° Kurokawa Izana

2.7K 385 22
                                    

Disepanjang perjalanan pulang (Name) seakan dihantui oleh ucapan Chifuyu tadi mengenai dirinya yang berpindah dimensi.

Apakah itu buruk?

Ditambah lagi ketika Chifuyu mengatakan bahwa (Name) telah mencuri kehidupan dirinya yang ada di dimensi ini pun terkesan sedikit menyeramkan bila dipikirkan lagi. Bagaimana bisa?

Apakah dia adalah (Name) yang orang-orang di dimensi ini kenal? apakah dia adalah gadis yang Izana cintai? lantas jika (Name) telah merebut kehidupannya sendiri, maka kemana dirinya itu pergi?

Pertanyaan mulai bermunculan memenuhi otak gadis itu. Seakan ia menemukan beban baru yang harus dipikulnya.

Tak lama ia terpikir, mungkin hal mengenai dimensi lain itu tidaklah benar, mungkin saja ia hanyalah melintasi waktu sama seperti Takemichi. (Name) lantas memikirkan pemicu yang menyebabkan hal demikian guna menepis dugaan tentang 'dimensi lain'.

Ketika masih sibuk berperang dengan pikirannya, tanpa (Name) sadari seseorang tengah berdiri di depan teras rumah dengan tangan yang terlipat didada bersamaan netra anggrek yang sedari tadi menatapnya.

"(Name)." suara itu membuyarkan lamunan si gadis.

"Apa yang kau lakukan sehingga pulang larut malam?"

Itu adalah Izana yang sedang berdiri tegap dihadapannya dengan raut serius, "Izana? ada apa?" alih-alih menjawab gadis itu malah memberi pertanyaan lainnya.

"Jawab pertanyaanku, (Name)."

"Aku? hanya berjalan-jalan, kau tahu, menghilangkan rasa bosan." terdengar tidak ada keraguan dari suara yang gadis itu keluarkan.

Tetapi beberapa detik kemudian perhatian si gadis teralihkan pada balutan pakaian lelaki yang berdiri dihadapannya dengan atasan dan bawahan yang berwarna senada yaitu merah, "Seragam apa itu?".

Bukannya menjawab, Izana langsung berjalan menghampiri (Name) dan memeluknya, membuat si empunya terkejut.

"Hentikan wajah polosmu itu. Apa kau tidak berpikir seberapa khawatirnya aku?" sedetik kemudian Izana merasakan tubuh yang sedang ia peluk bagaikan jemuran yang tidak diangkat ketika hujan turun, "Apa yang terjadi padamu sehingga basah seperti ini, (Name)?!"

Sementara pemilik nama hanya terkekeh sebagai respon. Langsung saja Izana menarik gadis itu masuk dan menyuruhnya untuk mengganti pakaian sebelum angin lebih dahulu menjamah tubuh sang gadis sehingga membuatnya jatuh sakit.

Izana sangat marah ketika mendengar penjelasan dari gadisnya itu yang ternyata seharian ini hanya bermainan di sekitar Tokyo sendirian. Padahal (Name) bukanlah gadis kecil yang perlu dilindungi setiap saat.

Ditambah, ketika (Name) menyebutkan nama Emma, Izana hening. Seakan laki-laki itu marah dalam diam.

"Kau tidak boleh bermain ke sana lagi."

Itulah perkataan yang keluar dari mulutnya.

"Tapi kenapa? aku baru saja mendapatkan teman, disini aku kesepian."

"Lantas apa gunanya aku dalam hidupmu?"

"Itu beda lagi, Izana. Maksudku– selama ini aku tidak memiliki teman, jadi aku ingin sesekali merasakan bagaimana rasanya berkumpul ataupun sekedar bergurau dengan orang-orang yang ku panggil teman."

"Dengar, (Name). Kau itu milikku, turuti perkataanku. Jika sesuatu terjadi padamu maka yang paling dibuat khawatir adalah aku. Tokyo itu penuh dengan berandalan yang tidak akan segan melukai seorang wanita apalagi jika sedang sendirian."

OUR WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang