Jenab dan Juned

53 23 13
                                    

Minta maaf bukan berarti kalah, justru Kemenangan telah lebih unggul dari ego.

"Ini tuh salah Una!" Suara Abian yang kencang membuat Una menangis.

"Salah kamu, Bi. Una mana tau ini telor ikan." Sutan berjongkok di hadapan Yumna, berusaha menenangkan gadis kecil itu. "Udah, jangan nangis. Entar kita bilangin ke Bang Akar," hibur Sutan selanjutnya.

"Apa-apaan sih!" bentak Abian sambil pergi membawa akuarium kecilnya ke belakang rumah. Air matanya juga luruh manakala melihat telur-telur si Jenab -sang ikan cupang kesayangannya- sudah hancur karena diobok-obok Yumna.

"Harusnya punya keluarga , tapi malah jadi gini," lirih Abian sambil membuang air dan telur ikan yang sudah bercampur jadi satu akibat ulah Yumna.

"Mau beli lagi duit dari mana?" Abian makin menangis. Bocah itu membawa akuarium kecilnya ke atas keran yang biasa digunakan untuk mencuci sepatu dan pakaian. Dengan telaten bocah itu kembali mengisi air ke dalam akuarium, berniat memindahkan Jenab yang kini masih berbagi sangkar dengan Juned.

Namun, ketika kembali ke dalam rumah hal menyedihkan disaksikan Abian. Jenab sudah terkulai lemah di dasar sangkar dengan ekor yang habis.

"Jenaaaab!" Teriakan Abian bersamaan dengan kedatangan Laskar.

"Kenapa Jenab?" panik Laskar.

"Jenab pingsan atau mati sih, Bang?" Abian menutup wajahnya.

Sementara di dalam sangkar, Juned malah terus menghantam tubuh Jenab yang tersungkur lemas.

"Lagian ngapain disatuin gini sih, Bi ikannya?" Laskar buru-buru mengambil Jenab yang semakin lemas.

"Itu Jenab, Bang. Bukan ikan!" sentak Abian.

"Iya, iya ... Ini harus dikubur aja, Bi. Jenab udah wassalam." Laskar kemudian membawa tubuh Jenab ke belakang rumah.

Abian mengekor di belakang Laskar. Sebelumnya, Laskar menaruh jenazah Jenab ke atas tanah, di bawah pohon kersen yang makin rindang. Kemudian cowok itu membuka ransel serta seragam putihnya.
Abian bingung sendiri mau berbuat apa, ia malah bengong di bibir pintu memperhatikan gerak-gerik abangnya.

"Mngeoooong!" suara kucing dilengkapi dengan suara benda terjatuh lekas mengalihkan perhatian Laskar yang sedang menaruh baju dan ranselnya ke atas meja serbaguna.

"Jenaaaab!" Disusul teriakan histeris Abian.

Laskar segera mengabaikan tas dan bajunya, ia berlari ke arah Abian yang kini duduk terkulai lemas di bawah pohon kersen. Jenab raib diambil oleh si Thomas -kucing tetangga sebelah- yang datang tiba-tiba.

"Aku mau laporin Thomas ke Komnas HAM!" pekik Abian dengan kaki yang digerak-gerakan. Tangannya mencabuti rumput dengan gerakan kesal.

"Pokoknya si Thomas kudu dibales, Bang!" raung Abian lagi.

Di saat seperti itu, Sutan dan Yumna datang. Kedua bocah itu rupanya habis dari warung. Terbukti dari permen pendekar biru yang sedang Yumna emut.

"Tuh, gegara Una 'kan Jenab jadi pergi!" tuduh Abian sambil menunjuk Yumna, Yumna jadi takut.

Abian berdiri, lalu menghampiri Yumna. Anak itu merebut permen dari tangan Yumna, lalu melemparnya ke tanah kemudian menginjaknya.

Alhasil Yumna histeris, hal itu membuat Tante Amara yang sedari tadi asyik baca novel online di kamar jadi terganggu. Wanita itu sontak keluar dari ruangannya sambil mencak-mencak.

"Ada apa sih?" Masker di wajah Tante Amara sampai retak. "Aduh, masker gue!" umpatnya.

Melihat Yumna yang sedang menangis ditenangkan Sutan, dan Abian yang sedang dipegangi Laskar membuat darah Tante Amara naik ke ubun-ubun.

LaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang