Nerd | 19

52.7K 5.7K 112
                                    

“Rumah lo di mana?” Leta menggaruk tengkuknya. Saat ini dia tengah di bonceng oleh lelaki yang bernama Devin. Sebenarnya Leta tidak ingin menuruti ucapan lelaki itu untuk diantar pulang, tapi apalah daya Leta yang tidak bisa melawan.

“Waktu itu kan, udah aku kasih tau.”   

“Gue tau lo bohong sama gue.” Leta meringis. Apakah dia harus memberi tahu di mana kediaman dia sebenarnya? Leta menghela napas panjang. Semenjak kenal dengan Devin, hidupnya sedikit tidak sesuai rencananya.

Devin, sosok laki-laki yang berhasil mengusik kehidupan Leta yang sudah dia tata. Lelaki itu berhasil merusak semua rencana-rencana dia, mempersulit tujuan awal Leta pindah ke sekolah milik kakeknya. Devin itu, lelaki yang sangat menyebalkan.

“Lurus aja, nanti aku arahin kok.” Devin hanya mengangguk. Dia menuruti semua arahan yang diarahkan oleh Leta. 

“Lho, bukannya ini kawasan tempat tinggalnya Leo ya?” tanya Devin yang merasa sangat familiar dengan tempatnya dia berhenti. Jelas dirinya sangat familiar, dia dan Leo sudah berteman sejak awal masuk SMP, dan dia sudah sering keluar masuk di kawasan rumah Leo.

Leta diam mencoba berpikir. “Ah, Ibu aku pembantu di salah satu rumah di kawasan sini,” ucap Leta tersenyum canggung. Apa yang baru saja dia katakan? Ibunya seorang pembantu? Oh tuhan, kebohongan yang sangat klasik.

Devin menatap Leta. “Jadi, lo kenal Leo dong?” Leta menggigit bibir bawahnya. Apa yang harus dia jawab?

“I-iya, kita sebenarnya sedikit kenal. Karena aku tinggal di rumah majikan Ibuku, jadi aku kadang ketemu sama Leo, kadang saling nyapa juga sih. Tapi kalo di sekolah, aku sengaja pura-pura nggak kenal. Aku tau fans-nya Leo itu banyak, kalo aku deket-deket sama dia, pasti fans-nya bakal nyerang aku kan, hehe.” Leta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Ya udah, aku mau pulang dulu.” Leta mulai berjalan meninggalkan Devin. Dia sengaja menyuruh lelaki itu mengantar dirinya hanya sampai depan gang perumahannya, alasannya sudah jelas. Dia tidak ingin Devin tahu jika dirinya adalah saudara Leo.

“Tunggu.” Leta menghentikan langkahnya, kemudian menoleh pada lelaki yang duduk di atas motor berwarna hitam itu.

“Mulai saat ini, jangan pernah bohong lagi sama gue ya?” Dengan ragu, Leta mengangguk. Kemudian dia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Devin memaksa matanya untuk tidak mengikuti langkah Leta. Dia memilih menatap dedaunan yang bergoyang karena tertiup angin. Namun gagal karena punggung kecil milik Leta kini terlalu menarik perhatiannya.

Sesuatu asing menjalar di seluruh tubuhnya. Hal yang tidak pernah Devin rasakan sebelumnya pada siapapun. Lucunya lagi, rasa itu seolah menghangatkan dirinya. Detik berikutnya, dia menarik sudut bibirnya tersenyum dengan matanya yang masih setia mengikuti langkah kecil gadis itu. 

***

“Le, Le!” Leta menepuk bahu lebar milik Leo. Saat ini, Leta sedang membonceng di motor milik kembarannya untuk berangkat ke sekolah. Ini adalah pertama kalinya dia membonceng kembarannya, biasanya dia akan memilih berangkat menggunakan bus. Namun karena Leta bangun sedikit kesiangan, jadi dia memilih membonceng Leo.

“Apa sih?!” tanya Leo ngegas. Sungguh, kembarannya ini sangat menyebalkan. Dirinya sedang fokus menyetir motornya, tetapi Leta malah menepuk pundaknya dengan keras.

“Itu siapa?” Mata Leo mengikuti jari telunjuk Leta. Di depan gang perumahannya, dia melihat seorang lelaki yang sedang duduk di atas motornya sembari menyisir rambutnya menggunakan jari tangan. Leo sangat mengenali lelaki itu, itu adalah sahabatnya, Devin. Mengapa lelaki itu ada di depan gang perumahannya?

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang