Closer still

1.4K 222 11
                                    

"Aku kenyang." Ucap Wei Wuxian menyenderkan badannya disofa seraya memegangi perutnya yang terlihat seperti bola bulat.

Diam-diam beberapa kali Lan Wangji melirik ke arahnya, masih sibuk berkutat dengan beberapa berkas yang harus ia kerjakan dimeja kerjanya.

Wei Wuxian berdiri dari duduknya, perlahan berjalan menghampiri sang CEO. "Terima kasih atas makanannya, apa aku boleh pulang sekarang?"

Lan Wangji menghentikan aksi menulisnya, mengangkat kepalanya menatap sang empu datar. "Mn, kuantar."

Wei Wuxian menggeleng samar, "Tidak perlu, kau terlihat sibuk."

"Tidak sibuk."

"En, kau sibuk."

"...."

Lan Wangji menghela nafas pelan, menutup berkas yang tadinya sedang ia kerjakan kemudian berdiri dari duduknya menghampiri Wei Wuxian.

"Ayo."

"Kemana?" Wei Wuxian memiringkan kepalanya lucu.

"Pulang."

"Aku bisa pulang sendiri."

"Kau bawa mobil?"

"Tidak sih."

"Mn, kalau begitu ayo pulang." Lan Wangji menarik lembut tangan Wei Wuxian. Menggenggam tangan sang pujaan hati sampai didepan perusahaan, ketempat parkiran kemudian membukakan pintu mobil untuk sang empu.

.

.

.

.

"Maaf merepotkan. Terima kasih sudah mengantarku pulang, Tuan Lan."  Wei Wuxian tersenyum singkat menatap Lan Wangji yang masih terlihat datar.

"Mn." Balasnya. Wei Wuxian keluar dari mobil, berjalan pelan ke seberang mobil tepat di samping tempat menyetir Lan Wangji.

"Hati-hati." Ucapnya.

"...."

"Hm?" Wei Wuxian menatap Lan Wangji bingung, kenapa pria ini belum pergi?

"Ada apa?" Tanya Wei Wuxian berusaha memecahkan suasana.

"Namamu?"

"Namaku? Bukannya kau sudah tahu? Wei Wuxian, namaku Wei Wuxian."

"Bukan."

"Lalu? Namaku apa lagi?"

"...." Lan Wangji masih memandangnya datar. Namun, siapa yang tahu dengan apa yang dipikirkannya.

"En? Apa aku salah?"

"Nama lahirmu."

"Oh, Wei Ying." Diam-diam Wei Wuxian menerutukinya dalam hati. Seharusnya kau bilang seperti itu sedari tadi!

"Cantik." Gumamnya.

"Apa?"

"Tidak ada."

"Oh? Yasudah, aku masuk duluan." Pamitnya. Sebelum ia berbalik, terlebih dahulu Lan Wangji menyahut.

"Lan Zhan."

Wei Wuxian kembali memutar badannya, "En? Siapa itu?" Tanyanya.

"Panggil aku, Lan Zhan."

"Tapi kau lebih Tua dariku." Wei Wuxian menggaruk pipinya canggung.

"Mn, tak apa."

"Huh? Oke."

Kenapa orang ini banyak mau sekali, sih? Untung saja wajahnya tampan, aku masih bisa memakluminya.

"Aku duluan."

Blood loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang