Sahabat

41 15 0
                                    

Malamnya Laskar mengantarkan jamu ke rumah Angi, namun cewek itu ternyata sudah tidur. Laskar hanya bertemu dengan asisten rumah tangga Angi. Cowok itu sedikit kecewa, ketika melihat ke lantai atas lampu di kamar Angi memang sudah padam. Laskar memilih pamit. Pantas Angi bilang tak betah di rumah, suasana sangat sepi.

Saat Laskar hendak keluar gerbang dengan ninjanya, cowok itu berpapasan dengan seorang cowok bermotor Ducati warna merah. Helm full face cowok itu membuta Laskar susah menebak siapa gerangan dirinya?

Tiba di rumah, Laskar mendapati Abian sedang duduk menghadap aquarium. Memandangi dua ikan yang sedang berenang bebas ke sana ke mari.

"Samantha, kamu tahu nggak siapa bapak kamu?" ucap Abian membuat Laskar mengurungkan niat yang tadinya hendak mengagetkan adiknya itu.

"Bapak aku sekarang udah di surga, loh. Bapak kamu di mana?" lanjut Abian seketika membuat lutut Laskar lemas.

"Eduardo, kamu juga bapaknya di mana? Nanti mau nikah sama Samantha harus izin dulu ke bapak kamu." Abian masih saja mengoceh.

Laskar perlahan duduk di belakang Abian, ia ingin sekali memeluk adiknya itu. Suara hujan bercampur kilat semakin membuat suasana syahdu.

"Bang Akar katanya mau sekolah Akmil, aku sama Sutan nanti gimana, ya? Una enak ada Tante Amara sana Nyak Entin."

Gelegar!

Kilat menyambar, membuat Abian refleks menutup kedua telinganya. "Bapak, ibu ... Kenapa harus pada pergi di saat aku masih belum bisa goreng telor. Kan mau makan jadi susah, huhuhuhu." Tangis Abian pecah, menyusul kilat kembali menyambar membuat Laskar refleks memeluk bocah itu.

"Bi, tenang ... Abang bakal selalu ada buat kalian."

Alih-alih terharu, Abian malah loncat.

"Hantuuuu!" Bocah itu menjauhkan diri dari Laskar, sambil menutup mata dengan kedua tangan ia bersandar ke dinding.

"Bi, ini Abang. Kamu kenapa malah takut?" Laskar mendekat, mengacak rambut bocah itu.

Dari sela jemari, Abian mengintip keberadaan Laskar. Ternyata benar, bukan hantu.

"Lagian masuk rumah nggak ngucap salam," dengus  Abian.

"Emang nggak denger Abang masukin Ninja?" Si ninja biru sudah ada di tengah rumah.

"Lagi fokus ngobrol sama Samantha dan Eduardo yang besok mau nikah," jawab Abian membuat Laskar tertawa geli. Terserah Abian lah sebagai orang tua dari Samantha dan Eduardo.

Saat seperti itu, Sutan datang dari arah dapur dengan tangan yang mengelus-elus perut.

"Kenapa, Tan?" tanya Laskar.

"Abis poop, legaaaa," jawab Sutan kemudian berbaring di sofa panjang.

"Tan, langsung ke kamar kalau mau tidur!" titah Laskar membuat Sutan akhirnya refleks berdiri. Bukannya ke kamar, dia malah mendekat ke aquarium.

"Bi, ikan-ikan kamu apa nggak pernah tidur?" tanya Sutan menyulut emosi Abian.

"Sutaaaaan, itu Samantha sama Eduardo. Bukan ikan!"

Laskar tertawa, Sutan ini sudah tahu Abian tak suka ikan-ikannya disebut ikan, masih saja sengaja membuat Abian marah.

"Iya, iya ... maksudku Manta sama Edo apa nggak cape berenang mulu? Tidur, kek." Sutan menahan tawa, tak rela sebetulnya menyebut sepasang ikan cupang itu dengan sebutan nama seperti orang luar negeri.

"Manta sama Edo lagi, itu mah nama-nama yang sering muncul di buku tema pelajaran aku!" pekik Abian.

Salah lagi, Sutan jadi bingung. Ia garuk tengkuknya yang tak gatal sambil melirik Laskar yang sedari tadi mau berucap, tapi selalu kalah cepat oleh kedua adiknya.

LaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang