Kredit milik Ken Wakui
Story: Shiro Imaushi
____________________________________POV' (M/n) :
Setelah diriku memulihkan diri. Aku di sambut oleh anak-anak panti dengan kegembiraan di wajah mereka. Mereka tampak bersuka cita atas kedatanganku.
"Selamat datang,"ucap mereka serempak
"Ah,ya dan terima kasih atas penyambutannya,"ucapku sambil tersenyum ramah.
"Baiklah,anak-anak mulai hari ini (M/n) akan tinggal bersama kita,"ucap nona Isabella sambil tersenyum
"Ayo,perkenalkan dirimu,"
"Ah,namaku Wiliam (M/n),salam kenal semuanya,sambil membukuk hormat,"
Laki-laki berambut putih keabuan maju menghampiriku dan mengulurkan tangan untuk berjabat.
"Salam kenal (M/n),namaku Norman,"ucapnya sambil tersenyum
Diriku kemudian memerima uluran tangan tersebut.
(Note: usia Ray,Norman,Enma sama dengan (M/n))
"Salam kenal Norman,"ucapku sambil tersenyum
"Ah,dia Ray,"ucapnya sambil menunjuk anak berambut hitam dengan poni yang menutupi sebelah matanya.
Dia berjalan maju kemudian mengulurkan jabat tangan.
"Ray,"
"(M/n),"ucapku dan kemudian melepaskan jabat tangan kami dan di sambut anak-anak panti lain yang ingin berkenalan denganku.
***(lewati waktu ⏰)
Setelah berkenalan diriku di antar ke kamar. Yang kebetulan mendapat sendiri. Membuka pintu kamar itu cukup luas dan ada kamar mandi di dalam. Ini sudah cukup bagiku. Diriku membuka jendela kamar udara segar langsung memasuki ruangan sangat klise dan tenang.
Menghela nafas tak buruk juga tinggal beberapa tahun di sini. Setelah umur 12 lebih mungkin aku akan di adopsi jika beruntung. Ya. Untuk sementara aku tidak yakin saat ini geng bonten akan memburuku pasalnya aku sudah menggalkan jejak...
"Hmmm...tapi bagaimana jika geng bonten masih mencariku?,aku yakin mereka tak akan membiarkanku lolos walaupun sudah jadi jenazah. Sebelum barang 'itu' sampai di tangan mereka dengan aman,"gumamku sambil menikmati semilir angin yang menyejukkan.
"Huh..ku harap aku cepat berumur 12 tahun. Atau paling tidak,ada yang mengadopsiku. Agar aku bebas,"ucapku
"Mungkin berendam air hangat tampak menenangkan,"ucapku berjalan ke kamar mandi dan berendam
Setelah berendam diriku kemudian menganti pakaian yang ku kenakan di lemari. Nampak pakaian kemeja putih polos dan celana panjang putih polos.
"Apa tak ada warna lain? Hmm mungkin aku bisa tanya enma apa dia punya kain jika ada aku akan menjahitnya menjadi celana. Ini terlalu monoton di jadikan baju,"ucapku mengambil pakaian tersebut dari lemari kemudaian berganti mengenakan itu.
Jika kalian bertanya kenapa aku bisa menjahit jawabanya simpel aku belajar menjahit dari dokter ahli bedah yang kebetulan dia melatih ku menggunakan pisau sebagai alat membunuh. Ya. Lebih tepatnya dia yang mengajariku semua yang ia ke tahui mulai dari obat-obatan cara membunuh orang tanpa meninggalkan bekas di tubuh sampai cara menyembuhkan orang. Jika di pikir dia guruku tentu saja bukan. Dia melakukan itu karena balas budi karena aku pernah menyelamatkannya saat hampir mati di eksekusi di tangan militer. Dan ya aku juga yang harus membunuhnya.
Ya apa yang ia ajarkan sudah kuterapkan langsung di depan matanya. Malahan dia berterima kasih padaku. Walaupun aku tahu aku tak butuh terima kasih. Lagi pula seorang pendosa tak berhak di beri ucapan terima kasih atau pun belas iba dan maaf.
"Hanya perlu menerima takdirnya. Dan menunggu ajal,"gumanku menatap cermin saat ini. Setelah semua rapi diriku bergegas keluar kamar dan menuju ruang makan.
Nampak anak-anak lain juga berkumpul di sini. Mereka teratawa riang dan tersenyum. Entah kenapa suasana ini sangat asing bagiku.
"(M/n)!!,"seru Enma memanggilku dengan ekspresi ceria di wajahnya.
"Hallo,Enma chan,"ucapku sambil tersenyum ramah dia kemudian datang ke arahku dan menyeretku duduk di kursi.
"Baiklah duduklah. Di sini semua orang berkumpul kita menunggu mama Isabella,"ucap Enma sambil tersenyum cerah. Aku hanya menganggukkan kepala mendegar hal tersebut. Ya pada dasarnya selama kau bisa makanan enak itu tak masalah harus menunggu. Bukankah itu logis kau di tampung secara gratis di panti asuhan ini mendapatkan makanan enak dan kasur yang empuk. Dari pada diriku dulu usia 6 tahun yang harus tidur di hutan dan tempat terbuka. Tidur pun juga tak sempat karena memang harus waspada setiap saat karena ini untuk melatih insting pembunuh. Jadi ya ada kesempatan langka ini harus di gunakan semaksimal mungkin.
Akhirnya yang di tunggu tiba juga orang bernama Isabella ini datang lalu mulai bicara tentang hal-hal tentu aku tak mendengarkan itu hanya ungkapan agar anak-anak merasa senang dan bersyukur atau sejenisnya agar mereka tak melenceng dari jalan kebenaran. Jika aku aku tak peduli dia berbicara apa toh aku sudah melenceng dari jalan kebenaran.
Enma yang memimpin doa sebelum makan kali ini. Setelah selesai kami mulai menyantap makanan kami hingga habis. Rasanya lumayan bisa di katakan ini makanan pada umumnya. Ya jangan berharap terlalu mewah karena ini panti asuhan bukan restoran. Setelah selesai makan diriku membantu Enma dan lainya membereskan makanan yang ada di meja kemudian mencucinya di wastafel.
"Bagaimana? (M/n) hari pertamamu,"ucap Enma
"Cukup bagus,"ucapku tanpa mengalihkan pandanganku dari mencuci piring satu persatu.
"Syukurlah jika kau betah. (M/n),"ucapnya
"Nee, (M/n) setelah ini kami akan berkumpul di halaman luas di lapangan rumput di depan. Pastikan kau datang,ok,"ucapnya dengan senyuman ceria
Diriku hanya mengangguk dan tersenyum kecil sebagai tanggapan.
"Ya,aku akan datang,"
Setelah mencuci piring,diriku ingin kembali ke kamar sebelum itu Norman menghampiriku.
"(M/n) kun, apa kau luang. Jika iya apa kau bisa membantu kami membersihkan perpustakaan kami kekurangan tenaga,"ucapnya
Mendengar kata perpustakaan membuatku mengangkat alis.
"Perpustakaan?,"
"Ya,benar,"
Hmm...jika di pikir tampaknya itu bukan ide yang buruk. Pasalnya kau juga ingin mencari informasi dan sesuatu di sana atau mungkin aku bisa mendapatkan sesuatu yang menarik.
"Baiklah,aku akan ikut denganmu. Tapi aku mau ke kamar sebentar,"ucapku
"Baiklah, aku mengerti kami menunggu mu,"ucapnya dan kemudian pergi meninggalkanku
Setelah Norman pergi diriku menatap seluruh isi panti ini. Tampaknya banyak rahasia di panti ini. Sebenarnya aku tak ingin ikut campur tapi demi diriku bisa di adopsi dan bebas keluar dari panti ini. Cara apa pun akan ku lakukan.
"Baiklah,ku rasa aku harus memulai misi kecil-kecilan di sini. Agar aku bisa segera keluar,"ucapku kemudian naik tangga dan menuju kamarku.
Tbc
____________________________________Yoss 993 kata. Uhuy tapi tetap masih pendek hehehe. Maafkan saya memang nyamanan pendek 🙏:)
Jangan lupa Vote and koment ya minna. Itu sangat membantu saya. ^^
Gracias ♡~
KAMU SEDANG MEMBACA
||VelVet AnT||
Fanfiction(M/n) (L/n) seorang pembunuh bayaran yang di kenal kejam di eranya mendadak menghilang bagai bak di telan bumi. Hingga pada suatu ketika dia di temukan di depan sebuah panti asuhan dengan keadaan tubuhnya yang mengecil seperti bocah usia 6 tahun yan...