✧ ۪۪ T W O ⸙͎۪۫

70 13 13
                                    

"Jika hujan yang dingin bisa menghasilkan pelangi, maka warna abu-abu yang suram juga bisa menyimpan warna-warni."






Aku menutup buku yang ada di tanganku setelah membaca kalimat itu. Kurasa, kalimat itu ada benarnya juga. Warna abu-abu bisa menyimpan warna-warni, namun bukan berarti warna suram itu akan terbuka untuk menunjukkan warna lain dibaliknya.

Kini aku menatap keluar jendela perpustakaan, bersama dengan laki laki yang ada di sampingku. Yang entah kapan sudah berada disini.

Namanya Atsushi. Orang yang telah menjadi 'temanku' selama dua minggu ini.

Aku sendiri penasaran, kenapa dia tidak pergi di saat semua orang menjauh dariku. Menawarkan dirinya sendiri untuk menjadi temanku, sosok diriku yang sangat jauhiable. Apa dia tidak pernah membaca berita sebelumnya? Tentang... Diriku?

Sekarang, Ia tengah tersenyum ke arahku. Senyum dan perlakuannya terhadap orang lain cukup manis, tidak heran dia disukai banyak gadis. Dia juga teman yang baik. Walaupun aku cukup takut...








Takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain lagi.








✧ ۪۪ I R I D E S C E N T ˎˊ -


T W O


Happy Reading!








"Wahai dirimu pengisi keindahan cakrawala dengan tatapan dingin yang membuat orang terpana, maukah engkau menjadi teman matiku dalam acara bunuh diri ganda yang kucita-citakan sejak dulu?"

Si surai kopi yang menggenggam tangan Kyouka tersenyum seolah menyiratkan harapan akan jawaban yang memuaskan di hadapan banyak orang, dengan kata lain, Ia melakukannya di ruang kelas. Jangan tanya urat malunya hilang kemana.

Kyouka menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan aneh. Namun hal tersebut segera berlalu ketika sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Dazai-san!"

Orang yang dipanggil Dazai menoleh, "Yo, Atsushi-kun~! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau ada gadis cantik di kelasmu?"

'Karena kau pasti akan mengajaknya bunuh diri ganda,' batin Atsushi, sambil tersenyum sabar dalam hati.

"Ahh, apa karena dia pacarmu?" Tanya Dazai sambil melepaskan tangan gadis di hadapannya, kemudian berjalan menuju juniornya.

Pemuda bersurai abu-abu itu mengedip-ngedipkan kedua matanya, sebelum wajahnya benar-benar berubah menjadi merah, "T-tentu saja bukan, Dazai-san!"

"Begitu rupanya, sempat kukira kalau kau belok ke Akutagawa-kun."

"Dazai-san!"

Pemilik manik secokelat tanah tersebut hanya tertawa kecil tanpa dosa. Ia lalu berjalan melewati Atsushi dan menepuk bahunya pelan, "Semoga berhasil, Atsushi-kun."

"Untuk apa?"

Dan... Tidak ada jawaban.

Atsushi menghela nafas, pandangannya beralih kepada Kyouka yang tengah menatap sekelompok orang yang tengah berkumpul. Laki laki itu berjalan menghampiri Kyouka.

"Hei, darimana kau mendapat gantungan kunci ini?" tanya seseorang yang ada dalam kelompok tersebut.

"Dari Kafe kelinci, yang baru buka di dekat sekolah kita. Disana, semuanya bertema kelinci. Bahkan, kelinci sungguhan juga ada disana."

Gadis bermanik ocean itu kembali ke kursinya setelah mendengar percakapan antarteman barusan. Diikuti dengan Atsushi yang juga menuju ke tempat duduk disamping Kyouka.

"Kelinci," gumam Kyouka sambil melirik gantungan kunci lama yang ada di tas nya.

Atsushi yang menyadari gumamannya tersenyum ke arah Kyouka, "Kau suka kelinci, Kyouka-chan?"

Kyouka mengangguk. Dua minggu berkenalan bukanlah hal yang aneh bagi Atsushi untuk memanggil gadis satu ini dengan nama depannya.

"Mau pergi kesana bersamaku? Di akhir pekan ini?" tanya laki laki itu lagi.

Perempuan itu menatap Atsushi dengan sedikit harapan, "Boleh?"

"Tentu saja! Kebetulan, aku juga butuh refreshing."







***







Perempuan berambut hitam kebiruan itu mengetuk-ngetukkan sepatunya di depan gerbang sambil menunggu sosok yang telah mengajaknya pergi di hari Minggu ini.

Ia bosan. Padahal di akhir pekan seperti ini, biasanya Kyouka hanya rebahan di kamar, melakukan kegiatan seperti membaca buku, atau bahkan menulis. Dia juga tidak ingat, kapan terakhir kali Ia pergi keluar rumah di hari Minggu.

"Kyouka-chan~." Suara tersebut memecahkan lamunan gadis yang dipanggil barusan. Kyouka menoleh ke arah orang yang memanggilnya, Atsushi.

"Maaf, apa kau sudah lama menunggu?" tanya remaja pria itu sambil tersenyum.

"Tidak juga," jawab Kyouka singkat.

Pemuda bermarga Nakajima tersebut menarik tangan gadis Izumi, membawanya pergi dari gerbang sekolah, "Ah, benar juga. Kafe Kelinci yang dimaksud pasti cukup ramai di siang hari. Bagaimana kalau kita tunggu sampai sore saja, Kyouka-chan?"

Kyouka diam di tempat, "Menunggu?"

Atsushi berbalik, lalu tersenyum, "Bukan menunggu diam di tempat, kok. Kita bisa pergi ke tempat lain lebih dulu. Seperti... Taman rekreasi, contohnya?"

Atsushi kembali berjalan, dengan tangan Kyouka yang ada di genggamannya. Sedangkan gadis yang ada di belakangnya hanya mengikuti irama jalan Atsushi tanpa perlawanan.

"Apa ini.. Semacam kencan?" tanya Kyouka sambil terus mengikuti Atsushi.

Tubuh laki-laki itu membeku di tempat, "K-kencan?"

Tak lama kemudian, wajah Atsushi berubah menjadi merah padam. Laki-laki dan perempuan yang menjalani hari senggang dengan pergi ke tempat untuk refreshing itu ... bukan kencan, iya kan?

"Hal seperti ini disebut kencan, kan?" Kyouka memiringkan kepalanya.

"A-aku hanya ingin berteman lebih dekat denganmu lagi. Hanya itu, mungkin," ucap Atsushi sambil terbata dan berbalik tersenyum dengan canggung. Ia kemudian melanjutkan jalannya, tanpa menggenggam tangan gadis yang ada di belakangnya lagi.

"Kenapa?" tanya Kyouka lagi, diikuti dengan dirinya yang menyamakan langkahnya dengan laki-laki berusia 17 tahun tersebut.

Atsushi yang masih dalam keadaan canggung sedikit menundukkan pandangannya, "Um.. M-mungkin karena kau menarik."

". . ."

Kini, giliran Kyouka yang mulai memunculkan rona tipis di pipinya.

Tentu saja jawaban Atsushi yang barusan adalah jawaban yang spontan, dikarenakan Ia juga sedikit malu. Mengajak seorang gadis berjalan bersamanya tanpa memikirkan kemungkinan bahwa hal ini bisa saja disebut kencan.







To be continued~

Words: 859

✧ ۪۪ Iridescent || AtsuKyou ⸙͎۪۫ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang