Confused

1.4K 201 19
                                    

"Hah!" Wei Wuxian menghela nafas kasar. Ia masih teringat perkataan sang kakak tadi siang.

Ia mengacak-acakan rambutnya yang tidak bersalah itu, mengusap wajahnya gusar, kemudian kembali mengacak acak rambutnya.

Sampai dia lelah.

"Apa aku harus segera mencari seorang gadis?" Gumamnya. Ia kembali mengerang frustasi mengingat penampilannya yang sering dipuji oleh orang lain karena imut dan cantik.

"....masa sih? Aku harus mencari seorang pria untuk dijadikan sebagai partnerku?!" Teriaknya kaget.

Wei Wuxian menggeleng keras, mencoba untuk berpikir positif. "Tidak, itu tidak mungkin. Karena aku sendiri yang akan mendapat sinyal mate ku bulan depan." Ia menghela nafas.

"Tapi bagaimana jika mate ku seorang pria?!"

"Ah, tentu saja tidak mungkin." Ia terkekeh, "aku kan normal."

"Ya, benar. Tidak mungkin seorang pria bercocok tanam dengan seorang pria, ahaha.."

Seketika bola mata Wei Wuxian melotot kaget teringat-

"TAPI KENAPA IPARKU PRIA SEMUA?!"

.

.

.

.

"Tch, kenapa aku lagi?!" Wei Wuxian menggerutu selama perjalanannya ke mansion Lan Wangji.

Kali ini bukan Luo Binghe, ia disuruh oleh Hua Cheng untuk pergi kerumah Lan Wangji. Ia tahu, ada maksud lain dari perintahnya itu. Dan lagi-lagi ia diancam dengan blackcard kesayangannya.

Yah, apa boleh buat.

Wei Wuxian menghela nafas berat, ia berhenti berperang dengan pikirannya disaat sang supir berkata. "Tuan Muda, kita sudah sampai di mansion Tuan Lan."

Wei Wuxian mengangkat kepalanya keatas disaat mendengar perkataan pak Nun alias supir pribadinya. Ia cukup terkagum melihat mansion Lan Wangji yang terlihat sangat megah.

"Wow." Gumamnya, yang tanpa disadari si supir Nun mendengarnya.

"Apa anda menyukai mansion ini, Tuan Muda?"

Segera Wei Wuxian tersadar dari lamunannya, ia beralih menatap Nun tajam. "Hmph! Biasa saja!"

Nun hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Tuan Mudanya yang terlihat kesal dicampur malu. Terlihat jelas jika Wei Wuxian sedang berbohong.

Sampai didepan mansion, ia turun dari mobil kemudian berjalan kesamping sebelah tempat duduk yang Nun duduki.

"Kau tidak turun?" Tanya Wei Wuxian.

Nun tersenyum kecil, "Tidak Tuan Muda, saya ada urusan."

"Huh? Kau mau meninggalkanku sendiri disini?" Wei Wuxian kembali bertanya dengan nada bicaranya yang terdengar panik.

"Maafkan saya, Tuan Muda. Saya duluan, semoga anda baik-baik saja disini."

"T, tunggu, hei! Nun!!" Teriak Wei Wuxian. Namun, sia-sia saja. Mobilnya sudah pergi menghilang dari hadapannya.

Wei Wuxian menggeram kesal, menyebabkan taringnya keluar setengah. "Akan kepotong gajimu, Nun! Lihat saja!!"

Wei Wuxian yang mengetahui jika taringnya keluar dengan segera mengembalikannya seperti semula. Ia mengusap wajahnya gusar, mendecih malas.

Ia memutar badannya menghadap mansion Lan Wangji. Ia menarik nafasnya panjang-panjang.

"Baiklah, sekarang... Apa aku harus masuk kedalam sana?" Ia menatap mansion Lan Wangji.

Blood loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang