tenang, gak perlu bohongin orang, gak perlu pusing ngurusin privacy atasan." Ucap Lia

  Selembar kertas keluar dari printer, Lia menanda tangani. Menaruh surat dalam map. Mengumpulkan niat masuk ke ruangan Rudi. Lia mengetuk pintu,

"Permisi pak," Lia melihat Rudi sedang tersenyum melihat ponselnya dan menduga kalau Rudi sedang melihat foto Eva.

"Duduk" ucap Rudy.

Lia duduk diam dengan map di pangkuannya. Ragu dan segan berbicara pada Rudy.

"Ada apa Li ? Kamu mau minta naik gaji ? " Tanya Rudi.

Lia membalas senyum kikuk, menyodorkan map pengunduran diri miliknya. Rudi membuka dan melihat judul.

" Kamu dapat kerjaan baru ? Gajinya lebih gede dari sini ?" Tanya Rudi

Lia terpaku, pasalnya Lia hanya ingin keluar dan belum mendapatkan pekerjaan baru. Hanya mengandalkan tabungan yang Lia perhitungkan cukup untuk beberapa bulan sampai ia mendapatkan pekerjaan baru.

"Kenapa kamu gak jawab pertanyaan saya ?" Rudi melontarkan pertanyaan sebab Lia nampak tidak mau jujur mengenai alasan resign.

"Gini pak... , Saya... Suka kerja di sini." Jawab Lia bertele-tele.

"Terus kenapa ? Ngomong aja sama saya. Kenapa ? Jujur aja. " Ucap Rudi

Mendengar perkataan Rudi yang menantang Lia untuk berkata jujur, semakin membuat Lia binggung harus berkata apa. Lia tidak enak kalau harus resign hanya karena harus menutupi privacy Rudi tapi ia juga tidak tahan dengan tekanan Bianca yang bergerak mengulik fakta ayahnya.

"Gini pak, saya gak sanggup kalau harus menutup mulut semua orang yang membicarakan bapak sama Eva. Di tambah Bu Bianca. Dia, kayanya curiga pak. Saya binggung mau bilang apa." Hembusan nafas Lia terdengar lega.

Rudi terdiam mendengar alasan Lia. Lia memperhatikan pergerakan bibir Rudi yang nampak sedang memikirkan solusi hubungannya dengan eva. Sebab tindakan Lia sudah mengambarkan sejauh apa karyawan,penghuni mengetahui hubungannya dan kecurigaan Bianca. Bukan memikirkan nasib Lia, bahkan Lia sudah menduga kalau Rudi akan menggunakan job desknya sebagai tameng. "Itu kan udah kerjaan kamu Li, menjaga rahasia perusahaan." Begitulah perkiraan ucapan Rudi yang akan di lontarkan pada Lia.

" Li, masalah privacy saya kan termasuk dalam jobdesk kamu. Menjaga rahasia perusahaan termasuk kehidupan pribadi saya. " Jawab Rudi.

Tebakan Lia, nyatanya benar. Lia meringis senyum mendengar perkataan Rudi. Ia bersiap berargumentasi dan segala hujatan yang akan di layangkan Rudi padanya.

"Benar pak, saya paham akan jobdesk saya. Cuma saya takut salah jawab, kalau semakin banyak orang yang tau. Nanti saya makin repot pak. "Jawab Lia

"Repot apa ?" Tanya Rudi.

Lia diam menatap Rudi yang di anggap Lia pura-pura tidak memahami keadaan dan seolah Rudi tidak tau letak salah Rudi dimana. " Ya repotlah pak Rudi, lu kan yang bawa simpenan elo ke gedung ini. Emang lu pikir semua orang bakal diem apa. Elo yang maksiat gue yang repot nutupin, gue juga yang kena dosa ikut nutupin" Ucap pikiran Lia.

"Kalau saya salah jawab tentang hubungan bapak sama Eva ke Bu Bianca, terus ibu Bianca tau dari orang. Gimana pak ?. Saya binggung pak mengatasi semuanya. Saya gak sanggup kalau harus menutupi mulut orang satu gedung. Nanti saya yang di salahin Bu Bianca juga karena gak mengingatkan bapak. Nanti saya yang di tuduh2 gak bener lah, gak becus lah, atau bahkan bisa aja saya di pecat secara tidak hormat." Ucap Lia

"Emang Bianca tau segimana ? Dia gak pernah bahas apapun ke saya kecuali nanya masalah kantor." Ucap Rudi

"Saya gak tau sih sampai sejauh apa, cuma orang pertama yang akan di maki2 sama Bu Bianca gara2 bapak pacaran sama orang tapi saya gak bilang ke Bianca. Itu pasti saya pak." Balas Lia

"Yang gaji kamu itu saya, bukan Bianca. Kamu saya bayar buat urus semua keperluan saya. Ngerti. Jangan alasan,ikut2n bohong. Bilang aja kamu mengerjakan tugas sebagai personal assistant saya." Jawab Rudi.

"Iya pak." Jawab Lia

"Masih mau resign ?" Tanya Lia

"Iya pak." Jawab Lia spontan

Mata Rudi seketika menatap Lia serius dan masam.
"Yakin ? Kalau saya naikin gaji kamu jadi 17jt sebulan gimana ?" Tanya Rudi

Lia sontak berubah ekspresi heran, apa maksud di balik penawaran gaji setinggi itu. Pasti akan ada penambahan tanggung jawab kerja.

"Tapi kamu tetap bantu saya." Ucap Rudi.

"Ya pastilah pak kalau itu." Jawab Lia

"Termasuk privacy saya." Ucap Rudi

Lia mengerut dahi, "gue kira pak Rudi baik,ternyata rela ngorbanin gue juga. Gue paham nih pikiran pak Rudi, mau sekalian bikin gue jadi tameng.

"Saya selama ini memang bantu bapak dari urusan kantor sampi privacy hidup bapak, cuma maksud saya pak. Kalau - kalau nih ya, Bu Bianca membuat keributan. Saya angkat tangan." Jawab Lia

"Iya Li, itu urusan saya." Ucap Rudi.

     Usai berkompromi dengan Rudi, Lia keluar ruangan Rudi. Anehnya Lia mencium parfum channel Bianca di luar pintu ruang Rudi.
    
" Aduh mampus gue. Denger seberapa banyak lagi dia. Bisa di sangka gue bantuin bapaknya abis2n." Ucap Lia.

    Segera Lia, menelpon ke lobby dan penthouse. Di penthouse rupanya tidak ada Bianca, lalu Lia menelpon ke lobby. Receptionist menjawab pertanyaan Lia apakah Bianca keluar gedung.
   
   " Iya Bu Lia, Bu Bianca baru aja keluar lift"
  
   "Dia keliatan lagi bete atau mikirin sesuatu ?" Tanya Lia tergesa.
  
   "Biasa aja sih Bu kayanya, Bu Bianca kan cantik. Gak keliatan kalau lagi marah." Jawab receptionist
  
   "Oh makasih yah" Lia menutup telepon.

  Lia duduk di tempat dimana ia bekerja sembari menyandar sembari berpikir dan menerka. " Gue yakin Bianca denger omongan gue sama pak Rudi. Tapi kok dia gak ngomel,nerobos masuk. Padahal sifat dia itu tergolong tipe pemberontak. Duh gue penasaran, deg-degan. Dengar sejauh apa ya, pengen gue tanya. Tapi kalau di WhatsApp, Ketahuan entar malah." Pikir Lia.

1042 (RAHASIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang