Hujan yang dingin

4 1 0
                                    

      Pagi berjalan seperti biasanya,ayam yang berkokok di atas atap tetangga,matahari bersinar, menyinari dunia. Riyan yang sedari pagi khusyuk latihan karate,mengulang materi yang di berikan senpai nya waktu itu.

Dua jam Riyan berlatih,tubuh Riyan yang mulai di basahi keringat.

     Rumah di waktu pagi,memang memberikan kesan tersendiri,kesan yang memberikan semangat membara untuk memulai hari.

     Hari ini,jadwal Riyan untuk luring.Hari Senin,hari dimana paling benci anak-anak sekolah,tapi tidak bagi Riyan, menurutnya,hari Senin merupakan hari yang meng-asyik kan.

"Kayaknya udah cukup buat gue." Riyan yang waktu itu melepaskan Tegi(baju karate)nya.

"Sarapan,mandi, berangkat." Jelasnya singkat kepada diri sendiri.

     Setelah mempersiapkan apa yang perlu di bawa ke sekolah, Riyan berangkat dengan menaiki motor kesayangan ayahnya,alangkah tak beruntung nya Riyan.

"Ssss..." Riyan mendesis kesakitan.

"Kenapa harus sekarang sih,besok mau basket. Riyan menggerutu karena tangan nya terkilir.

"Ga bisa bawa motor." Jelas Riyan yang segera menutup pintu,dan kemudian pergi keluar gang rumah untuk memberhentikan angkot.

     Riyan masih beruntung,ketika keluar dari gang rumah,angkot segera menghampiri nya,dia menaiki angkot tersebut untuk sampai ke sekolah.

"Huh." Riyan hanya menghela nafas.

     Sepanjang perjalanan,Riyan hanya diam,tersimpan rasa sakit hebat di bahu sebelah kiri nya. Berfikir,bagaimana jika ia tak mampu mengikuti ekskul basket esok.

Setengah perjalanan, kesunyian dalam diri Riyan semakin pekat. Riyan hanya berharap hal terbaik untuk hari ini.

"Sampai dek." Ucap si sopir angkot.

    Riyan menahan kesal,lantaran dia di berhentikan di tempat yang becek. Dekat dengan pasar,kericuhan,hal yang tidak di sukai Riyan.

"Heh" Riyan me-nyengir,dengan arti tersendiri.

"Hari Senin." Riyan kembali bergumam dengan senyum tipis.

Memasuki sekolah,berdiri jelas anggota OSIS di depan nya.

"Ga usah di kasih tau,gue bisa buka jaket sendiri." Jelas Riyan.

Setelah membuka jaketnya,Riyan segera memasuki gerbang, dengan perasaan yang sedikit kesal.

Menaiki tangga dengan kedua kakinya.sesampai nya Riyan di lantai 3 sekolahnya,Riyan segera duduk di bangku yang telah di sediakan di depan kelas,bangku untuk bersantai.

"Semoga nanti lebih baik." Riyan.
Satu persatu teman Riyan berdatangan, meskipun ada yang telat,tetapi pelajaran belum di mulai.

"Ini guru nya kemana sih?" ucap teman Riyan yang bernama Joko.

"Jam kos kali." Sahut salah satu teman Riyan.

"Mending masuk aja yuk!,daripada di marahin karena masih di luar." Seru Joko kepada seluruh teman teman nya.

     Mereka memasuki kelas,duduk di komputer nya masing masing,ada yang hanya menyalakan,ada yang mengerjakan tugas praktek kemarin.
Sementara Riyan,Riyan hanya duduk di depan komputer nya,memainkan kursor nya ke kanan kiri tanpa arah.

     Sepuluh menit berlalu,datanglah guru praktek Riyan,memberikan materi, menjelaskan nya. Namun Riyan hanya termenung,tatapan nya hanya tatapan kosong,terkadang,Riyan teringat oleh Arin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

   Hujan yang memberi kesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang