Sekarang Hanatan berdiri disebuah tepian danau, ia ingin melihat betapa cantiknya ilalang senja. Langit oranye, bergradiasi kuning kemerahan terbentang luas.
Angin menerpa rimbunan rumput alang-alang, menerbangkan remahan bunga ilalang berwarna putih itu. Hanatan menghela nafas panjang, memandang takjub siluet senja terpantul di permukaan air danau yang bergelombang tenang.
Hanatan membiarkan rambut lurusnya berkibar, meski acak-acakan tidak melunturkan wajah cantiknya. "Gue sebenernya cowok atau cewek sih!" Hanatan menggerutu, ia bercermin pada permukaan air danau.
Ia meratap lekat-lekat, mata sayu, hidung yang ramping, rahang yang tidak tegas, bibir mungil merona, alis lurus. Hanatan sangat layak jadi perempuan.
"Kenapa gue bisa terlalu cantik begini, apa jiwa gue kejebak ditubuh cewek?" Hanatan memegang dadanya yang rata. "Tapi ini gak kenyel, empuk juga gak."
Lalu ia menunduk melihat selangkangannya, ada benda mengganjal dibalik celana denimnya."Ini juga masih utuh."
"Gak paham gue, kenapa fisik gue campur aduk kek gado-gado!" Hanatan mengusap kasar pipinya, frustasi.
"Apa ini mimpi buruk." Hanatan mencubit pipinya sendiri, terasa sangat halus, tidak ada jerawat menempel disana.
"Aw, sakit!" pekik Hanatan merem meringis kesakitan.
"Ini bukan mimpi, bujang stress!"
Damara menyahut, calon mempelai pengantin pria yang mengorder Wedding Organizer milik paman Hanatan. Hanatan juga bekerja di WO milik pamannya itu. Dan menangani perihal tentang persiapan pernikahan Damara. Hanatan resmi menjadi staf.Damara melipat tangan didada, Hanatan menengok kebelakang, mata mereka bertemu. Senyum menghina nampak diwajah Damara.
"Apa! Siapa yang stress, gue masih sehat!" Hanatan melotot tajam.
"Dari tadi loe ngomong sama siapa?" Damara mengerucutkan bibirnya.
"Sendiri lah, gak ada manusia lagi atau siapapun kan disini selain gue." Hanatan mengabaikan keberadaan Damara.
"Gue manusia, bukan kentut, loe gak liat?" Damara mengacungkan jari telunjuk dan tengah, membentuk huruf v ke arah matanya, lalu wajah Hanatan bergantian.
"Gak, gue gak liat" Hanatan menggeleng sekilas. Ia melengos kearah lain.
"Maksud gue, kenapa loe ngedumel sendiri barusan." Damara mulai mendekati Hanatan.
"Iya suka-suka gue, mulut-mulut gue kok." Hanatan berkacak pinggang.
"Berarti loe emang udah gendeng akut," ejek Damara.
"Enak aja, tuh mulut atau kapas sih enteng banget kalo ngomong!" Hanatan menautkan kedua alis.
"Iya suka-suka gue, mulut-mulut gue kok," Damara membeo. Ia berkacak pinggang.
"LOE MINTA DI SAMBIT YA!" teriak Hanatan, nafasnya naik turun emosi.
"Huh baperan, cebong sih loe." ledek Damara, ia nyengir kuda.
"Apa sih cebong-cebong!" Hanatan makin jengkel.
"Cewek boongan, alias bencong hahaha." Damara tertawa keras. Sampai kepalanya menengadah.
"Damara sini gue gibeng ya!" Hanatan menyingsingkan lengan bajunya. Memberi ancang-ancang pukulan.
"Ah, jadi takut." Damara berhenti tertawa seraya berlari menghindari kepalan tangan Hanatan.
"Loe bilang gue banci, gue maskulin tolol!" Hanatan mengejar Damara yang terus berlari ketepian danau. Aksi kejar-kejaran nampak seperti kucing oren bersama musuhnya. Hingga Hanatan tersandung kerikil tanah, membuat Hanatan hampir tersungkur, tercebur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncover twilight
Teen Fictionmemang masih ada banyak hal yang mesti dipikirkan matang-matang sebelum bertindak ..lengah sedikit saja bisa tergelincir kedalam jurang bernama penyesalan . " sial gue gak pernah bisa kepikiran mau ngelakuin hal ini gue udah kejebak dilabirin gelap...