Satu keluarga menangisi kepergian Erine di pemakaman, kecuali Marry. Marry juga di bawa ke pemakaman, tetapi sengaja ditinggalkan dalam mobil bersama dua pelayan. Donny tidak ingin Marry mengacaukan suasana kepergian Erine ke liang lahat.
Tempat parkir mobil dan makam Erine tidak begitu jauh, jadi Jordi bisa memperhatikan sang ibu dari kejauhan. Marry menangis sambil menggumamkan sesuatu. Jordi yakin, gumam tersebut pasti tidak ingin Erine pergi meninggalkan Marry.
"Ayah, apa tidak bisa biarkan ibu ikut melihat makam Erine?" tanya Jordi pada Donny. Jordi paham dengan perilaku Marry yang lebih menyayangi Erine, tetapi sebagai ibu, Jordi juga tidak bisa benci.
Tanpa menoleh pada Jordi, Donny menjawab, "Ayah tidak ingin ibumu semakin sedih. Biarkan dia di sana."
"Ibu meronta-ronta, Yah. Daripada situasi semakin buruk, lebih baik biarkan ibu keluar." Donny bergeming, membuat Jordi agak kesal. "Baiklah, biar aku yang bawa ibu-"
"Ayah bilang biarkan saja!" Demi ketenangan situasi, Donny membentak dengan suara pelan pada Jordi. Lengan Jordi ditahan dengan kencang. Sudah pasti ada bekas di sana, dan Jordi juga sudah terbiasa.
Tidak ingin ada keributan, Jordi pun menurut. Pria yang berdiri di sebelah Jordi sedang tidak ingin ada hal buruk terjadi. Jordi bisa melihat hal itu dari mata Donny yang kosong, ketika menatap peti mayat sedang dikubur.
Jordi berjanji pada diri sendiri. Apa yang Erine lakukan demi membela kebenaran akan Jordi lakukan. Jika Erine mengajak Nath, maka Jordi tidak akan mengajak siapa pun.
Menurut Jordi, jika ada yang ikut, pasti akan merepotkan. Mau itu dari keluarga, atau pun kekasih.
Karena Erine menyebut nama Ash, maka wanita yang Jordi ajak menginap akan dipantau selama dua puluh empat jam. Rela tidak tidur demi mencari kebenaran.
"Aku akan ... menemani ibu saja." Ava mengundurkan diri dari pemakaman. Salah satu kelemahan Ava. Tidak kuat melihat seseorang pergi untuk selamanya.
Stuart mengerti kelemahan Ava. Membiarkan sang istri bersama Marry.
"Setelah ini, akan ada kekacauan apa lagi?" Blair berbisik pada Ash dengan menutup mulut menggunakan tisu. Hal tersebut dilakukan, supaya tidak ada yang curiga.
Begitu juga dengan Ash. "Lihat saja nanti. Lakukan saja tugasmu."
Agak menyebalkan bagi Blair. Yang mengajak kerja sama adalah Blair sendiri, tetapi Ash sudah seperti bos. Mengatur dengan mudah. Blair pikir, Ash adalah wanita yang mudah untuk disuruh. Untuk sekarang saja, Blair harus bersandiwara menjadi sahabat Ash.
Memang harus bersandiwara. Karena pertama, Blair tidak ingin mengotori tangan hanya untuk membalas dendam. Kedua, jika Ash membocorkan rahasia Blair, maka Blair akan melakukan hal yang sama. Ketiga, Blair mulai tumbuh rasa cinta pada Jordi. Untuk yang ketiga, Blair akan menjaga Jordi dari kejahatan Ash.
Ash tentu saja tidak akan melukai pangeran di hati. Apalagi, sampai melibatkan Jordi. Seperti janji yang pernah Jordi katakan dulu, Ash akan mewujudkannya.
Begitu semua orang kembali ke mobil masing-masing, Stuart masih setia berdiri di sana.
"Kak Stuart, aku tahu ini sulit untukmu, tetapi semua orang sudah pergi." Ash memegang satu pundak Stuart tanpa ragu. Terkadang, mengusap pundak pria yang akan jatuh ke perangkap Ash.
"Aku masih belum bisa menerima ini. Paman Gerry dan Erine. Mereka tidak salah apa-apa, tetapi kenapa ... mereka ...." Stuart menatap Ash dengan mata sembab. Sungguh ada rasa kehilangan.
"Doakan mereka tenang. Kak Stuart juga tidak bisa menangis terus. Ava dan Vera juga akan sedih, kalau melihatmu seperti ini. Kita pulang, ya?"
Entah kenapa, Stuart merasa tenang setelah mendengar ucapan Ash. Seharusnya, Ava yang berada di posisi Ash sekarang. "Kamu benar. Aku tidak bisa sedih terus-menerus. Melihatmu menyemangatiku, sepertinya, kamu tidak mungkin telah melakukan hal buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
DeadlyAsh [TAMAT]
Mystery / ThrillerFOR 21+ ONLY! 21- DILARANG BACA! SUDAH DIBERI PERINGATAN! BERISI KEKEJAMAN DAN ADEGAN DEWASA. *** Dari persahabatan berubah menjadi pembalas dendam. Ashley Collins hanya ingin bersahabat dengan Jordi Rider. Namun, orang tua, paman, bahkan kakak dan...