senja bercerita

52 6 0
                                    

Hembus angin dingin menembus jaket tipis yang dia kenakan. Musim hujan, udara sekitar 'pun sangat jauh dari kata normal.

Di sinilah lelaki itu duduk, di bangku taman yang sering ia kunjugi akhir akhir ini. Menunggu seseorang yang telah ia hubungi untuk datang di tempat itu.

Sebuah taksi berwarna putih berhenti tepat di depan  lelaki bertubuh tegap itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah taksi berwarna putih berhenti tepat di depan  lelaki bertubuh tegap itu. Dengan seksama ia melihat siapa yang keluar dari dalamnya.
Seorang gadis cantik yang ternyata dia tunggu sedari tadi keluar menenteng tasnya.

"Udah lama sa? Maaf ya agak lama, macet soalnya." Ucap gadis tersebut seraya tersenyum menghampiri lelaki itu.

Hanya gelengan kepala yang gadis itu dapatkan. Sekali tepukan yang dilakukan lelaki itu di bangku yang ia duduki, sudah paham betul gadis itu apa yang dimaksud lelaki di depannya ini. Gadis itu duduk tepat disamping lelaki tersebut, memandangnya heran.

"Kenapa sa? Ada yang penting? Atau.."

"Saya perlu teman curhat sebentar, kamu bisa dengarkan saya bercerita?" Belum sampai selesai gadis itu bertanya, sudah ia potong. Aksara, memang seperti itu orangnya.

"Tentu, kalo aku gak mau dengerin dan gak bisa, gak mungkin 'kan aku repot-repot kesini nemuin kamu?" Jawab gadis itu seraya tersenyum.

Aksara hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Sepertinya saya akan menyerah."

1 kalimat yang diucapkan Aksara membuat Yena, gadis disampingnya terkejut. Tubuhnya reflek menghadap Aksara, matanya membelalak tak percaya. Dia tercengang.

"Kamu bercanda kan Sa? Kamu boong!"
Gadis itu masih tidak percaya apa yang barusan terjadi. Perlahan-lahan matanya berkaca-kaca, bulir air mata itu hampir jatuh.

"Maaf, saya benar-benar tidak sanggup lagi." Ujar Aksara masih mempertahankan kata-katanya.

"Sa kamu gak boleh nyerah! Ada aku! Ada Juna! Kita selesaiin bareng-bareng."

Aksara hanya menghela nafas panjang dan menggeleng setelahnya. Ia rasa sudah selesai untuk saat ini, telah usai harapan harapannya selama ini.

"Yen, saya sudah selesai, semua usaha saya sia-sia. 17 tahun saya hidup, dan selama itu juga saya telah membuang masa muda saya hanya untuk sesuatu yang masih abu-abu, saya lelah." Pasrah Aksara.

"Aksa please? Kita bantuin kamu kok, kita selalu dukung kamu." Bujuk Yena seperti tidak ada capeknya.

"Kalian dukung saya?" Tanya Aksara, gadis itu mengangguk dengan cepat tanda bahwa dia mengiyakan.

"Kalau begitu dukung saya." Final Aksara setelahnya.
Baru saja gadis itu tersenyum lebar dan akan bersuara, Aksara menyelanya.

"Dukung saya untuk menyudahi ini semua." Sambungnya kemudian. Senyum gadis itu seketika hilang entah kemana, bahu yang tadinya tegap sekarang berangsur-angsur menurun, lemas.
Sudah tiada harapan lagi untuk membujuk Aksara.

"Sudah hampir Maghrib, kamu harus pulang, perempuan tidak baik jam segini masih diluar." Sang gadis masih diam tidak bergeming. Pandangannya lurus dan terlihat kosong, mungkin dia masih terkejut(?)

"Saya telah pesankan taksi untukmu, naiklah dan pulanglah, sudah saya bayar, jika ada apa-apa tolong hubungi saya. Terimakasih telah mendengarkan bagaimana senja ini bercerita, selamat malam."

Gadis itu tersadar akan lamunannya, di hadapannya telah terparkir sebuah taksi dengan pintu belakang telah terbuka, diliriknya lagi Aksara yang masih berdiri di dekatnya. Tatapan kecewa, marah, dan sedih yang bercampur. Aksara membalas tatapan itu dengan senyum tipis, ya senyum yang entah bagaimana maknanya, hanya dia yang tahu.

Sesegera mungkin gadis itu melangkah memasuki taksi. Menoleh ke belakang melihat lelaki yang masih memandangnya dengan tersenyum. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, mulutnya yang kaku dengan reflek mengucapkan.. "Terimakasih Aksa, sampai jumpa besok pagi."

Setelahnya ia segera masuk dan menutup pintu mobil itu, dan seperkian detik taksi itu melaju meninggalkan Aksara seorang diri. Rintik gerimis mulai berjatuhan, Aksara berjalan pulang kerumahnya. Dia telah mengakhiri mimpi-mimpinya yang selama ini telah dibangun dengan rapi. Seharusnya dia bahgia karena dia sudah berdamai dengan keadaan, namun hatinya terasa sakit. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, perasaannya mulai bimbang.

"Huft.. ada apa dengan saya hari ini? Bukankah saya telah memikirkan ini lebih dari 3 bulan yang lalu? Saya harus bisa, masa depan saya masih panjang."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hallo guys, tolong dukung cerita aku ya 😙Tinggalkan vote dan komen juga 💚I hope you like my work❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys, tolong dukung cerita aku ya 😙
Tinggalkan vote dan komen juga 💚
I hope you like my work❤️

Tentang Aksara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang