Satu hari sebelum kejadian itu..
Ruangan yang gelap, beraroma pesing kotoran dan amis darah yang kental di mana-mana membuat udara di sekitarnya terasa sangat busuk.
Klotak... Klotak...
Suara langkah sepatu berhak tinggi yang menuruni tangga begitu terdengar menggema di dalam ruangan yang sunyi.
Menampilkan seorang gadis elegan dan penuh aura mematikan yang tersorot di bawah cahaya matahari yang berhasil menerobos masuk dari celah atap yang rapuh dan usang.
Wajah cantik dengan bibir berwarna merah marun tersenyum dengan penuh hawa membunuh. Matanya yang menatap lurus tajam dengan dagu di angkat membuat pesonanya menyerupai dewi kematian.
"Bangunin dia!" Serunya dengan tegas pada seorang anak buah yang langsung menyiram air dingin pada gadis yang terikat di kursi, tubuhnya lebih kurus dari sebelumnya dengan wajah pucat.
"Qu-queen!" Sontak ia langsung gemetar entah karena air dingin yang menyentuh kulitnya yang lemah atau karena melihat Dewi kematian berada di hadapannya.
Gadis yang disapa Queen mengulurkan tangannya pada gadis itu, menarik dagunya dengan jemari tangan yang di penuhi kuku panjang agar bisa saling bertatapan langsung.
Ia tersenyum. "Lu udah pilih mau dihukum kayak apa kan? Ca-Me-Lia?" Tanyanya dengan penuh penekanan ketika menyebutkan namanya.
"Qu-queen! Apa enggak ada kesempatan lagi?" Tanya gadis bernama Camelia dengan penuh ketakutan.
Senyuman di wajah gadis itu menghilang perlahan, tangannya yang masih menarik dagu Camelia pun ia angkat semakin tinggi membuat Camelia teriak kesakitan." Kalau masih bingung buat milih mending gue bantu pilihin aja gimana?" Sarannya dengan suara lembut.
Camelia semakin bergidik ngeri seraya menggelengkan kepalanya dengan susah payah. Gadis itu pun melepas dagu Camelia dengan kasar lalu memunggunginya. "Ambilin gue pisau tumpul!" Serunya pada anak buah yang dengan sigap langsung memberikannya pisau berkarat.
"Iyah, gu-aku akan bunuh diri demi Queen! Aku akan bunuh diri, jadi tolong bebasin aku!" Isaknya dengan sangat ketakutan.
Queen tersenyum puas, kemudian ia membalikkan tubuhnya pada Camelia. "Inget yah Camelia, lu bunuh diri karena diri lu frustrasi bukan karena gue, paham kan? Jadi jangan sampai meninggalkan jejak secuil pun tentang kami and then gue harap para antek-antek lu enggak tau apa-apa tentang ini, jelas?" Ia pun mengisyaratkan matanya pada pria bertubuh besar yang berjaga di samping Camelia lalu ia segera melepaskan ikatan pada tubuhnya.
Camelia yang sudah di ikat selama dua jam membuat tubuhnya kaku, lalu Queen pun meraih tangan kirinya dan dengan segera menyayat tangannya dengan pisau berkarat tadi.
"Arghh!! Iyah gue paham! Mereka enggak pernah tau tentang kalian dan besok gue bunuh diri karena frustrasi, gue pagi-pagi sebelum upacara bendera bakalan bunuh diri! Gue janji!" Isaknya semakin kencang.
"Bagus, lu enggak usah khawatir ada maling karena malem ini kami akan bantu awasi lu kok." Ia pun segera pergi meninggalkan dua orang anak buah yang akan mengantarkan Camelia pulang.
FLASHBACK OFF
"Eh gue mau tau nama lu aja harus pakai bantuan polisi, gimana kalau gue mau tau alamat rumah lu yah? Apa perlu pake bantuan tim sar?" Ujar pria tengil yang entah bagaimana bisa berada di belakang Thella.
Thella yang terkejut buru-buru mematikan layar ponselnya lalu mendengus di balik tirai rambut yang selalu sama dengan kemarin.
"Tim sar itu kan buat nyari orang hilang, dan aku enggak hilang Alfero." Ia pun berusaha menempatkan tubuhnya pada pegangan besi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Secret
Misteri / Thriller[Cerita yang terinspirasi dari secuil kisah nyata]. [15+] Tidak ada seorang pun yang akan menyangka Camelia si gadis populer kelas sebelas yang berparas cantik bagaikan "Dewi" mengakhiri hidupnya dengan terjun dari gedung sekolah. Hal itu membuat E...