Cerita tentang Demas, bujank lapuk rasa oppa yang mati matian sampai rela ngebabu biar mamang cupid bersedia bantuin buat ngedapetin hati dedek Reivan, sang gebetan sekaligus calon pacar dan mudah mudahan jadi partner di pelaminan.
Juga, cerita tent...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Demas berjalan dengan santai menuju ke arah ruang guru, ini masih jam setengah 6 pagi, matahari berwajah bocil belum sepenuhnya muncul untuk menyinari dunia Teletubbies non-ORI.
Di jam jam seperti ini lah Demas mendapatkan waktu tenangnya, karena dia ga perlu lari lari macam ninja di game zombie tsunami karena di kejar para gorila gunung berkedok fans dan agen uang terkejut.
Demas memelankan langkahnya ketika melewati gedung kls 11 yang kebetulan searah dengan ruang guru, kedua ujung bibirnya terangkat membuat senyum tipis yang ngalah ngalahin cahaya ilahi dari hp emak kita, dia sepertinya kembali mengingat masa masanya ketika di SMA.
"Lah iya, gue kan belajarnya daring" monolog Demas bersamaan dengan lunturnya senyuman di wajahnya.
Dulu sebenarnya kakaknya Demas sudah menganjurkan untuk mencarikan guru privat untuk Demas karena tampangnya yang pasti akan membahayakan jiwa orang sekitar jika Demas di masukan di sekolah biasa.
Tapi karna orang tua Demas saat itu lagi bokek dan bayar guru privat itu mahal ditambah lagi dengan biaya pertanggung jawaban yang mungkin juga akan keluar jika si guru masuk rumah sakit karna liat rupanya si Demas, jadilah Demas di sekolahkan di sekolah negri yang dekat dengan rumah orangtuanya.
Dan kejadian selanjutnya bisa di tebak, di hari pertamanya sekolah Demas sukses membuat kepsek minta gugatan cerai sama suaminya.
Belum lagi para murid lain yang juga di buat anemia berjamaah karna mimisan akibat Demas.
Lalu singkat cerita para tetua di sekolah memutuskan bahwa Demas harus di bimbing dari rumah untuk mencegah adanya korban jiwa. Demas hanya di izinkan masuk ketika ada ulangan dan pembagian raport, itu pun harus di waktu dan ruang yang khusus di tambah di awasi oleh para orang yang tidak terpengaruh akan ketampanan nya itu.
Demas menghela nafasnya berat, masa masa SMA nya tidak terlalu berkesan karena kesannya dia emang ga kayak lagi masuk SMA.
Ngerasain panas panasan berdiri di lapangan upacara karena di hukum guru BK, di ceramahin satpam sekolah karena telat masuk sekolah, mengalami pemanggilan orang tua, nyalin pr temen di sekolah, membolos, tawuran, cosplay jadi reog, bikin acara nikahan di ruang kelas, ngerjain guru bareng temen, ngegoda guru fisika cewe yg lagi hamil 5 bulan, semua itu tidak pernah ia rasakan.
Demas itu sebenarnya sedikit sedih karna tidak bisa membuat kenangan yang bermakna pada masa SMA nya, dia juga sebenarnya ingin sekali merasakan bagaimana menyontek berjamaah saat ulangan dan ujian kelulusan.
Tapi yah... mengalau karena mengingat masa masa miris itu juga ga guna kan?
Demas kembali melangkah pelan menuju ruang guru, dia mulai mengesampingkan ingatan masa lalunya saat di SMA, Demas harus fokus pada rencana yang sudah 2 hari lalu telah di diskusikan dengan Samsul, eh salah, maksudnya Wahyu, dan juga Bagas.