Bagian 1

26 3 0
                                    

Suara bising dikantin membuat Aurel sedikit mendesah pelan. Sudah beberapa menit yang lalu dia mengantri tetapi kantin tidak kunjung sepi. Semakin lama kantin semakin panas karena berdempetan dengan adik-adik kelasnya.

Rasa panas bahkan merambat dari atas hingga selangkangan. Aurel menahan sakit saat kakinya tidak sengaja di pijak oleh orang lain.

"Ck,sial."

Aurel sedikit mengumpat sebelum tangannya ditarik. Badannya teruyung kebelakang membuat dirinya jatuh kepangkuan laki-laki yang jelas menjadi sorotan seluruh sekolah.

Manik mata coklat Aurel dengan manik mata hitam Cakra beradu sejenak. Aurel memalingkan wajah agar rasa canggungnya hilang. Tetapi netranya malah mendapati tatapan horor dari beberapa siswi bahkan orang yang ada disekitar tempat duduk Cakra.

Aurel berniat berdiri dari pangkuan Cakra. Tetapi laki-laki jakun itu memeluk erat perut ratanya. Masih sempat-sempatnya Cakra meletakkan dagunya dipundak Aurel didepan semua orang.

Suara bising dikantin mendadak hening saat melihat Cakra yang terlihat tenang dengan keberadaan Aurel. Netra tajam laki-laki itu terpejam cukup lama membuat Aurel kikuk karena ditatap tidak suka oleh beberapa penggemar berat cowok jakun yang sedang diam tanpa suara.

"Cak, lep..lepas malu dilihatin ." Aurel mencoba melepaskan tangan Cakra yang melingkar indah diperut gadis itu.

Gadis itu mencoba mengendorkan tangan kekar Cakra tetapi bukan lepas malah sebaliknya. Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukkannya. Dan semakin membuat Aurel membeku ditempat. "Diamlah aku ingin tenang sebentar saja."

Aurel terdiam membisu saat suara serak basah yang terdengar lirih masuk tepat ditelingannya. Rasa geli dan merinding dia rasakan secara bersamaan.

Aurel mengigit bibir bawahnya,merasakan hati dan pikiran yang tidak sejalan.

"Makan makanan yang ada di meja." Cakra membuka tepak kecil yang dia buat tadi pagi.

Mata Aurel terbuka lebar saat melihat isi yang ada didalam bekal makanan Cakra. Sebuah nasi yang dicetak menyerupai kepala beruang. Lauk berupa daging cincang dan sayur disampingnya. Aurel tersenyum kecil saat melihat isi bekal Cakra.

"Mau makan sekarang?." Tanya Aurel. Cakra mengangguk mendudukkan Aurel di kursi kosong yang ada disampingnya. Cowok jakun itu mengintruksi gadis dihadapannya agar menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

Gadis itu kini menjadi salah tingkah dengan perilaku Cakra. Sudah bertahun-tahun Aurel mengenal Cakra tetapi kebiasaan cowok benama Cakra ini selalu berhasil membuatnya malu.

Dengan perasaan aneh Aurel memberikan asupan makan siang Cakra hari ini.

Cakra hanya diam mengunyah sambil memperhatikan sekitar. Indra pengelihatan dan pendengarannya selalu tajam. Melirik bahkan mendengar setiap perkataan yang tidak pantas didengar. Beberapa siswi mulai ada yang berkata kotor dibelakang Aurel. Bahkan ada yang tak segan mengata-ngatai Aurel dengan sumpah serapah.

Cakra diam melirik Aurel yang menatapnya sambil tersenyum teduh.

Tiba-tiba Cakra berdiri membuat Aurel kaget. Gadis itu terlihat mengerutkan kening saat cowok dihadapannya hanya menatap seisi kantin. Langkah laki-laki itu perlahan menjauh keluar dari kantin. Tetapi sebelum keluar suara Aurel membuat Cakra berbalik.

"Mau kemana? I..ini belum habis." Gugup Aurel.

Cakra hanya menginstruksikan Aurel memakan bekal miliknya. Setelah itu laki-laki itu pergi menuju ketoilet yang letaknya tidak jauh. Kericuhan dikantin seakan terjadi lagi. Ada yang mulai berbicara berani saat Cakra  sudah tidak ada.

Aurel diam meletakkan bekal makanan Cakra diatas meja. Mana mungkin gadis itu berani makan saat sang pemilik hanya memberi intruksi tanpa berbicara.

Selesai menutup sisa bekal Cakra. Aurel berniat berdiri untuk memesan makanan. Tetapi sebelum itu sebuah jus tumpah tepat dipangkuannya. Rasa kaget,dan tawa menggelegar hampir seisi kantin. Ada yang menatap Aurel miris,ada juga yang tertawa tanpa beban.

"Lo apa-apan sih? Apa lo gak lihat ada orang disini?!." Aurel berdiri mencoba mengelap rok basahnya dengan tisu diatas meja.

Gadis pemuja seorang Cakra. Aurel diam saat menatap bola mata dihadapannya. Tampang mengejek tercetak jelas diwajah Puput. "Lo itu mau jadi apa disekolah?! Emang gue tadi gak lihat saat lo ada dipangkuan pacar gue?!."

Seketika Aurel mengerutkan kening menatap Puput. Aurel beranggapan jika Puput gila. Mana mungkin Cakra menganggap Puput seorang pacar. Selama ini Aurel saja yang hampir 24 jam besama cowok itu belum pernah melihat Cakra menggoda gadis lain. Cakra melirik Puput pun Aurel belum pernah melihatnya.

"Maksud lo Cakra?."

"Siapa lagi kalo bukan dia? Ingat ya, gue gak bakalan biarin lo ngelakuin hal kayak gitu lagi sama Cakra." Puput mencengkram kedua pipi Aurel dengan satu tangannya. Tetapi gadis itu cepat-cepat menepis tangan Puput.

"Gak sopan banget jadi orang,jangan mentang-men...."

Plak

Belum sempat Aurel berbicara,tamparan keras mendarat lepas dipipi mulusnya. Aurel diam membisu memegang pipinya yang terasa panas dan perih. Bekas merah karena tamparan terlihat jelas diwajah Aurel.

Puput menampar Aurel tanpa sebab. Seisi kantin pun tidak ada yang berani berkutik saat Aurel mematung diam. Beberapa kalangan anak laki-laki hanya melihat dan kadang bertanya kepada satu sama lain.

"Lo yang gak sopan Aurel. Lo nepis tangan gue."

Aurel menatap Puput dengan was-was saat sudut matanya berhasil menangkap sosok Cakra. Cowok itu diam dan menatap tidak jauh dari kantin.

Secepat kilat Aurel mencoba menghilangkan pikiran horor disekitarnya.

Gadis itu sekarang duduk kembali dan membuka bekal makanan Cakra. Aurel tahu jika dia diberi instruksi oleh Cakra seharusnya dia mematuhinya. Jika tidak,cowok itu menatapnya dengan tatapan yang kelewatan tajam seperti tadi.

Seperti saat ini langkah laki-laki itu perlahan memasuki kantin. Membuat Puput cepat-cepat kembali ketempat duduknya.

Cakra diam saat ada didepan Aurel yang menunduk sambil mengunyah sesuap nasi yang ada dimulutnya. Aurel merasakan takut,dan merinding saat Cakra mulai duduk disampingnya.

"Makan." Lirih Cakra. Dengan bergetar Aurel memberikan sesuap makanan didepan mulut Cakra tanpa menoleh.

Lirikkan tajam dari cowok itu tidak luput dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ada perbedaan dalam gadis dihadapannya. Rok basah dengan Aurel yang menunduk. Rahang Cakra tiba-tiba mengeras. Cowok itu perlahan menempelkan telunjuknya didagu Aurel. Perlahan tapi pasti wajah Aurel mulau terlihat.

Tepat setelah Aurel menatap manik mata hitam dihadapannya. Aura lain jelas tercetak dari mimik wajah Cakra. Aurel merasakan tatapan tajam Cakra kepenjuru kantin. Hingga netra tajam itu berhenti disebuah bangku dipojok kantin.

Dengan pelan Cakra kembali mengunyah nasi dimulutnya. Dia membelai pelan pipi Aurel yang terlihat memerah.

Cowok jakun itu perlahan membuka jas almamater miliknya. Melingkarkannya tepat dipinggang Aurel. Aurel yang kaget berusaha menolek perlahan Cakra. Tetapi laki-laki itu kukuh menutupi rok Aurel yang sudah basah dengan jus yang ditumpahkan Puput tadi.

My Boyfriend Is MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang